Apa yang Harus Kamu Lakukan Jika Konten Kamu Dicuri Oleh Orang Lain

by - Mei 27, 2016

Nggak perlu marah, apalagi terus ngebully. Lakukan langkah-langkah ini.


Ah, dunia internet yang nampak sunyi, namun sejatinya riuh. Berbagai drama dan kejahatan terjadi, selayaknya dunia senyata-nyatanya.

Dan drama serta kejahatan yang sedari dulu sampai sekarang nggak pernah surut kehebohannya adalah kejahatan pencurian karya, atau pencurian konten (untuk konteks di dunia maya).

Saya sebenarnya mengamini, bahwa selama proses kreativitas itu ada, maka hal semacam kejahatan pencurian hak kekayaan intelektual aka pencurian hak cipta aka pencurian karya ini selalu akan ada. Banyak orang yang entah nggak peduli atau nggak tahu, bahwa mengakui karya orang lain sebagai karyanya sendiri itu adalah kejahatan. Apalagi di dunia maya, yang semua bebas tersedia.

Saya sendiri, sudahlah, nggak tahu berapa banyak harus berurusan dengan para pencuri karya ini. Dulu fiksi saya juga pernah nongol di blog lain, lalu cerita-cerita anak saya di Blog Dongeng Anak juga tiba-tiba nongol di banyak tempat (saya pernah cerita ini di blog lama yang almarhum itu), kemudian ada beberapa tulisan di Rocking Mama juga saya lihat nongol di Fanpage Facebook embuh.
Cuma barangkali saya memang nggak pernah sampai nyetatus atau nulis lagi tentang pencurian-pencurian ini sekarang. I have enough, dan saya sadar sepenuhnya bahwa yang kayak gini nggak akan berakhir. Saya malas menghabiskan tenaga untuk mengejar si pencuri. Buat saya itu exhausting, dan justru malah membuat saya nggak move on dan baper terus.

Jadi, mendingan saya gunakan rage (kemarahan) saya untuk membuat karya lain yang lebih bagus dan lebih bagus lagi. Biasanya kan, kalau penulis lagi galau atau emosi kan malah bisa menghasilkan tulisan yang bagus kan? Ya, itu. Saya pakai aja rage-nya. Hihihi.

Anyway.
Meski saya sekarang woles banget, tapi saya pernah melakukan beberapa hal berkaitan dengan pencurian karya di dunia maya ini. Barangkali kamu membutuhkannya kalau sewaktu-waktu mengalami hal yang sama.

Apa yang Harus Dipahami Lebih Dulu?

 

Kamu harus memahami hal-hal ini dulu sebelum melangkah lebih jauh




Ada yang harus kita pahami lebih dulu mengenai semua hal yang ada di internet dan juga mengenai hak cipta yang berlaku atas segala macam informasi dan materi yang ada. Apa saja?


1. Internet bukan bak sampah


Just because you can access all information free on the Internet, it does not mean it's free to take. Apa pun itu. Mau tulisan, informasi ini itu, meme, foto, infografis ... ya semuanya.

Internet bukan bak sampah, di mana semua yang ada itu adalah hasil 'buangan' dari orang lain karena mereka nggak pakai, dan kamu bisa ambil dan pakai sesukamu. Apa yang dilempar ke Internet, bukan barang-barang bekas yang nggak ada harganya, dan kamu bisa bak seorang pemulung langsung ambil dan jual.

No.

Semua yang ada di Internet itu ada yang punya. Dan, logikanya gampang saja kan seterusnya, bahwa kalau kamu ambil tentunya harus minta izin dulu sama yang punya.


Meski, kalau kamu sempat baca artikel saya tentang website-website yang menyediakan free images CC0, yang foto-fotonya bisa kamu ambil tanpa harus kasih kredit, tetep, ada yang punya. Bedanya, images itu sudah diletakkan di sana oleh si empunya materi dan memang direlakan untuk digunakan semau kita. Jadi ibaratnya, kamu mengambil dari wadah yang sudah disediakan. And then, it's free. Walaupun free, ada baiknya sesekali kamu 'beliin kopi' buat si pembuat image, tentu akan baik sekali bukan?


Baca juga: 11+ Situs Penyedia Free Images CC0 Kesayangan Saya

 

2. Materi tanpa keterangan mengenai hak cipta, tidak berarti free to use


Sering kan ya, kita lihat nggak ada keterangan boleh dipake bebas ataukah harus minta izin pada yang punya materi?

Iyalah, banyak. Kamu punya blog, pasti nggak ada kan disclaimer, bahwa materi yang kamu tulis atau kamu unggah ke blog kamu kan? Ih, saya juga nggak ada disclaimer kayak gitu. Hahaha.

Tapi, please note, bahwa apa pun yang ada di Internet yang nggak ada keterangan mengenai hak cipta, berarti free to use. Balik lagi ke poin pertama di atas.
Internet bukan bak sampah.

3. Saya menggunakannya bukan untuk keperluan komersial, so is it ok?


No.
Well, memang sih kita menggunakannya hanya untuk di blog, buat sharing nggak diperjualbelikan. Tapi itu nggak membuat materi tersebut dengan bebas juga bisa kita ambil seenaknya.

Memang sih, biasanya ada aturan lebih strict buat commercial use. Kalaupun berbayar, biasanya juga bayarnya lebih mahal. Kita kan cuma pake buat sharing aja di blog. Buat tujuan baik kan? Masa enggak boleh?

Nggak boleh.

4. Google bukanlah penyedia stock photos


Sering saya temui, saat seseorang dikonfrontir mengenai foto yang dipakainya yang diambil sembarangan, jawabannya adalah, "Foto itu saya temukan di Google."

Yailah. Apa juga bisa kita temukan di Google, Mbak, Mz. Dan itu bukan berarti dengan bebas kita pakai. Google bukan penyedia stock foto-foto, apalagi foto gratis. Pada akhirnya ada kok statement Google pada akhir search-nya yang nge-klaim bahwa mungkin properti yang kita ambil itu copyrighted.

Menemukan materi di Google bukan berarti kayak menemukan harta karun. Google kan hanya mengumpulkan saja materi-materi yang sesuai dengan info yang ingin kita cari. Google BUKAN pemilik materi tersebut.
Mau tahu siapa pemiliknya? Bisa ikuti link yang tersedia.

5. I get it free, so I also can use it for free


Waini. Ya sami mawon.
Sama saja ini sama yang sudah-sudah di atas deh, penjelasannya.

Mendapatkannya secara gratis, bukan berarti bisa menggunakannya secara bebas. Termasuk ikutan workshop gratisan, bukan berarti juga dengan semena-mena menggunakan materi workshop tersebut dengan bebas. Lihat apakah materinya for internal use only? Atau ada disclaimer lain? Materi workshop gratis, di-compile, lha kok terus dijual. Aaaak. Sakhittt!

Ya, pokoknya kita harus bijak. Misalnya sudah ada disclaimer bahwa materi yang kamu gunakan itu free to use, sebaiknya tetap ada pertanggungjawaban yang menyertainya.
Ok?


Baiklah. Kalau begitu, kalau sudah paham nih mengenai serba serbi materi online, dan kamu menemukan konten kamu tiba-tiba nongol di tempat lain tanpa seizin dan sepengetahuan kamu, lalu apa yang harus kamu lakukan?



Steps you can do

Lakukan langkah-langkah ini tidak dengan emosi ya!


1. Cari kontak si pemilik web atau blog pengambil konten


Biasanya selalu ada keterangan nama pemilik atau kontak di sebuah web atau blog. Coba kamu telusuri antara lain di:
  • Laman Kontak
  • Laman About Me
  • Laman Credit atau kru
  • Footer
  • Sidebar
  • Author badge, ini biasanya ada di bagian akhir dari postingan, kayak di blog ini noh, di sana di bagian bawah.
  • Email link, cari link yang ada keterangannya "mailto: ..."
Kalau nggak ketemu juga, kamu bisa minta bantuan ke Whois Domain Tools di whois.domaintools.com.

Buat nyari data pemilik web atau blog

Caranya, tinggal kamu masukkan saja URL web atau blog yang pengin kamu lihat datanya. Nanti akan kelihatan deh, data web tersebut terdaftar atas nama siapa, juga ada emailnya. Bahkan alamatnya.

Memang banyak sih web yang anonymous. Tapi seenggaknya kita berusaha cari tahu kan ya?

2. Kontak si pemilik web atau blog


Yang pertama harus kita ingat, bahwa kita jangan sampai berperilaku yang sama jahatnya dengan si pengambil konten ini. Kita harus tetap profesional, dan perlihatkan bahwa kita juga punya etika meski kita adalah pihak yang benar dan dia yang salah. So, JANGAN SAMPAI NGEBULLY.

Nggak perlu sampai bergotong royong mengerahkan massa untuk menyerang si pengambil konten. Bullying, dalam bentuk apa pun dan tujuan apa pun, itu nggak bener. Meski, kalaupun akhirnya dia dibully, pastikan BUKAN kita yang mengajak orang-orang untuk ngebully. Kadang memang everything is out of control kalau yang seperti ini terjadi di dunia maya ya. Tiba-tiba saja bola salju menggelinding begitu kencang, tanpa bisa dihentikan. Yah, kalau sudah gitu sih ... *kedik bahu*


Baca juga:  Cyber Bullying is a Habit 


Akan lebih baik jika kita menghubungi si pengambil konten tersebut via japri. Email dengan sopan, dan pastikan poin-poin ini ada dalam email kamu:
  • Informasikan konten yang diambil, akan lebih baik jika kamu menyertakan konten asli dari kamu (jangan lupa tanggalnya harus kelihatan ya), dan konten yang ada di dia yang diambil dari kamu (sertakan tanggalnya juga)
  • Pintalah credit link atau namamu atau apa pun yang menyebutkan bahwa kamu pemegang asli materi konten tersebut ditambahkan dalam kontennya.
  • Pastikan kalimat-kalimat kamu bernada terbuka akan dialog ya. Jangan bernada mengancam, jangan bernada emosional. Tetap tenang, dan berikan dia kesempatan untuk menjawab.
Nah, kalau sudah kamu kirimkan email biasanya sih ada dua kemungkinan:
  • Dia sadar penuh bahwa sebenarnya dia nggak boleh ngambil konten orang sembarangan tapi ngeles.
  • Dia nggak tahu bahwa ngambil konten orang tanpa izin itu ilegal, dan kemudian ngeles dengan beberapa alasan yang sudah saya sebutkan di paling atas sana.

3. Kumpulkan bukti

  • Screen capture semua konten yang dia ambil, dan jangan lupa screen capture konten kamu juga yang dia ambil itu ya. Lalu buat perbandingan.
  • Simpan semua bukti dialog dan korespondensi dengan si pengambil konten yang sudah kamu lakukan. Jika ada tanggal-tanggal dan bisa kamu urutkan sesuai kronologi kejadian sih akan lebih baik.
  • Temukan saksi pendukung, yaitu teman-teman kamu yang bisa menyatakan bahwa konten kamu asli dan lebih dulu published ketimbang si pengambil konten.


4.  Report!


Nah, kalau dia keukeuh bin ngeyel, kamu pun bisa meminta takedown.

Kalau kebetulan blog atau web dia ada di wordpress.com, which means dia ngeblog di wordpress gratisan, wordpress sendiri menyebutkan secara jelas dalam Term & Condition-nya.

By making Content available, you represent and warrant that:
... the downloading, copying and use of the Content will not infringe the proprietary rights, including but not limited to the copyright, patent, trademark or trade secret rights, of any third party…

Jadi, pada prinsipnya, kamu bisa melaporkannya pada Wordpress.
Begitu juga di Blogspot. Saya pernah juga minta takedown ke blogspot, karena kebetulan blog si pengambil konten ada di blogspot gratisan. Dan, responnya cukup cepat. Lebih cepat dari perkiraan saya. Kira-kira dua atau tiga hari setelah saya report, Blogspot sudah menghapus artikel kopas di blog si pengambil konten.

Mengenai pelaporan dan penghapusan konten dari Blogspot kamu bisa akses di sini, sedangkan Wordpress di sini.
Kamu juga bisa meminta ban dari Search Engine. Kalau yang ini, mendingan kamu baca sendiri di sini ya. Langsung saja ke source-nya, biar jelas.


Nah, lalu kalau sudah 'mengatasi' si pengambil konten, sekarang kita harus menambah proteksi terhadap konten kita ya, tentunya. Ada beberapa langkah yang bisa kita ambil. Yahhhh, bukan untuk menyetop sama sekali *karena ini jelas GA MUNGKIN* tapi setidaknya meminimalisir kemungkinan dikopas.



Langkah-Langkah untuk Mencegah Konten Kita Diambil

Cegah sedari kita mulai publish.

1. Signature


Untuk foto atau image atau infografis, jangan lupa untuk menambahkan signature. Mau watermark ataukah sekadar signature di satu bagian dari foto atau image, it's enough. Jangan sampai juga mengganggu pemandangan ya. Karena kadang kalau peletakannya nggak tepat, itu kok ya bikin kelilipan.

Untuk watermark, kamu bisa menggunakan Photoscape atau Photoshop. Untuk tutorialnya bisa kamu lihat di sini. Sama saja sebenarnya prinsip mau pakai Photoscape atau Photoshop.
Kalau nggak punya Photoscape atau Photoshop, kamu bisa bikin via PicMonkey atau Pixlr atau Canva atau BeFunky. Hmm, kapan-kapan deh saya bikin tutorialnya ya.

2. Tambahkan script anti kopas


Kalau di Wordpress self hosted, ada plugin namanya WP Copyright Pro. Kalau sudah diinstal, dia bisa membantu kamu mencegah pencurian konten dengan cara disable klik kanan dan juga sorotnya.

Mas Febriyan Lukito pernah bahas lengkap mengenai anti kopas di Wordpress self hosted. Ada di sebelah sini ya.

Kalau di blogspot, ada script HTML khususnya. Sila digugling aja ya, banyak tutorialnya.

3. State your policy


Nah, ini nih. Barangkali kamu perlu menambahkan semacam disclaimer atau warning, bisa kamu taruh di laman About Me, atau di sidebar juga bisa.

Kalau kamu tidak memperbolehkan pengambilan kontenmu sama sekali, state it out.
Kalau kamu memperbolehkan diambil tapi dengan izin, state it out.
Kalau kamu memperbolehkan kontenmu free to take dan free to use, state it out.

Saya juga belum sempat menambahkan ini di laman About Me. Semoga segera bisa saya tambahkan ya :)

4. Ikhlas


Waini. Jangan ketawa dulu ya.
Jadi begini, toh nothing’s new under the sun, dan apa pun yang sudah kita publish ya, akan jadi milik publik. Jadi ketika mau mencet tombol publish, tekankan pada diri sendiri bahwa kita ikhlas mem-publish karya kita itu.

Karena, seperti yang sudah saya sebutkan di awal, yang seperti nggak akan bisa hilang musnah selama masih ada proses kreativitas. Daripada ngomel sana ngomel sini nggak berenti-berenti karena karyanya dikopas, maksudnya, yaaa ngomel sih boleh-boleh aja. Namanya juga menumpahkan kekesalan. Gimana nggak kesel, kita yang mikir, orang lain yang dapet kerennya. Iya kan?

Tapiiii, bentar aja. Nggak usah lama-lama. Mendingan, dipake aja itu rage power-nya menjadi karya lain yang lebih dahsyat. Berkarya lagi, menulis lagi, foto-foto lagi, dengan lebih bagus! Dikopi lagi, bikin lagi yang lain yang lebih bagus! Dikopi lagi? Yaa, bikin lagi! Gitu terus. (as I write here)


Who agree with me?


Dan ingat. Jika kamu sebal dan jengkel karena ulah orang lain yang mengambil konten sembarangan, maka kamu juga jangan melakukan hal yang sama.

Nah, apakah kamu punya pengalaman konten kamu diambil orang tanpa izin atau tanpa sepengetahuan kamu? Gimana rasanya? Dan, apa yang kamu lakukan?
Cerita dong!

You May Also Like

67 comments

  1. Kalau blog aku, mau diambil suka-suka mbak hehehe :) semangat-semangat, terima kasih tipsnya hehehehe #matoh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Monggo saja :) Ini berarti mas Didik pemilik blog yang baik. hehe.

      Hapus
  2. Mbak, saya sering ambil foto di Google terus bawahnya saya kasih sumber foto dari www.abcdalala.com bukan yg link panjangnya itu bagaimana? Termasuk nyuri juga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enggak, Mbak. Kalau sudah mencantumkan sumber itu kan bukan mengakui karya orang sebagai karya sendiri :)
      Tentu kalau memungkinkan, meminta izin akan lebih baik :)

      Hapus
  3. Saya sering banget ambil gambar dari web lain nggak pake izin :(
    tapi sumbernya saya cantumin terus sih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut aku, itu bukan 'ambil seenaknya' karena kita juga nggak mengakuinya sebagai hasil karya kita kan?
      Tapi, akan lebih baik juga kalau kita ambil dari sumber yang CC0 kalau untuk image :)

      Hapus
  4. Noted banget, Mbak. TFS ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wih. Dikunjungi seleblog :))
      Makasih ya, Ka, udah baca.

      Hapus
  5. Wahhh makasih banyak Mak sudah disebut di sini. :D
    Saya sendiri sekarang dah gak pasang plugin itu mak. biarkan saja kalau mereka mau ambil.

    Memang agak disayangkan sih pengguna internet itu super biasa aja soal ambil mengambil ini.

    BalasHapus
  6. Walaupun semua dengan mudah ditemui di Google, alangkah baiknya etika itu tetap ada ya mak.
    4 langkah itu baru nomor 1 yang dilakuin hihih nomor 4 setuju, ketika dikopas kita bikin lagi terus dan terus. Percuma juga ngomel-ngomel terus berhenti berkarya ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, etika tetap harus ada dong.
      Semangatttt!

      Hapus
  7. Uwowowowowowoooooo!!! Saya cuma bisa melongo baca ini Mbak Car. Kerreeeennn tulisannya. Aih pengen bisa nulis kek gini instead of babling kebanyakan deh. Makasih ilmunyaaaa. Hihihi.... Yaini yang kek gini postingan yang bikin saya rela meluangkan waktu baca per kata. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. #Eaaaaaa
      *kepala terus rasanya megarrrr*
      :)))))

      Hapus
  8. Kalau dulu sering asal ambil-ambil aja dari google image, walaupun dikasih keterangan sumber gambar. Ternyata cara tsb masih belum elok untuk dilakukan ya Mbak. Terima kasih Mbak sharing-nya, dan juga terima kasih sudah diingatkan. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ambil dan dikasih sumber, itu masih okelah. Karena itu nggak berarti mengakui punya orang lain, menjadi milik sendiri :)

      Hapus
  9. aku sudah terlalu biasa konten ku diambil orang dan diaku milik dia. paling sering ketika dulu jaman masih nulis tutorial. kalau sekarang paling2 foto yang sering diambil orang tanpa kredit, hehe

    BalasHapus
  10. Kalo ada yg copas berarti bangga juga artikel kita menarik. Tapi kalo traffic dia lebih tinggi, sedih. Hehehe.
    Thanks for sharing ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya memang, ya. Kalau dikopas ada sedikit bangga, karena berarti tulisan kita bagus. Yah, kalau memamng ikhlas ya nggak apa-apa. Kan itu ada di nomor 4 =))

      Hapus
  11. Tulisan, foto, apalagi infografisku gak pernah ada yg nyolong...pada gak sudi, mak. 😁😁😁

    BalasHapus
  12. Dulu banget pas awal ngeblog saya suka ngambil gambar sembarangan dari google. Nah setelah ikut kontes saya gak berani asal comot. Malah saya lbh suka pake dokumentasi sendiri. Rasanya lbh nyaman. Ya ampun blog saya dulu alay-nya masya allah. Widgetnya banyak yg gerak2 ada apa itu ikan-ikan koi yg bergerak klo dikasih makan. Alayyy... makin ke sini makin belajar banyak...

    Saya akan terus ngikuti postingan mb carra... banyak2 belajar bikin konten yg bagus :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha. Sama kok, aku pertama ngeblog juga alay abis. Kayaknya itu "penyakit" semua orang yang baru punya blog. Wajar.
      Mari belajar bareng-bareng! :D

      Hapus
  13. Kerenlah postingan ini. Good :)

    BalasHapus
  14. Saya pernah ngalamin, mba. Foto saya diambil, peruntukan komersil dan fraud (kebohongan dan penipuan). Benar2 tak elok. Klo mba di sini kan menyarankan kontak lalu minta dia kasih keterangan klo itu bukan fotonya (melainkan foto saya), tapi kan percuma aja krn situsnya jualan obat bohongan. Nanti nama saya yg jelek. Jadi langsung saya laporkan.. boleh kan mba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh saja. Semua tergantung policy masing-masing kan? Kalau memang nggak bisa ditolerir, ya langsung laporkan saja.
      Semangat ya!

      Hapus
    2. Makasih tanggapannya, mba.. iya, tetap semangat! ^^

      Hapus
  15. Kalau saya gak ada yang copas kayaknya. lha wong tulisannya biasa-biasa aja. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan salah, Mbak. Bisa saja ada yang memang mencari tulisan yang biasa saja :)

      Hapus
  16. Saya pernah ngalamin foto saya dipakai orang di FB, saya tanya via inbox dapat darimana, katanya dari temannya. Saya katakan itu karya sata, dia minta maaf. Selesai.
    Belakangan, saya belajar dari fotografer senior, Fendi Siregar, waktu saya cerita soal pencurian karya, beliau komentar: "Vi, kalau karyamu dicuri, itu berarti karyamu disukai orang, syukuri. Ayo bikin yang lebih bagus lagi, terus dan terus lebih bagus."
    Dan kalimat itu bikin saya merenung lama sekali. Iya, harus belajar ikhlas, karena setiap yang diunggah di dunia maya sudah jadi milik publik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mbak. Biar itu susah banget, tapi kita memang harus punya rasa ikhlas begitu kita mulai banyak bekerja di online :)
      Terima kasih sudah baca, Mbak.

      Hapus
  17. Duh artikelnya informatif banget maak Carra. Thanks for sharing :)

    BalasHapus
  18. Terimakasih tipsnya mbak Carra, ini bermanfaat banget. Alhamdulillah, so far belum ngalamin (atau mungkin saya belum tau), tapi tips2nya terutama di bagian pencegahan bisa langsung dikerjakan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga nggak perlu ngalamin ya :)
      Terima kasih sudah baca.

      Hapus
  19. Mba gimana caranya ngecek konten kita di curi orang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mmm ... biasanya kalau aku sih ya tahu aja gitu, Rin. Ada yang ngasih lihat, atau kebetulan aku sendiri lihat. Nggak ada 'detektor' yang pasti sih. Kalau dulu ada MyFreeCopyright. Tapi kayaknya webnya udah matik sekarang.

      Hapus
  20. Kalo saya foto, mbak. sudah saya inbox orangnya eh, akun dia tiba2 hilang.
    Saya setuju dengan mbak Vivera Siregar. Bagaimanapun juga ketika saya mengunggah foto berarti harus siap dengan keadaan spt ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap, baegitu publish harus ikhlas :)
      Makasih ya, sudah baca.

      Hapus
  21. Saya blm pernah ngalam8n karya saya di curi orang. Ini mungkin berarti sy belum jadi blogger dan penulis yg keren. Hihi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, jangan mengukur bagus enggaknya tulisan dari banyak enggaknya dicuri juga sih :)))
      Semangat ya :)
      Keep writing!

      Hapus
  22. Beberapa kali ada yg ambil fotoku, aku tau nggak sengaja sih. Udah kuemail nggak dibales, yo wis lah kubiarkan aja. Waktu itu emang nggak kukasih watermark fotonya, tapi meski dikasih juga kalo pencurinya niat bakal di crop ya. Serba salah, taruh watermark dipinggir bia dicrop, di tengah merusak pemandangan foto :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mak. Memang harus pinter-pinternya kita. Yang penting, begitu publish langsung ikhlas aja. Biasanya sih terus kita nggak baperan :)

      Hapus
  23. Isi konten diambil orang? Aku mah cuek ajaa.. Foto diambil orang? Cueekk aja.. Anggap aja lagi ibadah, nambah pahala. Selesai sudah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aminnn. Semoga pahalamu selalu besar ya, Kak Terren :D

      Hapus
  24. Ini nanggapi curhatanku kemaren ya mak hehhehe
    Semua yang ditulis mak ratri di atas udah coba kulakukan mak, cuma konteksku kemaren kena autoblogger AGC yang mengklonning blog aku, jadi saama label lanelnya juga disedot abis, dari 200 artikel, berhasil dia comot 140 an.
    Aku dah coba kontak baik2 lewat semua medsosnya, tapi kayaknya fiktif dan ga ada respon gitu. Aku menuju google dmca juga kayaknya mbulet nih, soalnya aku rada g mudeng bahsa inggris.
    Satu2nya jalan...pasrah huhuhu
    Mb mohon pencerahannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Artikel ini sudah ada sejak Mei :)
      Cuma kushare ulang. Setiap artikel memang kushare ulang satu per satu. Siapa tahu ada yang butuh.
      Dulu aku pernah juga diambil hampir seluruh isi blog, dan itu nggak cuma oleh 1 website. Oleh beberapa web sekaligus. Ya urus satu per satu. Dan, memang butuh usaha ekstra karena aku kemudian korespondensi sama gugel dengan bahasa inggris.

      Hapus
  25. Aku aku pernah ngalamin. Bener, jangan salah lho kalau merasa tulisan kita biasa aja. Lho itu artikelku yang dicopas kurang curhat apa coba. Gitu aja dicopas :D Tak inbox orangnya, eh ga dibales. Yaudalah ya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi. Apa saja memang bisa dikopas, Mbak :)

      Hapus
  26. Thankyou mak, infonya bermanfaat banget.
    Merasa tersentil dengan tulisan ini. Aku juga masih sering ngambil2 gambar dari web tanpa izin, tapi biasanya aku cantumin sumbernya. Terkadang gambarnya juga ditautin ke web asal gambar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk, pelan-pelan mengurangi pakai gambar sembarangan :)

      Hapus
  27. Aku blm pasang scrip anti copas. Duh tulisanku gitu kalo dicopas ya krg kerjaan kali dia. Baper semua

    BalasHapus
  28. Gan, url saya dicuri gimana? jadi bloggernya dianggap belum punya blog, tapi blog lamanya masih aktif, dan itu emailnya udah bener karena itu punya sejuta umat, dan di hack seenaknya dengan tidak bermoral. bagaimana

    BalasHapus
  29. Kalau pengambilan foto lewat capture screen, gimana ya mba, menyalahi etika ga ya?

    BalasHapus
  30. Wah.. Aku lagi ngalamin hal kayak gitu. Aku baru aja upload foto sebuat tempat wisata di kota ku. Aku yg ambil gambarnya dan nyuruh adek buat jd modelnya. Kebetulan aku kan reporter. Nah, setelah berita dan poto aku share ke fb, banyak yg share ulang.
    Ujung2nya berita dan foto2 itu sampe nyebar ke sejumlah web (tribun, indozone, dll). Parahnya, disitu disebutin, mereka ngambil dari fb orang lain dan bukan dari akun fb ku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Turut prihatin :( Biasanya kita memang lantas kesulitan sih menelusuri foto yang sudah viral, aslinya dari mana kecuali punya beberapa tools. Yah, semoga nggak terjadi lagi ya.

      Hapus
  31. Artikel yang lengkap dan positif. Memang malas berurusan dengan yg ambil tapi perlu juga. Kalau soal klaim2 karya foto kadang mainnya ngeri, sampai level perusahaan gede.Kalau di watermarknya ngasal malah jadi memble. Ditunggu tutorial watermarknya mba 😀

    BalasHapus
  32. Halo mbak, saya mau nanyak nih, saya kan kerjanya design2 produk digital gitu, web, poster dll , nah pas Design saya sering pake illustrasi orang lain dari dribbble atau behance atau pinterest trus saya gk izin karna kadang hubungi yg punya illustrasi itu susah dapet kontaknya, apalagi kalo yg punya orang luar... tapi saya tetap cantumin aja id mereka ketika saya publish design saya misalnya gini saya buat caption : "illustrasi ini didalam bukan milikku, terima kasih untuk kreatornya". Nah yg jadi pertanyaan saya harus gimana? Apa yg saya lakuin itu salah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo. Saya juga pernah mengalami begini.
      Well, sebisa mungkin sih saya selalu pakai desain dengan disclaimer boleh dipakai secara bebas, tapi kadang untuk desain tertentu susah dapat yang cocok. Yang bisa pas adalah yang nggak ada disclaimernya.
      Terus, ya saya kreditkan nama kreatornya, dengan catatan jika kemudian sang kreator nggak setuju kita mesti siap juga menariknya.

      Hapus
  33. Pernah ngalamin dan jadi ada pencerahan buat cara report,makasii mbaak

    BalasHapus
  34. Wah oke-oke akan kulakukan. Aku belum pernah menyatakan tidak boleh dikopas. Untuk report itu barutau kalau blogspot juga bisa. Mendingan langsung minta take down ya, daripada ribet.
    Oya, itu url linknya typo lo. "mengatas" instead of "mengatasi"

    BalasHapus
  35. Kalau dibiarkan tuman mbak😂😅

    BalasHapus