Ini Lho 7 Tanda Insecure Saat Gaul di Media Sosial. Hati-hati!

by - Maret 01, 2016

Media Sosial Bisa Bikin Bete!


Ada yang suka ngerasain munculnya tanda-tanda insecure saat gaul di media sosial?

Yah, udah pada tahu ya, kalau media sosial adalah salah satu bentuk lain dari pergaulan sosial masa kini. Dan, namanya pergaulan sama orang banyak, kadang muncul ketidakcocokan, ketidaknyamanan, ketidakamanan, dan perasaan-perasaan negatif lain yang muncul karena berproses sosial tersebut.

Perasaan-perasaan negatif dalam pergaulan ini kemudian memunculkan perasaan insecure, meski kadang kita nggak nyadar saat perasaan ini muncul di permukaan. Yang ada, adalah pelampiasan perasaan ini dalam bentuk tingkah laku tertentu. Meski kedengaran sepele, pelampiasan perasaan negatif apapun itu sepertinya harus kita waspadai.

Kenapa? Karena bisa mengganggu kesehatan jiwa dan raga.

Eits, jangan ketawa dulu. Orang bisa kok jadi "terganggu" jiwanya karena terlalu banyak berita buruk di newsfeed Facebook-nya, atau karena terlalu banyak hal negatif berlalu lalang di timeline Twitternya. Juga terlalu banyak gunjingan atau gosip nggak penting lainnya.

Nah, sebelum kamu benar-benar menjadi "terganggu" jiwanya *sebentar, kok nggak enak banget ya ini istilahnya. Kita ganti apa ya, enaknya?*, dan pergaulanmu di dunia maya menjadi nggak sehat *nah, kayaknya ini lebih oke nih*, coba yuk kenali dulu tanda-tanda ini.

7 Tanda Insecure Saat Gaul di Media Sosial dan di Dunia Maya pada Umumnya


1. Curigaan




Saat ada status temannya melintas di newsfeed facebook, orang insecure akan jadi mikir. Eh, ini jangan-jangan nyindir gue ya?

Ya, kalau pernah mikir seperti itu, sebaiknya mulailah waspada. Karena itulah tanda awal muncul perasaan insecure, saat sudah nggak sehat lagi dalam bergaul. Coba deh dilihat, is it all about you here? Is the world spinning only around you?

Coba cek, apakah teman tersebut hanya punya teman satu orang doang? Berapa banyak friendlist-nya? Kalau banyak, bisa saja kan kebetulan, si teman sedang membicarakan orang lain? Belum lagi kenalan dia lainnya yang offline. Kita nggak tahu kan, kalau ternyata dia lagi ngomongin tetangganya? Teman arisannya? Orang yang ditemuinya di jalan? Who knows?

Sudahlah curigaan sama status orang, ditambah lagi lalu stalking ke akun orang tersebut, ngepoin tudemaks, apalagi lalu mulai mencari-cari kekurangan orang lain, wah, selamat deh. Kamu baru saja mengalami tanda insecure dalam pergaulanmu di media sosial yang pertama :P

Lho, kok malah diselamatin? *ditoyor*

2. Suka melempar kritik, tapi kurang bisa menerima kritik


Nah, tanda keduanya adalah, orang yang insecure itu mudah banget melemparkan kritik, atau celaan, atau sindiran. Nggak hanya ke orang yang dicurigai, tapi juga ke orang-orang lain. Orang insecure memang suka banget nyinyirin orang. Saat orang lain memberinya kritikan, saran, even yang membangun, dia nggak akan mau ngedengerin. Alih-alih orang yang insecure akan menertawakannya, atau mungkin bahkan menyerang balik. Jadilah, perang status. Atau twitwar dengan nomention. Adududuh ...

Orang yang merasa nyaman dan aman dengan dirinya sendiri di dunia maya, akan lebih terbuka terhadap kritik. Mereka akan menerima kritik atau saran apa pun yang mereka terima. Mereka merasa tak perlu repot-repot perang status atau twitwar, adu argumen, karena pada dasarnya orang yang nyaman dan aman dengan dirinya sendiri, sudah tahu banget apa yang dia mau, apa yang dia suka dan apa yang dilakukannya. Jadi, dia nggak merasa perlu untuk meyakinkan orang lain untuk setuju dengannya.

3. Underestimating dan suka membully


Orang insecure juga akan lebih mudah underestimating orang lain, sebagai bentuk pelampiasan bahwa sebenarnya dia menyadari kekurangan dirinya tapi nggak mau terima kenyataan. Hati-hati, underestimating ini kemudian bisa saja membawanya lebih jauh sampai membully orang lain.

Salah satu perilaku orang yang insecure adalah gemar membully. Mereka mencari aman dan menghilangkan rasa terancam itu dengan berusaha melemahkan orang lain. Dia merasa ragu akan dirinya sendiri, hingga merasa perlu untuk meyakinkan diri (dan orang lain) bahwa dia memang lebih baik dari orang lain.

Saat pikiran berkata, "Ah, gitu aja. Gue juga bisa." itu melintas di benak, atau "Gue bisa lakuin yang lebih baik dari lo." itu ada, hati-hati deh, karena itu udah yang meracuni banget. Itu membuat kita nggak menghargai orang lain. Itu membuat kita nggak mau belajar lagi. Dan, akhirnya, apa? Rugi sendiri dong. Bahkan anak-anak pun kadang tahu sesuatu yang kita nggak tahu kan? Saya sendiri banyak dapat pelajaran dari anak-anak saya. Apalagi orang lain. We don't know their experiences, what they've been through.

Bahkan kadang pelajaran yang bisa kita petik itu juga tersamar, dalam bentuk hikmah sehari-hari. So, we do learn a lot everyday, even for the small things.

Lah, kok jadi khotbah ini? *benerin peci* *lho, salah kostum. Kok pake peci?*

4. Nggak bisa lihat orang lain sukses


Lalu, setelah underestimating, muncullah perasaan saat orang lain sukses, kita nggak rela.

Ada teman yang sukses. Apa yang dirasakan? Ikut senang, atau malah merasa iri? Saat kita mengucapkan selamat untuknya, tuluskah? Atau tidak? Coba tanyakan pada diri sendiri dengan jujur.

Kalau tidak, kenapa? Apa yang menjadikannya ucapan yang nggak tulus?

Orang yang nyaman dan aman dengan dirinya sendiri saat bergaul di sosial media, akan tersenyum melihat kesuksesan orang lain. Memberikan selamat, dan nggak terlalu ambil pusing juga. Karena dia yakin, dia telah berprestasi juga dengan bentuk dan caranya sendiri. Bukankan orang punya cara masing-masing buat meraih apa yang diinginkannya?

5. Take a side, dan nggak percaya diri


Saat merasa nggak aman, orang akan cenderung untuk mencari "bantuan" atau sekelompok lain yang memiliki perasaan yang sama. Lalu bersama, mereka akan mencari pembenaran diri, mencari alasan supaya bisa meyakinkan diri mereka sendiri that they're better than anyone. Padahal ada perasaan lain di balik itu. Yes, perasaan insecure. Perasaan tidak aman, jangan-jangan eksistensi mereka terancam. Dengan bersama-sama, orang-orang ini akan menancapkan kuku agar eksistensi mereka bertahan bersama. Lalu, apa yang terjadi kalau salah satunya ketinggalan di luar kelompok? Tanpa kelompoknya, orang insecure akan merasa makin nggak aman hingga akhirnya tak percaya diri.

Dan pada akhirnya lagi, dia tak akan bisa bertahan sendiri tanpa kelompoknya.

Tapi, bukan berarti yang berkelompok itu selalu orang-orang insecure lho ya. Perbedaannya bisa dilihat dari niat dan tujuan saat kelompok itu dibentuk. Dan lalu lihat juga "aura" dan suasana berkelompoknya. Beda banget pasti, dengan kelompok yang memang bertujuan positif.

6. Pamer berlebihan


Salah satu manifestasi rasa insecure adalah memamerkan diri secara berlebihan. Pamer apa? Pamer apa pun, tapi dengan berlebihan. Beda lho, nggak berlebihan sama yang berlebihan mah. Dan yang bisa ngerasain memang pihak yang pamer :lol: Pamernya karena rasa puas diri a.k.a untuk memuaskan diri sendiri, atau bisa orang lain bisa mengambil manfaat juga?

Beda tipis sih ya. Tapi bisa kok dirasain.

Orang-orang yang nyaman dan aman dengan diri sendiri di sosial media biasanya merasa nggak perlu pamer, kecuali bertujuan untuk berbagi informasi, berbagi manfaat dan berbagi hal lainnya supaya orang lain juga bisa berkembang seperti dirinya.

7. Drama queen


Ingat, bahwa dunia is not spinning just around you?

Tapi beda kalau orang insecure yang kehilangan perhatian dunia. Mendadak jadi drama queen. Apa-apa dipikirin, apa-apa dibaperin. Lalu bikin status drama, semoga di-like orang atau dikomenin dengan iba. Kalau nggak di-like atau di-komen, baper lagi. Jadi inget seleb yang mencak-mencak karena postingan Instagramnya cuma di-like sama 14 orang :lol: Aduduh, emang dunia hanya soal jempol, hati dan komen? Coba ambil keranjang, bawa buah-buahan, jangan lupa camilan. Piknik cajalah yuk!


I've been there, done that. Yep, saya pernah juga merasa insecure kayak gitu. Tapi, ya, waktu bisa membawa kita ke dua kemungkinan; membuat kita lebih dewasa atau malah makin memperburuk keadaan. Yang mana yang dipilih?

Sosial media itu cuma sekadar sosial media. Ngapain dibawa baper banget? Ngapain jadi ajang pamer? Ngapain jadi arena kompetisi nggak sehat? Gue-lebih-baik-dari-lo-yang-nggak-pantes-ngomong-gitu-karena-lo-belum-seberapa moment seperti itu nggak seharusnya ada, jika memang kita ikhlas berteman dan bersosialisasi. Toh semua orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Apalagi di dunia maya, yang orang bisa melakukan pencitraan dengan begitu sempurnanya.

We will never know the truth.

Makanya, nggak usah terlalu diseriusin. Nggak usah tengak tengok tetangga. Sebelum menuding orang, ada baiknya nuding ke diri sendiri dulu.

Setuju? Setujuin aja, biar cepet. #lho

---

Artikel ini pernah tayang di www.RedCarra.com

You May Also Like

6 comments

  1. Setuju! Setuju! Setuju!
    Eh aku termasuk suka pamer juga ya, pamer masakan di IG *harap maklum, daripada akun sosmed kosong melompong nggak ada status sama sekali kecuali ucapan selamat tahun baru :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dosa, Mak, suka pamer masakan di IG! Bikin jadi laper yang liat! Hahaha.

      Hapus
  2. Mak Carra...
    Aduh ampe speechless bacanya
    Manggut manggut aja gitu dari alinea pertama sampe bagian dipaksa nyetujuin biar cepet hahaha...
    Keren banget ini mah :D

    BalasHapus
  3. Emangnya Mbakyu pernah ngerasa yg nomer berapa sih? *serius nanya sambil bawa notes

    BalasHapus
  4. Padahal Kan klo Org terdekat kita senang dan sukses itu artinya nggak nyusahin kita ya mba :)) Ada yg tetangga nya beli motor or beli Mobil, lha saling panas. Nggak habis pikir deh

    BalasHapus
  5. Kaca mana kacaa... Semoga aku ga termasuk golongan insecure tersebut.. Aamiin

    BalasHapus