[Sponsored Article] Begini Cara Seorang Freelancer Mempersiapkan Dana Pensiun

by - Mei 20, 2016

Ayo, persiapkan mulai sekarang!

Menjadi freelancer itu sedap-sedap ngeri.


Lho kok gitu? Iya, terutama terkait sama pendapatan. Yah, sebenarnya sih saya seharusnya nggak usah khawatirlah ya. Kebutuhan sehari-hari bisa dibilang sudah dipenuhi sama suami. Cukupnya sih cukup. Ah, manusia ya. Mau dikasih berapa pun, ya bilangnya nggak cukup. Hahaha. Iya nggak sih? :)) Tapi ... saya bilang, cukup kok. Namanya hidup, kalau berlebihan juga nggak asyik kan? Nah, kalau dari suami cukup, lalu memang bisa dibilang pendapatan saya sebagai freelancer itu sekadar buat “jajan”, dan keperluan-keperluan darurat. Saya sama suami sendiri juga bersepakat untuk menabung masing-masing. Berapa? Terserah masing-masing juga. Bahkan bisa dibilang saling nggak ngasih tahu, biar surprise nanti kalau pas mau pecahin celengan. Hihihi.

Anyway ...
Namanya orang, selalu ada saja keperluannya. Pada akhirnya, kondisi darurat selalu menjadi alasan mengapa uang tabungan akhirnya kepakai. Lha terus? Padahal saya nabung itu buat bekal pensiun. Apalagi suami juga karyawan swasta. Kami harus membuat dana pensiun ala kami sendiri. Nah, kalau suami pendapatan bisa teratur, lha saya? Kadang sebulan nggak dapat job sama sekali, kadang ya lumayan ramai sampai-sampai nolak *eaaaa* karena takut keteteran.

Lalu, gimana saya bisa mengelola pendapatan yang nggak teratur itu hingga bisa memenuhi kuota? Eh, kok kuota sih. Apa ya namanya? Alokasi dana apa ya? Beugh, jangan diketawain ya. Saya dulu paling anti sama mata pelajaran ekonomi, apalagi akuntansi. Ya intinya, saya pengin bikin dana pensiun, tapi masih bisa jajan-jajan lucu sama anak-anak saya, plus beliin mereka mainan, baju, buku dan lain-lain.

Dan kemudian ... pucuk dicinta ulam tiba. *tsah* Saya pun datang ke acara edukasi oleh Manulife Indonesia bertajuk “Investasi. Reksa Dana Manulife” di Dixie Cafe pada akhir April lalu (iya, iya, ini memang postingan yang paling telat dari yang tertelat dah. Jangan omelin saya ya.) Ah, begitu mencerahkannya acara ini bagi seorang freelancer macam saya. Padahal saya datangnya telat lho. Huhuhu. Maafkeun.

Sebenarnya berapa banyak sih kita harus saving untuk dana pensiun nanti?

80% untuk keperluan hidup, 20% ditabung

Tentunya, berapa banyak yang harus ditabung itu tergantung akan keperluan kita saat sudah pensiun nanti. Catatan, saya dan suami sendiri sudah punya asuransi untuk kesehatan dan juga pendidikan. Jadi memang tinggal pensiun saja nih yang belum ada.

Dan maunya, saat pensiun nanti, meski fisik sudah nggak produktif tapi penginnya sih ya tetap bisa menjalani kehidupan yang seperti sekarang. Lalu, mau gimana lagi selain ‘makan’ dari uang tabungan? Makanya pemilihan jenis investasi sebagai tabungan itu sangatlah penting.

Jadi, berapa sih standarnya kita nabung, supaya pada saat pensiun nanti kita bisa memenuhi standar gaya hidup selayaknya yang kita jalani sekarang ini?

Well, dari hasil riset sana sini, ternyata kebanyakan pakar finansial menyarankan, secara kasar kita hanya boleh mempergunakan 80% dari pendapatan kita untuk biaya hidup. Lha, 20%-nya? Ditabung, demi masa depan yang lebih terjamin. Lebih khusus lagi, demi masa pensiun yang indah. Tapi tabungan biasa itu sebenarnya malah bikin kita ‘kehilangan uang’ secara diam-diam. Kenapa? Ada pajak, ada biaya administrasi. Padahal bunga nggak seberapa. Kalau uang kita nggak memenuhi saldo tertentu, bisa jadi uang bukannya safe di tabungan bank, malah jadinya berkurang. Nggak jadi nabung, yang ada ‘ngasih makan’ bank. Havft. Nggak jadi saving 20% dong jadinya ya.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan?

Kita harus cari cara menabung yang lain. Kita bisa saja investasi dengan emas, properti dan lain sebagainya. Tapi, karena nilainya besar. Risiko pasti juga lebih besar. Jadi?
Ternyata jawabannya ada pada Reksa Dana.

Mengapa Reksa Dana?

 

Beberapa keunggulan Reksa Dana dibandingkan jenis investasi lain


Karena Reksa Dana mempunyai keuntungan antara lain:
  1. Lebih aman, karena dikelola oleh manajer investasi dan diadministrasi oleh bank kustodian yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebentar, apa itu manajer investasi dan bank kustodian? Manajer investasi, kalau secara sederhana bisa diartikan sebagai perusahaan pengelola si saham reksa dana yang kita beli, dalam hal ini adalah Manulife. Sedangkan, bank kustodian adalah bank umum yang bertanggung jawab untuk menyimpan dan menjaga portofolio efek dalam Reksa Dana.
  2. Lebih mudah. Dengan Reksa Dana, investor tidak perlu sibuk mengelola setiap investasi yang dimilikinya. Ada manajer investasi yang bertugas mengelola portofolio investor.
  3. Lebih terjangkau. Sementara investasi lain memerlukan puluhan atau ratusan juta, investasi di Reksa Dana Manulife bisa dimulai dari Rp100.000,-. Yep, that’s right. You read it right. Cuma butuh Rp 100.000 di awal, dan kamu bisa menambahnya kapan pun kamu mau.
  4. Hasil investasi Reksa Dana tidak dipotong pajak. Yaaa, jadi ‘gaji’ yang diterima nanti tetap utuh, saudara-saudara.
  5. Dapat dicairkan kapan saja. Jika kamu menginginkan dicairkan, kamu tinggal mengajukan permintaan pencairan hari ini sebelum pukul 13.00, maka besok pagi dana kamu sudah akan masuk ke rekening bank kamu. Nggak rumit, nggak belibet deh.
Lalu apa nggak ada risiko sama sekali?

Hmmm, semua investasi pastilah punya risiko masing-masing ya. Risiko terbesar dari Reksa Dana adalah saat nilai investasi anjlok. Sebabnya? Ada banyak sih. Ah, ini mah urusan yang berwenang ya soal sebab musababnya nih. Tapi, sependek yang saya tahu, anjloknya nilai investasi ini bisa sedikit dikurangi kerugiannya kok. Saya pernah baca artikel di salah satu portal web kesayangan saya *eheum* yang kebetulan di salah satu artikelnya membahas mengenai keuangan keluarga.

Bahwa risiko nilai investasi anjlok ini bisa diatasi dengan yang namanya averaging down, atau meminimalisir kerugian. Contohnya begini, kita beli saham reksa dana senilai Rp 100.000 dan kita mendapatkan 100 lembar.  Berarti kan satu lembarnya, saham tersebut senilai Rp 1.000 ya. Kalau harga turun ke Rp 900, jangan langsung dilepas. Tapi kita justru harus membeli lagi, katakanlah 100 lembar lagi. Berarti harga sahamnya jadi Rp 90.000 kan? Nah, dengan jumlah saham 200 lembar, kita punya nilai nominal Rp 190.000. Nah berarti harga belinya jadi Rp 950. Ya, rugi sih karena tadinya kita kan beli dengan harga Rp 1.000, tapi juga nggak rugi terlalu banyak kayak kalau kita jual seharga Rp 900.

Hahaha. Semoga bener nih ya, logikanya. Sebagaimana yang pernah diterangkan oleh Mas Dani Rachmat di artikel yang ini.

So? Risikonya bisa dibilang saaaangat minimal. Yang penting, jangan panik dulu saat nilainya anjlok. Segera hubungi manajer investasi dan kemudian konsultasi saja. Kalau bisa diminimalisir kerugiannya, tanpa harus melepas, lebih baik tetaplah berinvestasi seperti semula.

Lalu, mengapa harus Reksa Dana Manulife?


Karena, Manulife punya #klikMAMI.

#klikMAMI ada untuk memudahkan


“#klikMAMI adalah situs transaksi online Reksa Dana Manulife yang dapat Anda akses dari mana pun dan kapan pun Anda inginkan.”
Begitu Manulife menjelaskan.

And, you know what? Ternyata ada data yang menyebutkan, bahwa dari 200 juta penduduk Indonesia, yang mau berinvestasi Reksa Dana hanya sekitar 200 ribu saja. Kenapa? Karena ribet! Investor musti datang ke kantor manajer investasinya, berkonsultasi berjam-jam, kemudian belum prosedur pencairan dana yang juga lama dan belibet. Padahal, sebenarnya investasi Reksa Dana ini termasuk investasi yang paling mudah lho, apalagi sekarang nggak butuh dana yang terlalu banyak kan?

Pilih produk yang kamu minati dan paling menguntungkan untukmu

Karena itu #klikMAMI ada.

#klikMAMI ini dapat diakses melalui berbagai device, termasuk PC, tablet, telepon pintar selama bisa nyambung ke internet. Hanya dengan mengakses #klikMAMI doang, kita sudah bisa membuka rekening investasi Reksa Dana Manulife.


Mudah diakses dari mana saja!


Ada form aplikasinya di sana, segera isi saja. Yang diperlukan cuma KTP dan nomor handphone yang masih aktif. Segera setelah terdaftar sebagai investor Reksa Dana Manulife, kita sudah bisa mulai bertransaksi, mau melakukan pembelian, pengalihan ataupun pencairan. Kita juga bisa memonitor transaksi, memperbarui data, juga ngeliat perkembangan Reksa Dana Manulife.

Kita bisa melakukannya sambil jegang (angkat kaki ala angkringan) di rumah, sambil lagi nunggu ketemuan sama klien, atau sambil nongkrong-nongkrong ngemil tahu bulat yang digoreng dadakan. Nggak perlu datang ke kantor Manulife!

As easy as a click!

Merencanakan Masa Depan Sudah Tak Menakutkan Lagi

Masa depan, here I come!

Masa depan itu menakutkan. Simply karena kita nggak tahu apa yang bisa terjadi di masa mendatang. Makanya, kita harus sudah bersiap sejak #sekarangaja. Dan ternyata, sudah masa depan nggak ada kejelasan, merencanakannya pun kadang terasa begitu menakutkan. Gimana enggak? Ini yang dipertaruhkan adalah masa depan, Gaes! Kalau kita salah perencanaan, imbasnya bisa sangat besar buat hidup kita. Bener nggak?

Makanya, ayo mulai pilih investasimu sejak sekarang. Mumpung masih pada produktif dan muda. We never know what happens tomorrow kan?

You May Also Like

17 comments

  1. Wahahaha iya sih emang, kl yg namanya freelance harus bener3 bisa atur keuangan dengan lebih baik :3

    BalasHapus
  2. Aku juga lagi mau coba dikit2 nabung hasil nulis di blog lewat reksadana. Tfs Mak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, ide bagus! Yang didapat dari blog langsung ke reksa dana. Keren!

      Hapus
  3. wah ada syariahnya juga ya manulife :)

    BalasHapus
  4. Pilihannya byk jg ya, buat emak2 kayak kita yg paling cocok yg mana?=)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Katanya, kita bisa mulai dari yang Dana Kas itu dulu tuh, Mbak :)

      Hapus
  5. Uhuuukkk. Semakin membakar diri buat nulis

    BalasHapus
  6. Eh iya Mbak Carra, makasih informasinya tentang transaksi reksadana onlinenya yaa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahahaha. Mas, jadi malu nih. Bener ga itu ulasan aku?

      Hapus
    2. Bener koo Mbak. Justru saya malah dapet ilmu baru tentang klikMAMI ini. Lagi cari sistem online yang provide info atau transaksi ttg reksadana selain yg ada skr.

      Hapus
    3. Hahaha. Alhamdulillah deh, kalau bener :))

      Hapus
  7. Kalau cuma di tabung di bank bakalan kena inplasi tiap tahun :)

    BalasHapus
  8. Baru mulai mempelajari reksadana.. milih mana yang mau dibeli itu yang bikin bingung
    :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Konsultasi aja sama manajer investasinya :)

      Hapus