8 Langkah Self Editing bagi Para Blogger untuk Menghasilkan Artikel yang Bersih dan Rapi

by - Juni 10, 2016

Editing perlu juga dilakukan oleh seorang blogger


Kadang, saat kita sudah susah-susah menggali ide, dan kemudian menuliskannya di blog, kita merasa bahwa tugas kita sudah selesai. Ya paling-paling yang kemudian kita lakukan adalah menambahkan konten-konten tambahan yang perlu, seperti konten visual ataupun video kan ya?

Benarkah tugas kita sudah selesai sebagai seorang penyampai pesan?
Apakah benar-benar sudah puas dengan hasil tulisan kita?

Sering kejadian nggak, setelah publish dan dibaca lagi, lho, ternyata banyak kesalahan tulis. Terus setelah dibaca oleh orang lain, lho, ternyata kok orang tersebut menanyakan hal yang seharusnya ada dalam tulisan kita? Setelah dicek, oh iya, ternyata ada satu bagian yang terlupakan dan terlewatkan.

Saya sih cukup sering. Meski saya mostly selalu membuat kerangka pikiran atau outline, kadang ada saja yang rasanya kurang dalam tulisan yang sudah saya buat.
Saat itulah, self editing diperlukan.

Yep, self editing nggak cuma bisa dilakukan kalau kita menulis buku saja, tapi juga artikel online semacam artikel blog atau media online lain.

Editing bukan pekerjaan gampang. Karena itu fee seorang editor juga mahal :)) Diperlukan ketelatenan, kesabaran dan ketelitian luar biasa untuk bisa mengedit suatu tulisan. Editor (ini lagi-lagi buat saya pribadi) bertindak sebagai banyak peran; sebagai pembaca, dia akan mengecek apakah tulisan kita bisa dipahami, sebagai  spelling dan grammar police, dia akan membenarkan tulisan kita agar sesuai dengan kaidah yang berlaku. Selain itu dia juga akan mengecek flow tulisan kita.

Nah, kalau di penerbitan atau media online, memang ada editor yang bertugas membuat tulisan kita lebih baik, lalu bagaimana di blog? Ya, harus diedit sendiri. Dan 'pekerjaan' blogger yang menjadi penulis sekaligus editor itu sebenarnya berat banget lho. Sudahlah berfungsi ganda, selain itu kita juga harus mencari kesalahan kita sendiri. Percayalah, itu susah.

Self editing biasanya memang lebih banyak dilakukan pada scanning kesalahan tulis atau typo, tapi lebih dari itu, jika pengin tulisan kita benar-benar matang dan detail, ada baiknya kita melakukan self editing lebih dalam lagi. Karena, ya mungkin ini saya pribadi sih, saya selalu pengin bisa menghasilkan tulisan yang bagus, yang mendalam, mendetail, runut, sehingga orang lain bisa dengan mudah menangkap pesan yang ingin saya sampaikan.

Namun, saya pikir, self editing untuk artikel blog oleh seorang blogger tentulah nggak serumit editing untuk buku, atau yang sering dilakukan oleh editor  profesional lainnya  Nah, untuk memulai self editing, ini ada sedikit tip simpel bagaimana melakukan self-editing, yang saya tulis berdasarkan sedikit pengalaman nge-proofread beberapa buku yang sudah-sudah.

Heuuuu ... karena cuma berdasarkan pengalaman yang masih seuprit, tolong dikoreksi ya, kalau ada salah ^^

8 Langkah Self Editing


Edit! Edit!


1. Jangan menulis, sambil mengedit


Saat kamu menulis artikel, just write away. Tuangkanlah semua yang ada di pikiran.
Sudah selesai?
Beristirahatlah! 5 menit, 10 menit, 15 menit. Ambil minum, ambil camilan.
Kemudian kembalilah ke tulisan kamu, lalu baca lagi dari awal.


2. Bacalah tiap kalimat secara berulang-ulang


Untuk membuat kalimat lebih baik, tak jarang kita harus membaca satu kalimat berkali-kali sampai kita mendapatkan esensi kalimat tersebut. Dari esensi ini, kadang kita bisa mengubah kalimat menjadi kalimat yang paling efisien.

Ohiya, kadang saya kalau menemui kalimat yang kelihatannya aneh, atau nggak nyambung, atau ya ... aneh (???), maka saya membacanya dengan suara keras.
Membaca dengan suara yang keras bisa membantu kita memahami letak keanehan kalimat yang sedang kita baca. Kemudian coba pikirkan beberapa alternatif kalimat lain, yang intinya sama, tapi misalnya susunannya diubah. Coba, kalau kalimatnya aktif dijadikan pasif? Atau sebaliknya? Atau mungkin, carikan padanan katanya.

Terutama sih saya mewaspadai kata yang sama disebut sampai beberapa kali dalam satu paragraf, apalagi dalam satu kalimat. Sebisa mungkin saya menghindarinya. Alternatifnya, ya itu tadi, carikan sinonim, atau ubah bentuk kalimat. Atau sekalian bikin paragraf baru saja.


3. Baca draft dalam fokus yang berbeda-beda


Saat ngedit tulisan penulis lain maupun saat self editing, saya biasanya melakukan editing secara bertahap. Scanning typo dalam satu waktu, lalu scanning EBI di waktu lain, kemudian menandai apa-apa yang terasa aneh di kronologis atau urutan bercerita di waktu yang lain lagi.

Juga perhatikan mengenai konsistensi istilah yang dipakai, misal ada 'ia' dan 'dia' dalam satu tulisan. Atau kita pakai 'nggak' di paragraf awal, lalu tiba-tiba ada 'enggak' di paragraf berikutnya. Yang begini sebaiknya diseragamkan.


4. Perhatikan ide utama dan ide pendukung dalam setiap paragraf


Pastikan bahwa dalam satu paragraf hanya mengandung satu ide utama sebagai topik, dan terkandung dalam kalimat topik. Kalimat-kalimat yang lain merupakan kalimat pendukung dari topik tersebut. Atau kalau kamu menulis dalam bentuk listicle ya, pastikan kamu menjelaskan satu permasalahan dalam  satu poin saja.


5. Revisi kalimat-kalimat panjang


Biasanya dalam satu kalimat terdapat paling tidak delapan hingga sepuluh kata. Jika sampai lebih terlalu banyak, berarti kalimat itu terlalu panjang. Apalagi sampai mengandung dua hingga tiga tanda baca koma yang terdiri atas kalimat, bukannya kata. Waaaahh...

Kalimat panjang terasa lebih melelahkan bagi pembaca. Apalagi untuk blog ya. Ketahanan orang membaca melalui monitor, baik itu laptop, gadget atau handphone, itu lebih terbatas ketimbang ketahanan orang membaca misalnya buku atau koran. Jadi, sebaiknya berilah jeda di kalimat-kalimat kamu.

Tapi juga sebaliknya, perhatikan penggunaan kalimat-kalimat yang terlalu pendek dan terpotong-potong tidak pada tempatnya, juga kalimat-kalimat ambigu dan sebagainya.
Kalimat-kalimat pendek yang pemotongannya nanggung, membuat kita juga kayak dientak-entak rasanya. Kurang mengalir juga.

So, sekali lagi, baca dengan suara keras jika kamu merasa ragu-ragu pada satu kalimat.


6. Perhatikan pemakaian katamu


Gunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai acuan penulisan kata baku. Ini bisa menggunakan yang berupa apps di Android atau smartphone masing-masing, atau bisa juga ke http://kbbi.web.id/. Saya juga selalu buka-buka tesaurus (kamus sinonim), artikel-artikel EBI, yang bisa diakses secara online. Jika ada kata yang meragukan, langsung deh cek saja ke Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ganti kata-kata yang terlalu banyak digunakan hingga membosankan dengan tesaurus. Cek penggunaan tanda baca yang benar. Nggak boleh malas ya :P

Mengenai pemakaian kata ini, juga bisa banget lho, kalau kamu mau menggunakan kata-kata tertentu sebagai ciri khas kamu. Kayak ada blogger yang selalu menyebut 'ituh' untuk kata 'itu'. Ada yang menyebut 'kek' untuk 'kayak', 'puun' untuk menyebut 'pohon', dan sebagainya.
Yang seperti ini sah-sah saja kok untuk sebuah blog. Blog kan bebas ya. Kalau kaku banget sesuai sama EBI kan jadinya kurang asyik kan?

Tapi tolong ya, tolong. Pikirkan juga para pembacamu ya. Kalau semisal memang mayoritas nggak keberatan, paham, dan tampak enjoy saja membacanya, ya berarti that's ok. Tapi kalau bikin pembacamu kelilipan, ya tolong deh ... diperbaiki.

Saya sendiri menulis di blog ini juga nggak EBI atau KBBI banget kan. Ada beberapa kata slank yang saya pakai karena memang sudah umum dipakai dan dipahami oleh banyak orang. Sepatah dua patah saya juga kadang pakai istilah ngenggris. Bukan buat gegayaan, tapi lebih ke makna di balik kata tersebut. Biasanya karena lebih ngena. Saya juga nggak saklek meng-italic-kan kata-kata asing yang saya gunakan, nggak kayak kaidah bahasa Indonesia yang beneran.

Yah, anggap saja itu bahasa selingkung ala blog Carolina Ratri-lah. Hihihi.
(Gaya selingkung adalah pedoman tata cara penulisan. Biasanya dipunyai oleh penerbit buku tertentu yang memberlakukan gaya yang biasanya berlainan satu sama lain. -Red)

Intinya, saya sebisa mungkin menggunakan kata-kata yang dipahami oleh banyak orang, dan nggak perlu kamus untuk bisa dimengerti. Apalagi kamus alay. Hehe.


7. Bebaskan kemungkinan adanya pelanggaran


Apakah tulisanmu mengandung sesuatu yang 'berbahaya'? Misalnya, seperti pelecehan terhadap pihak tertentu, fitnah, penghujatan, penyudutan dan lain-lain. Carilah orang yang bisa diajak berdiskusi jika kita menulis sesuatu yang sekiranya sensitif.

Meski ya, topik sejenis ini sering kita pakai untuk mengundang kontroversi supaya viral, ada baiknya juga kamu untuk berhati-hati. Pikirkan semua konsekuensinya ya. Jangan sampai menyesal kemudian.


8. Cek orisinalitas


Terakhir, kalau sudah selesai menulis draft, kita bisa cek orisinalitas tulisan kita di Plagiarism Checker di http://smallseotools.com/plagiarism-checker/.
Sampai seberapa orisinalkah tulisan kita? Seharusnya 90 - 100% original.



Nah, itu tadi beberapa langkah memulai self-editing simpel yang cocok bagi para blogger yang lebih bebas dan semau gue. Hahaha.
Yah, biarpun menulis 'semau gue' mau juga kan, tulisannya bisa dinikmati banyak orang ya? Pengin juga kan, tulisannya bisa menyampaikan pesan? Apalagi, siapa tahu bisa menang lomba?

Ada yang mau ditambahkan? Sok eta, tulis di kolom komen yah! :)

Selamat menulis!

You May Also Like

43 comments

  1. Wahhh,, ntar dicoba deh mbak, sering kali siap nulis, baca sikit langsung publish,,

    terima kasih tipsnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk, dibiasakan untuk self edit dulu yuk :) Biar lebih oqhe.

      Hapus
  2. Terima kasih info link untuk mencek keorigininalitasan tulisan

    BalasHapus
  3. nambah ilmu lagi, tfs Mba Carra:) baru tau ada penulisan namanya gaya selingkung, catet2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, terima kasih sudah baca ya. Semoga bermanfaat :)

      Hapus
  4. Menariiiik! Emang kalau mau nulis pertama-tama nulis lepas dulu ya, baru diedit. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, dikunjungi blogger legendaris :))
      Makasih ya, Cika, sudah baca.

      Hapus
  5. Guna banget nih maak, makasih banyaaaak :D

    BalasHapus
  6. Bener banget nih, Mbak.
    Gak boleh buru2 publish di blog,ya.
    Harus ngaso2 dulu trus dibaca lagi.
    Biasanya baru ngeh deh mana yg salah :)

    BalasHapus
  7. satu lagi dari Mbak Carra. Dahsyat. Saya gak nulis-nulis karena takut bikin orang kelilipan mulu Mbak. Hahahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba pada dikasih obat tetes mata, Mas. Biar nggak kelilipan. #eh

      Hapus
  8. Akhir-akhir ini aku lagi suka nulis panjang mbak hampir 1500 kata terus pas baca tips dari mbak Carolina aku jadi semakin perhatian sama konten tulisanku sebelum dipublish. Makasi ya mbak, ini berguna sekali :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahhh. 1500 kata! Keren, Mbak.
      Selamat nulis :)

      Hapus
  9. Dulu awal awal ngeblog juga nulis nama blog *ngarep di BW *toyor
    Sekarang sih engaaaakkk....
    Artikel mak Carra nih perlu dibaca orang-orang sepertiku dulu hahahah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha. Aku juga gitu kok dulu.
      Selamat nulis, BunAisha :-*

      Hapus
  10. Keren tipsnya, super komplit! Saya sendiri sudah menerapkan self-editing sebelum posting dipublikasikan. Tapi terkadang hanya editing EBI sama typo aja sih, belum ke soal flow segala macem. Mulai belajar lagi deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangaaat.
      Semoga tulisannya "makin matang" ;)

      Hapus
  11. Idihhh ini pas banget sih. Lagi edit postingan2 lama dari kemarin. :D

    lagi edit foto. edit kalimat dan kata. makasih Mak tipsnya.

    yang soal kalimat panjang, di wordpress sekarang Yoast update terbaru juga menganjurkan 1 paragraf gak lebih dari 20 kata, itu jadi salah satu kriteria.

    Mungkin satu lagi mbak pas edit, hindari penggunaan kalimat pasif.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal aku lebih suka kalimat pasif lho :))
      Lebih puitis buatku.

      (((lebih puitis)))

      Hapus
  12. Benar banget mba bahwa kadang apa yang kita tulis masih kurang padahal, walau udah dilakukan self editing. Ada hal yang alpa kita tulis padahal itu sangat dibutuhkan pembaca. Next harus double cek nih, supaya ngga ulangin kesalahan yang sama.

    BalasHapus
  13. Mba aku sudah coba yang tool http://smallseotools.com/plagiarism-checker/
    Kalau 100% Unique itu original kan mba? *maklum kudet

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Rin. Kalau sudah 100% unique berarti udah original 100%.

      Hapus
  14. Yang point 7 itu ngeri juga ya. Yang barusan ini aku posting anakku kena Db, asalnya aku nulis tgl dia ultah dan kelas berapa. Emang sih nggak nulis nama sekolah, tapi kok takut juga ya, jadilah kemarin aku hapus yg berkaitan dengan identitas anakku. Cuma namanya aja masih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, iya, Mak. Hati-hati ya. Kadang kita nggak sadar lho nuliskan yang pribadi-pribadi gitu. AKu juga masih belajar mengendalikan diri nih.

      Hapus
  15. Meski termasuk langkap dalam menulis karena keterbatasan waktu (alasan klasik), poin-poin yang disampaikan Mbak Carra sudah kulakukan. Dan semoga membuat orang lain pun juga melakukan supaya semakin terasah dengan baik. Males juga sih, BW ke blog yang kebanyakan typo, gayanya gitu-gitu saja, dan kadang diksi yang terkadang membingungkan.
    Thanks For Sharing, Mbak Carra sayang.
    Muuuach

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, Mak :)
      Semoga bisa terus menghasilkan artikel yang menarik ya!

      Hapus
  16. Ilmu baru tuh cek tulisan ke plagiarism. Belum pernah aku lakukan. Kalau tulisan kita berdasarkan sumber yang sama dengan gaya tulisan yang berbeda. Apakah terdetek plagiat. Padahal niatnya tidak begitu karena ripiu misalnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau cara menulisnya berbeda, meski sumber yang sama, hasilnya PASTI berbeda kan? Nggak mungkin sama plek tiplek kan?
      Dengan demikian, apakah plagiat? :)

      Hapus
    2. ikut nimbrung ya. Saya baru selesai nulis pengalaman di suatu tempat, eh ternyata sudah ada yang menulisnya. saya kaget karena ide kami sama banget, kritik yang kami lontarkan pun mirip-mirip. saya ragu untuk publikasikan tulisan saya karena takut dianggap nyontek padahal saya baru baca tulisan yang mirip itu setelah selesai nulis.

      Ada pendapatkah?

      .: Efi :.

      Hapus
    3. Hai, Mbak Efi :)
      Menurut aku sih, itu nggak apa-apa. Asal penyajiannya memang berbeda, maka pasti akan terasa berbeda juga meski topik dan kontennya mirip :)
      Bukankah there is nothing new under the sun?

      Hapus
  17. Mantapp. Belom pernah ngelakuin yg plagiarisme checker.

    BalasHapus
  18. waaah oke banget nih tips-nya. makasih banyak Mbak.

    .: Efi :.

    BalasHapus
  19. Makasih tips nya mba... Jarang ngecek pke plagiarism checker diriku..

    BalasHapus
  20. Self editing and proofreading😘 Masih sering kurang sabar aku kak Carra

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang sabar dong. Kan sama tulisan sendiri ini :))))

      Hapus