Tip Jual Diri sebagai Penulis Introver

by - Mei 19, 2024

Tip Jual Diri sebagai Penulis Introver

Orang umumnya menjual diri dengan cara networking. Tebar pesona sana-sini. Sayangnya, hal kayak gini jadi semacam “momok” buat penulis introver. Apalagi tipe-tipe INTJ, introvernya introver.

Lha terus, apa itu artinya enggak ada kesempatan buat orang introver untuk bisa maju? Apalagi orang introver yang jadi penulis. Udahlah lebih suka nulis, nggak suka ngomong, terus jual dirinya gimana?

Cara Jual Diri Penulis Introver

Menjual diri bagi penulis introver memang tantangan besar tersendiri. Namun, ada beberapa trik yang dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan keterampilan komunikasi, sekaligus menjaga kenyamanan kamu sebagai introver. 

Beberapa di antaranya berhasil di saya. Barangkali kamu juga bisa coba.

1. Bangun Kehadiran Online yang Kuat

Dalam era digital ini, penulis dapat memanfaatkan blog, media sosial, atau platform publikasi online untuk membagikan karya dan pemikirannya. Ini adalah cara yang bagus untuk menarik perhatian, juga bagi seorang introver.

Memang ini enggak 100% introver sih. Karena kamu tetap harus “bergaul” tapi seenggaknya kamu bisa “bersembunyi” di balik username. Jadi lebih “aman”.

So, coba aktif di berbagai platform. Kamu boleh pilih yang paling nyaman buatmu. 

Saya sendiri dulu mengawali dari Wordpress gratisan. Dulu ngeblog di Wordpress asyik banget sih, karena bisa langsung kenalan juga sama orang-orang baru. Baru setelah itu muncul Plurk, dan akhirnya Facebook.

Facebook menjadi salah satu andalan banget buat saya ngebangun eksistensi sosial. Dari Facebook, saya gabung ke beberapa komunitas, dan bikin juga beberapa komunitas meskipun sekarang sudah pada almarhum.

Satu hal yang harus banget diingat: Jangan pernah terlibat dalam campaign dengan ujaran kebencian. Please, jejak digital itu nyata. Jangan sampai ketika digoogling namamu, muncul hal-hal yang membuat orang jadi missed.

Baca juga: Introvert Susah Sukses dalam Karier? Ah, yang Bener! 

2. Bergabung dengan Komunitas Penulis Online:

Nah, ini saya lakukan sih dulu. Gabung ke beberapa grup bloger, bahkan sempat menjadi admin juga untuk beberapa di antaranya. Bukan kebetulan dan tanpa tujuan. Saya memang mendekati orang-orang “penting” di komunitas itu, agar bisa “kecipratan” networking-nya.

Ya, nyatanya sekarang beberapa di antara mereka malah jadi partner kerja.

So, coba cari forum, grup Facebook, atau platform seperti Wattpad di mana kamu bisa berbagi karya dan mendapatkan umpan balik dari penulis lain. Ini salah satu cara networking yang paling pas buat introver. Karena kalau cuma haha hihi sosialita, kebanyakan pasti kurang cocok.

3. Fokus pada Kualitas Bukan Kuantitas

Sebagai introver, kamu pasti akan lebih suka ngobrol yang intens dibandingkan basa-basi doang. So, gunakan ini dalam komunikasi kamu. Bikin konten yang berkualitas alih-alih fokus pada kuantitas.

Sebagai contoh, saya banyak mendapatkan tip Instagram growth, bahwa untuk mendapatkan grafik pertumbuhan akun yang bagus, kita kudu posting minimal 3 kali sehari. Lalu, banyakin reels, yang menampilkan wajah.

This is sooo … not  us! Hahaha.

Faktanya, kalau saya posting reels justru insightnya tiarap. Tapi kalau bikin carousel dan membahas tip nulis yang relevan dengan bahasan yang mendalam, insightnya bagus. Sering masuk explore pula. 

Saya paling posting cuma sekali aja seminggu. Simply karena memang bisanya posting sekali saja seminggu. But, I make sure, saya buat dengan sepenuh hati. Gak sembarangan.

So, sesuaikan saja. Jangan terlalu ngikutin tip yang ada. What works for them, belum tentu works for you. Fokus pada kualitas, bukan kuantitas.

4. Kolaborasi dengan Penulis atau Kreator Lain, dan Nulis di Platform Lain

Bekerja sama dengan orang lain dapat membantu memperluas jangkauan kamu. Baik itu melalui proyek bersama, guest posting di blog orang lain, atau interview.

Saya dulu termasuk bloger yang rajin kirim guest blog ke blog orang lain. Saya nulis di blog beberapa komunitas, saya nulis di blog orang, saya nulis di Kompasiana, Medium, dan banyak lagi. Lumayan juga, ada banyak yang kemudian muncul ketika digoogling.

5. “Manfaatkan” Klien Lama

Klien kadang datang dengan masalah masing-masing, yang membutuhkan solusi yang enggak seragam. Saya berusaha untuk mendengarkan mereka, dan mengakomodasinya.

Misalnya ada bloger keuangan. Minta saya untuk menulis artikel-artikel keuangan di blognya. Pada akhirnya, saya juga jadi virtual assistant-nya, karena beliau kantoran dan merasa enggak punya waktu untuk handle inquiries yang masuk ke Instagramnya. Jadi, saya yang seleksi. Berasa kayak manajemen artis deh. Hahaha.

Dari beliau, masuk banyak leads lain. Karena setiap kali ada orang yang minta rekomendasi penulis konten, beliau merekomendasikan saya.

So, inilah cara jual diri yang memang paling efisien di saya.

6. Buat Portofolio yang Meyakinkan

Karena kita bukanlah orang yang “pinter” jual diri dengan omongan, maka kita kudu menyiapkan alat penjualan yang lain. Apa itu? Betul, portofolio!

Pastikan kamu punya portofolio yang meyakinkan ya. Jangan nanya, “Kalau misalnya pemula, kan belum pernah ikut proyek. Portofolionya gimana?”


Coba cek postingan saya di Instagram yang ini. Lalu ikuti ya. Portofolio enggak harus datang dari klien, kamu juga bisa membuat portofoliomu sendiri.

So, buatlah meyakinkan, yang ketika ada orang nanya, kita bisa langsung sodorkan tanpa perlu banyak berkata-kata. Let the picture speaks a thousand words! Tsah.

7. Terapkan SEO

SEO adalah tool paling cocok untuk keperluan promosi diri bagi penulis introver. Tanpa perlu banyak berkoar-koar, orang bisa menemukan artikel yang tepat dengan kebutuhan mereka di blog. Tanpa perlu banyak cingcong, mereka akan langsung bisa menilai, bagaimana kualitas artikel si penulis.

Less effort, more effect!

So, buat yang pengin menjual diri sebagai penulis, dan belum tahu apa itu SEO, now it's time, ladies and gentlemen!

Baca juga: Memulai Karier Sebagai Penulis Lepas, Here's What You Can Do!

So, itu dia cara jualan diri sebagai penulis introver. Yang pasti, kita-kita ini biasanya dianugerahi kemampuan untuk mengamati yang lebih baik. Jadi, kita akan tahu, mana klien potensial yang perlu didekati, dan mana yang sekadar lewat. Gunakan intuisimu, karena memang enggak semua orang worth untuk didekati.


You May Also Like

0 comments