Plus Minus Menggunakan AI dalam Proses Menulis Artikel
Menggunakan AI buat bantu proses menulis sekarang udah jadi hal yang lumrah. Banyak penulis, content creator, bahkan perusahaan mulai melirik teknologi ini buat meringankan proses kerja. Dari bikin draft sampai nyari ide, semuanya bisa dilakukan dalam waktu singkat.
Tapi di balik semua kemudahannya, tetap ada hal-hal yang perlu dipikirkan. Soalnya, nulis itu bukan cuma soal cepat, tapi juga soal olah rasa dan kedalaman.
Teknologi memang bisa membantu kita menulis artikel. Tapi sepertinya tetap enggak akan bisa menggantikan cara manusia menulis.
Memang AI hasilnya bisa rapi, tapi kurang hidup. Bahkan seragam banget dari satu tulisan ke tulisan lainnya. Namun, di sisi lain, ada juga momen ketika AI bisa jadi penyelamat saat otak lagi buntu.
Jadi, penting buat lihat penggunaan AI dari berbagai sisi, tanpa terburu-buru bilang "iya" atau "nggak". Ayo, kita lihat lebih jauh.
Menggunakan AI untuk Menulis Artikel: Pros
1. Cepat dan Efisien
AI bisa menghasilkan artikel dalam waktu yang jauh lebih singkat dibanding manusia. Cukup beri instruksi, hasilnya keluar dalam hitungan menit. Cocok buat yang dikejar deadline atau butuh banyak konten dalam waktu singkat.
Proses brainstorming juga jadi lebih ringan. Waktu bisa dialihkan ke editing atau aktivitas lain, yang lebih “butuh otak manusia”. Praktis banget buat kerja cepat.
2. Bantu Riset Cepat
AI bisa bantu kumpulkan informasi dari berbagai sudut secara ringkas. Jadi, gak perlu buka banyak tab atau baca puluhan halaman. Cukup tanya, dan AI langsung kasih gambaran besarnya.
Ini sangat membantu buat nulis topik baru yang belum terlalu dipahami. Tapi tetap perlu dicek lagi, karena AI kadang bisa salah. Anggap saja sebagai alat bantu awal, bukan sumber akhir.
3. Minim Typo
Tulisan dari AI jarang ada kesalahan ketik atau ejaan. Grammar juga umumnya rapi.
Ini bikin proses penulisan terasa lebih bersih dari awal. Editing pun jadi lebih cepat karena gak perlu periksa hal-hal teknis dasar. Tapi tetap perlu mata manusia buat pastikan kalimatnya enak dibaca dan sesuai konteks.
4. Bisa Sesuai Gaya Tertentu
Beberapa AI sudah bisa menyesuaikan gaya penulisan. Misalnya mau yang formal, kasual, atau edukatif, bisa langsung diatur dari awal.
Ini membantu banget kalau nulis untuk berbagai platform yang butuh tone berbeda. Tapi hasilnya kadang masih butuh sentuhan manusia biar lebih hidup. Intinya, AI bisa mengikuti gaya, tapi belum tentu bisa menangkap “jiwa” tulisannya.
5. Bantu Atasi Writer’s Block
Saat ide mampet, AI bisa jadi penyelamat. Cukup ketik beberapa kalimat atau minta ide, langsung muncul banyak opsi. Bisa jadi pemicu inspirasi untuk lanjut nulis.
Bahkan, kadang AI bisa kasih sudut pandang yang gak kepikiran sebelumnya. Lumayan buat pemanasan mesin otak sebelum lanjut nulis. Tapi tetap jangan bergantung sepenuhnya, karena kreativitas tetap datang dari penulisnya.
Baca juga: Mengapa Tak Seharusnya Orang Membeli dan Menjual Prompt AI
Menggunakan AI untuk Menulis Artikel: Cons
1. Kurang Nuansa Manusiawi
AI bisa nulis rapi, tapi sering terasa datar dan terlalu “teknis”. Tulisan jadi kurang punya rasa, apalagi kalau topiknya butuh kedalaman emosional atau pengalaman pribadi. Pembaca bisa langsung tahu mana yang ditulis manusia dan mana yang buatan mesin.
Kadang AI juga gak bisa bikin narasi yang benar-benar menyentuh. Ini jadi tantangan kalau target audiens butuh koneksi emosional.
2. Potensi Konten Klise
AI sering menggunakan frasa-frasa umum yang terlalu sering dipakai. Hasilnya bisa terasa seperti copy-paste dari artikel-artikel lama. Kalimatnya terdengar generik dan gak punya ciri khas.
Bagi pembaca yang sering konsumsi konten, ini cepat terasa membosankan. Untuk bikin konten yang standout, tetap butuh kreativitas penulis. AI cuma bisa kasih dasar, bukan keunikan.
3. Risiko Plagiarisme Tak Disengaja
Meskipun AI bukan copy-paste langsung, kadang hasilnya bisa mirip banget dengan tulisan yang sudah ada. Ini bisa berisiko kalau gak dicek ulang. Apalagi kalau tulisan ditujukan untuk publikasi besar atau klien penting.
Jadi, selalu penting buat cek ulang dengan tools plagiarisme. Bahkan kalau bisa, tulis ulang dengan gaya sendiri biar lebih aman.
4. Butuh Editing Manual
Meskipun hasil awalnya rapi, tetap butuh waktu buat menyunting ulang. Kadang ada bagian yang kaku, kurang nyambung, atau terlalu panjang. Struktur paragraf juga kadang gak logis.
Jadi tetap butuh tangan manusia buat bikin tulisannya enak dibaca. Editing ini penting biar hasil akhirnya tetap terasa alami.
5. Tidak Paham Konteks Mendalam
AI belum bisa memahami konteks sosial, budaya, atau hal-hal detail dalam bahasa. Misalnya soal ironi, sarkasme, atau lelucon—sering kali malah jadi datar atau salah paham. Jadinya, bisa saja nggak nyambung.
Ini terutama penting kalau target pembacanya spesifik atau topiknya sensitif. AI masih jauh dari bisa ganti penulis manusia sepenuhnya dalam hal ini.
Baca juga: Langkah-Langkah Membuat Storytelling yang Menarik dan Berkesan
Menggunakan AI dalam proses menulis memang menawarkan banyak kemudahan, tapi tetap ada hal-hal yang nggak bisa digantikan oleh sentuhan manusia.
Teknologi ini bisa jadi alat bantu yang efektif, asal dipakai dengan bijak dan tetap dikombinasikan dengan kreativitas penulis. Jangan cuma tergiur kecepatan, tapi abaikan kualitas dan kedalaman isi. Di tengah arus konten yang makin padat, tulisan yang punya rasa dan makna tetap lebih menonjol.
Jadi, AI boleh dipakai, tapi peran manusia tetap jadi kunci utama.
Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!
0 comments