Yang Harus Blogger Ketahui Mengenai Link Eksternal - The Bloggers' Biggest Fear

by - Oktober 30, 2016



Warning: artikel ini akan panjang. Tapi I guaranteed, akan membahas hingga ke detail mengenai outbound links atau link eksternal. Karena saya butuh catatan ini untuk saya lihat lagi jika nanti diperlukan.

Seharusnya saya bikin Posts of the Month, seperti biasa di akhir bulan. Tapi dari 792 blogpost di Feedly saya, hanya 2 post saja yang saya save :)) Nggak banyak yang bahas mengenai blogging, soal tulis menulis dan juga tentang media sosial bulan ini. So, mendingan saya jadikan satu saja sekalian dengan bulan depan yah.

Saya mau bahas hal lain saja, yang terpicu gara-gara saya blogwalking kemarin :D

Tahu nggak, apa ketakutan terbesar kebanyakan blogger sekarang ini?
Nggak dapat job?
Ah, itu mah biasa. Siapa sih yang mau rezekinya macet? Iya nggak? :P

Sejauh ini, dari pengamatan saya, ketakutan terbesar para blogger saat ini adalah tentang link keluar dari blog mereka atau eksternal link atau outbound links.
Sejak beberapa tahun terakhir, mungkin setahun dua tahun belakangan, banyak blogger terpaksa harus memahami apa itu DA, PA, Alexa rank, Google Analytics dan seterusnya, demi memenuhi standar tertentu. Dan salah satu yang memang lantas "diributkan" adalah jumlah link keluar atau external link atau outbound link ini.

"Berapa sih jumlah link keluar yang dibolehin sama Google?"
"Aku harus ngelink 11 web teman. Is it ok?"
"Wah, bulan ini sudah ngeluarin 5 link, dan DA eikeh turun, bo'!"

Hmmm ... you know what? Ketimbang cuma bertanya-tanya sendiri, kenapa sih nggak cari tahu yang sebenarnya? Banyak kok, source di internet yang menjelaskan mengenai outbound link ini, apa definisinya, apa pengaruhnya, dan juga apa MANFAATnya secara SEO.
Yes, outbound links sangat bermanfaat secara SEO lho! Nggak cuma merugikan doang, seperti yang dipikirkan oleh mayoritas bloggers, sampai bikin pada parno.

Saya sendiri akhirnya juga menelusuri apa dan bagaimana si outbound link ini, supaya nggak ragu dan nggak takut ngasih link ke web lain. Karena pada dasarnya orang takut itu kan karena nggak tahu kan? Makanya, ayo, cari tahu!

Hal-hal yang perlu diketahui lebih dulu tentang Outbound Links



Apa itu outbound links atau external links?


Outbound links are links that point to some other domain from your site. When you link out to related domains, it not only helps the search engine to understand your niche, but also helps to increase the trust and quality of your site which plays a vital role in your blog’s SEO.

Begitu penjelasan mengenai arti Outbound Links dari Harsh Agrawal di ShoutMeLoud.

Outbound links adalah link yang merujuk ke domain lain dari web kita, atau kalau konteks ini, dari blog kita. Dengan memberikan link keluar, maka nggak cuma memberikan pemahaman mengenai niche yang kita punya, tapi juga meningkatkan trust dan quality web kita yang menjadi hal terpenting pada SEO.

Code sample dari Outbound Links adalah sebagai berikut:

<a href="http://www.carolinaratri.com/" title="Carra Keren">Carra apalah apalah</a>

Yaa, itu dia tuh script aslinya yah. Abaikan yang nggak perlu diperhatikan. Wkwkwk.

Links itu kan ada dua, yaitu outbound links (yang keluar dari situs kita) dan internal links (yang ngelink ke dalam situs kita sendiri). So far saya melihat bahwa banyak yang rajiiin banget ngasih internal link ke web sendiri, ketimbang nyari jalan supaya dapat outbound links.
So, mau tanya, sudah dilihat belum pengaruhnya kayak apa, kalau internal links-nya banyak gitu?

Saya punya ilustrasi begini.

Dengan memberikan outbound link ke situs lain (kita pakai term "situs" aja yah di sini, ketimbang bingung mau nyebut web atau blog. Anggap saja saya lagi bahas situs pada umumnya, di mana blog juga termasuk di dalamnya), kita memberikan rujukan pada Google bahwa kita punya bahasan yang sama dengan situs yang dirujuk. Just as simple as that.

Rujukan kita menjadi rujukan pihak ketiga di luar situs yang dirujuk, dan di situlah inti SEO. Semacam misalnya, kita punya dokter langganan nih, kemudian merekomendasikan si dokter itu pada teman kita. Pastinya, teman kita itu akan lebih percaya kalau kita yang bilang bahwa dokternya oke, ketimbang kalau misalnya si istri dokternya yang merekomendasikan, kan?
Semacam self promoting gitu, kan kita curiga, jangan-jangan nepotisme nih.

Ya, semacam itulah analogi dan prinsip dari outbound links dan juga internal links.
Berikut ada infografis sederhana untuk mengilustrasikan outbound links dan internal links.

Sumber: Moz.com
Jadi lebih efektif mana, memberi internal link yang banyak pada diri sendiri atau berusaha mendapatkan outbound links dari web lain?
Silakan dijawab sendiri yah.

Beberapa jenis Outbound Links


Outbound Links ada dua macam:
  • dofollow link
  • nofollow link
Mari kita lihat satu per satu.

Dofollow link
Dofollow link adalah bentuk outbound link yang default, yang biasa kita lakukan, yang biasanya kita lihat di seantero dunia maya. Begitu kita ngasih link keluar merujuk ke situs tertentu, maka otomatis, biasanya akan menjadi dofollow link.
Dengan adanya dofollow link ini, saat Google crawling situs punya kita, dia juga akan menandai outbound links yang ada, dan kemudian akan crawling ke sana. Rekomendasi dari kita akan meningkatkan trust pada situs rujukan. Lalu apakah dengan memberikan dofollow link, situs kita jadi devalued? Enggak sama sekali! Nanti akan kita bahas ya.

Nofollow link
Nofollow link adalah link dengan tambahan script rel="nofollow", yang berarti ngasih kode ke Google supaya nggak perlu crawling ke situs rujukan. Dalam istilah lain, kita nggak merekomendasikan Google untuk pergi ke sana.
Kapan nofollow link ini digunakan?
Saat kita merasa nggak perlu merekomendasikan situs lain. Misalnya nih, saya mau kasih link portfolio saya yang di Facebook. Saya ngasih nofollow link, karena Facebook sudah sangat banyak menerima link dari luar sana. Saya kan cuma mau mengarahkan pengunjung atau pembaca blog untuk lihat-lihat portfolio aja.

Script asli nofollow link akan seperti ini.
<a href=”https://www.facebook.com/RedCarraDesigns” rel=”nofollow”> Portfolio Carra</a>

 Kalau di blogspot, penambahan script nofollow ini bisa langsung dari popup adding link yang biasanya. Kalau di wordpress, harus dikasih script manual.
Penjelasan dofollow dan nofollow link ini sudah pernah dijelaskan oleh Mas Dani Rachmat lho. Silakan dicek yah. Sudah saya kasih link noh. Dofollow :P

*penting banget ya, nyebutin dofollow-nya. Biar nunjukin aja, saya nggak takut ngasih link kalau memang recommended dan relevan*

Lalu mentang-mentang sepemahaman kita, nofollow link ini lebih baik ketimbang dofollow jadinya kita selalu ngasih nofollow ke situs lain. No, bukan gitu juga.
Nofollow tetap akan diperhitungkan dalam penentuan popularitas situs mana pun, meski kenyataannya tidak merekomendasikan crawling bot Google untuk ke sana.

Don’t use nofollow tag for every outbound link because nofollow tags still deduct some Google PageRank juice from your webpage even if it gives none to your targeted webpage. It’s a lose-lose scenario. Play fair. Give out dofollows if the target webpage deserves it.

Begitu kata Sean Si di SEO Hacker.

Seberapa penting sih Outbound Links itu?


Soalnya kok sepertinya bikin situs kita terdegradasi muluk. Mendingan nggak usah kasih link sama sekali deh!

Eits. Stop right there!
Outbound links itu penting banget! Tanpa ada outbound links, internet kita nggak akan seperti sekarang ini loh. Nggak akan ada Google, nggak akan ada internet juga, tanpa adanya outbound links.
So, outbound links ini penting banget, dan harus ada. Supaya keseimbangan ekosistem internet terjaga dengan baik. Halah, bahasanya.

Hanya saja, kita harus bijak menggunakannya dan tahu apa yang harus dihindari saat memberikan outbound links.


Hal-hal yang harus diperhatikan saat memberikan outbound links


1. Relevancy 


You have to always link out to relevant content in your niche. The site to which you link should be of high quality, authority, and trust.

Demikian kesimpulan yang saya dapat dari beberapa blogger senior luar. So, pastikan kita ngasih outbound link ke situs yang relevan atau mempunyai niche yang sama dengan yang kita punya. Mengapa?
Karena logika Google itu gampang saja.
Spam webs link to spam webs. Good webs link to good webs.
As simple as that.

Dengan merekomendasikan situs yang dipercaya oleh Google, mengisyaratkan bahwa kita juga punya konten yang bagus pada Google. Jadi, pastikan link yang dirujuk itu BENAR-BENAR ke source yang terpercaya dan bagus ya, bukan situs yang penuh dengan link berbayar, link spam, atau dengan konten yang diblacklist misalnya seperti situs judi, situs porno dan lain-lain.

2. Anchor text


Beberapa pemilik situs juga masih ngelink dengan memberikan anchor text yang nggak sesuai dengan outbound links yang diinsertkan.
Misalnya.

Penjelasan dofollow dan nofollow link ini sudah pernah dijelaskan oleh Mas Dani Rachmat lho, cek di sini yah.

"Di sini" itu adalah anchor text yang kurang bagus untuk disisipin outbound link. Karena merupakan link yang clickbait. You know, hal-hal yang berbau "clickbait" sekarang ini juga lagi diperangin sama Facebook dan Google kan? So, sisipkan outbound link yang sesuai dengan keyword-nya, misalnya di "penjelasan dofollow dan nofollow".

Namun ini bukan berarti kata-kata "di sini" itu kemudian tabu digunakan juga. Saya sendiri juga pakai, terutama kalau saya lagi nggunain nofollow, hanya sekadar pengin kasih liat. Tapi kalau saya sedang merekomendasikan sesuatu, maka pasti saya masukkan keyword-nya.

Does it hurt my blog?
Nope. Not at all.

Seperti yang sudah dijelaskan pada poin relevancy di atas, kita harus nge-link ke situs yang relevan, berupa dofollow link, dengan anchor text yang tepat, itu akan memberi isyarat ke Google bahwa situs punya kita membahas hal yang baik dan sama dengan si penerima link.

3. Perhatikan situs yang kita kasih link


Berarti kita boleh kasih link ke mana pun asal relevan kan?
Ya dan tidak.

Ada beberapa situs yang seharusnya nggak boleh dilink. Ada beberapa situs yang disarankan untuk nggak di-link, menurut Akshay Hallur di GoBlogging Tips. Di antaranya:
  • Spam sites, ini jelas ya. NGGAK BOLEH. *capslock jebol*
  • Homepages of other sites. Lho? Jadi nggak boleh ke homepage situs? Bukannya nggak boleh gitu juga, tapi kalau kita merujuk hanya ke homepage saja, itu kurang memberikan good user experience pada pembaca blog kita. More specific is better.
  • Authority sites with shallow contents. Ya, bahkan situs yang bagus juga kadang kontennya nggak bagus. So, make sure konten yang kamu link adalah konten yang benar-benar berkualitas. Yang gimana tuh? Ya, misalnya saja panjangnya standar untuk diindex Google, isinya informatif, nggak stuffed keywords, nggak spammy, bukan kopas, dan (lagi-lagi) relevan.
  • Links that redirect or has nested redirection. Ini yang suka pake link redirect untuk ngiklan nih. Diperhatikan ya.
Lalu ada juga situs yang boleh kamu rujuk atau rekomendasikan dengan link, tapi link-nya HARUS berupa nofollow. Di antaranya.
  • Affiliate links.
  • Sponsored links, link yang berbayar must be nofollow link ya. Kalau ada yang minta dofollow, kamu harus kasih lihat Google rules mengenai nofollow. Tunjukkan saja, bahwa kita tahu dan paham mengenai aturan Google.
  • When referring or mentioning site or a post for some other reasons, misalnya kayak saya tadi yang ngasih nofollow link ke facebook page saya. Atau ke link lomba. (Kalau eikeh sih, habis lomba selesai ya mendingan lepas aja. Nofollow pun soalnya juga ngaruh. Tapi perhatikan juga user experience-nya. Kalau memang dirasa, nanti pembaca kamu akan lost jika nggak dikasih info lengkap termasuk link, ya tetap sisipkan link. No problem at all.)
  • Image attributions, ini misalnya kalau kita mau kasih credit image. Mau ngelink? Link aja, tapi nofollow.
Link berbayar dianggap sebagai unnatural link oleh Google, dan itu memberikan user experience yang nggak terlalu baik. Asumsinya, orang kan akan datang sesuai rekomendasi kita. Tapi, ya, kalau rekomendasi kita benar-benar bagus. Kalau enggak? Kalau kita rekomendasi karena dibayar? Intensinya kan berbeda. Kalau nggak bagus, orang kan akan kecele, dikecewakan, sehingga akibatnya juga nggak akan baik kan?
Logikanya sederhana kan? It's the basic of marketing. Jangan sampai mengecewakan "customer". Betul?

Makanya, kalau takut ngasih outbound links itu harusnya pada yang minta di-link dengan imbalan. Bukannya malah takut ngasih link ke teman :))) Kan kebalik, logikanya.

4. Seberapa banyak kita boleh ngasih links?


Simak video berikut yang langsung dari Google Webmaster.




Sebenarnya Google sendiri juga nggak pernah dengan jelas menyebutkan berapa link yang boleh kita kasih dalam sebuah page pada situs lain. Matt Cutts dari Google pernah bilang, bahwa keep it fewer than 100 links. Namun, di update-nya awal tahun ini sepertinya Google dropped this 100 links limit. So, nggak ada yang tahu pasti. CMIIW.

100 links di page ya, bukan dalam satu artikel. Jadi kalau kamu punya sidebar, yang full dengan link, itu ikut dihitung juga. Termasuk link-link lomba, link-link banner komunitas, link ke afiliasi, link ke internal ... dihitung semua yah. Lagi-lagi, CMIIW dan demi safety aja.

Ada artikel dari Moz yang bagus untuk disimak tentang links limit ini. Silakan dibaca.

So, saya kalau ditanya, seberapa banyak link diperbolehkan ada dalam artikel kita? Ya, saya nggak bisa jawab pasti juga. Relatif, tergantung panjang pendeknya artikel, sudah ada berapa link dalam satu page-nya, dan sebagainya.

5. Bagaimana penempatan outbound links yang baik?


Pastinya harus tersebar merata ke seluruh artikel. Nggak padet di satu bagian aja, tapi merata, dari awal sampai akhir.
Bahkan kalau artikel kamu dibagi dalam beberapa section, misalnya seperti artikel ini kan ada beberapa subheading, maka bisa kok kamu kasih outbound links di setiap subheading-nya. It won't hurt you.

Yang penting merata, natural, relevan, dan memberikan user experience yang baik.

Dan demi bounce rate yang lebih baik, maka tambahkan script target=”_blank”, sehingga link akan terbuka di window tab yang baru jika diklik. Jadi nggak langsung lari dari situs kita, tapi berpindah tab.




Kesimpulan


Yes, itu dia beberapa hal yang perlu kita ketahui mengenai outbound links yang menakutkan itu. Saya sendiri sudah mulai move on dan nggak parno lagi ngasih outbound link. Yang jelas saya berpatokan seperti yang disarankan oleh Google dalam Webmaster Guideline-nya ini.

  • Make pages primarily for users, not for search engines. *harus banget dikasih garis bawah ya*
  • Don't deceive your users.
  • Avoid tricks intended to improve search engine rankings. A good rule of thumb is whether you'd feel comfortable explaining what you've done to a website that competes with you, or to a Google employee. Another useful test is to ask, "Does this help my users? Would I do this if search engines didn't exist?"
  • Think about what makes your website unique, valuable, or engaging. Make your website stand out from others in your field.
Perlu diterjemahin nggak? Ah, nggak mau. Buka Google Translate aja yah :P

So, kalau mau kasih eksternal link, tanyakan dulu beberapa hal berikut:
1. Apakah link-nya menuju ke konten yang relevan?
2. Apakah link-nya menuju ke situs yang berkualitas? (kalau bisa lebih kualitasnya)
3. Apakah pembaca atau pengunjung situs kita membutuhkannya?

Yah, sekianlah catatan mengenai outbound links ini. Udah hampir terang, saya musti cuci baju dan ke gereja. Kalau ada yang mau ditambahkan atau diluruskan dari catatan saya di atas, silakan ditulis saja di kolom komen. I would appreciate it so much!

Sampai ketemu di "omelan" saya selanjutnya!

You May Also Like

110 comments

  1. Nicely written Mbak.
    Outbound link emang bagus in terms of SEO n bahkan sangat dianjurkan. Ya tapi dg ketentuan yg mbak bilang. Gak asal. Harus relevan. Anchor text.
    Nofollow link jg pd akhirnya akan jadi link juice jg bagi si empunya. As long as he/she has the right tools, bisa banget bermanfaat.

    Soal brp banyak OL yg boleh dlm 1 post emang gak ada ukuran pasti. Monggo masing2 terjemahkan dg ketentuan masing2.

    Dan selain OL itu, inbound link pun jg hrs diperhatikan. Jgn terlalu banyak dlm 1 post ke post lain. I mean... Tujuan kita menyajikan informasi lwt tulisan kita. Kl link itu2 aja walau dg anchor text beda2, what for? Apa si pembaca merasa berguna? Yg ada dia akan kesal n mgkn gak akan baca lagi nextnya. Imho ya mbak. Pls cmiiw.

    Sekali lagi. Nice roundup about Outbound link ini mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau ini aku g setuju ttg inbound. soalnya buat "orang yang butuh" sebutlah ttg anak dan pritilannya. itu ngaruh :)))

      g tau ya kalau blog lifestyle ttg blogging kayak punya kang febriyan ^^ cmiiw

      Hapus
    2. Maksud Mas Ryan bener, Cha. Maksudnya, ada tuh yang bikin tulisan, lalu anchor text ada 10 atau lebih tapi semuanya menuju ke artikel yang sama dalam blog itu juga.
      Jadi, nggak efektif.

      Kalau related post, atau inbound link dengan anchor text yang sesuai dan relevan dengan keyword yang dilink, ya memang perlu.
      Gitchu.

      Hapus
  2. Whua Mbak Carra ngejleb banget ini artikelnya pagi-pagi. Aku termasuk yabg takut ngasih link keluar haha. Makasiiiih ya. Dapet pencerahan banget ini buat next artikelku selanjutnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keep blogging dengan hati senang ya, Mbak :D

      Hapus
  3. Mbak Carr, yang untuk menghindari tingginya bouncerate dengan target="_blank" biar terbuka di halaman baru kah maksudnya? Karena kalo rel attribut itu untuk nofollow dan dofollow. Barusan cek ke html attributenya rel dan target buat memastikan. Dikit banget itu aja Mbak.

    The rest of the post? Superb! Sangat-sangat-sangat lengkap dan seharusnya memang gak ada ketakutan buat kasih outbond link untuk artikel yang memang relevan dan bermanfaat buat user experience. :D Well written and worth a share. Definitely!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ohiya. Target ya mustinya.
      Hokeh. Revised. Makasih, Mas Dan.

      Hapus
  4. Wuoooh lengkap banget mba Cara, langsung beberes blog. Oia kalau di wp pake plugin untuk no follow gitu gmana mbak? Rekomended ga ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eung. Aku nggak tahu, Mbak Yasinta :))
      Kalau dulu aku di WP sih kasih manual aja. Soalnya gampang hehehe.

      Hapus
    2. Iya kalau di WP manual aja gampang kok, soalnya kalau pakai plugin otomatis semua jadi nofollow.

      Btw thank's a bunch ya Mba Carra kesayangan akoh. Superb banget langsung tayang gitu loh menanggapi riuh rendah blogsphere, wkwkwk.

      Ada satu lagi yang lagi bikin panik Mba, yaituuu spam score! Apa penyebanya dab gimana nuruninnya.

      Katanya sih misal kita komen di blog yang spam scorenya tinggi, otomatis spam score kita ikut naik. Dan masa iya kita minta komen kita dihapus buat menurunkan spam score? Kok ya kayak kurang etis. Udah ngasih komen, eh trus minta dihapus xD

      Sikat ya Mba buat next blogpost. Okay okaaay?? *kedipin*

      Hapus
    3. Pertanyaan ku ssaa...gimana nangani spam ssore

      Hapus
    4. Spam score?
      Ntar deh. Belum pada titik kritis. :))))
      *dikeplak rame-rame*

      Hapus
  5. Waaaa makasih mba Carra, artikelnya manfaat. Pencerahan pagi2 itu seperti dapat sarapan. ^_^

    BalasHapus
  6. Post ini mencerahkan Minggu pagiku, Mbak. Baru tau aku kalo link nofollow juga pengaruh ke page si empunya... Gotta learn more to understand this whole SEO things.

    BalasHapus
    Balasan
    1. We all are still learning, Fa :D Aku juga masih belajar. Ayo, belajar bareng :D

      Hapus
  7. "supaya bounce rate lebih baik, tambahkan script target=”_blank”, link akan terbuka di window tab baru "

    aku baru tau soal ini mbak, thanks ya

    BalasHapus
  8. Siapa yang mau beri link ke blog saya ya? *clingak clinguk*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Caranya gampang kok. Bikin konten yang sebegitu bagusnya, sampai harus dilink oleh blog lain, Mbak :D

      (((gampang)))
      *digaplok

      Hapus
  9. Makasih mbak, artikelnya informatif. Pencerahan supaya gak takut lagi kasih link keluar

    BalasHapus
  10. masih gagap. Mungkin karena belum sarapan ya.Tapi akan aku baca lagi pelan-pelan. Makasih ilmunya mommy Carra :)

    BalasHapus
  11. Dan. Sepertinya harus dibaca pelan-pelan biar nggak mumet. Yuk belajar lagi

    BalasHapus
  12. Belajar lagiii...msh ada yg hrs kubaca pelan2 lg nih mba.
    Tp general messagenya dah kutangkep.

    BalasHapus
  13. Sarapan pagi yang ahoy...saya termasuk yang "guak byuk" tapi sebagai pengetahuan harus saya serap karena dasarnya saya emang butuh untuk bisnis saya ke depan :)

    BalasHapus
  14. Thanks for sharing mbak. Saya nangkepnya, intinya adl bikin konten yg berkualitas, natural, kalau perlu link keluar ya kasih aja. Statistik dll akan mengikuti. Iya nggak? 😊

    BalasHapus
  15. Yesm lengkap banget penjelasannya langsung beberes blog,hitungin link keluar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak usah dihitungin, Mbak =))))))
      Santai saja, dan pastikan relevan. Dibikin asyik aja.

      Hapus
  16. Wah bagus banget tips nya mbak.
    jadi makin jelas kalau mau masukin eksternal link.
    pertanyaan nih mbak. Kalau niche blog gado2, kita nge-link ke postingan situs lain. Berarti di sesuaikan dengan niche postingan yang kita buat ya??

    untuk link internal tulis juga mbak
    hihihiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ya, pokoknya pertimbangan pertama adalah relevancy. Harus yang relevan.
      Internal link? Ntar deh. Hahahah.

      Hapus
  17. Ngasih link ke artikel situs lain yg bagus juga bisa bantu situs kita ngerangkak naik. Y kayak klo kita ngasih rekomendasi dokter yg bnr2 bagus, reputasi kita dalam mereferensikan jg dianggap makin bagus. Buat SEO hal kayak gini juga penting menurutku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai, Mastah SEO.
      Terima kasih konfirmasinya. *menjura*

      Hapus
  18. sangat mencerahkan. dulu sempet dikasih tau dofollow dan nofollow tapi masih aja bingung. setelah ini saya mau coba ah pasang eksternal link

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi, selama ini nggak ada eksternal link sama sekali? :D

      Hapus
  19. Mbak, Mbak, outbound links di page itu termasuk sidebar. nah, banner-banner komunitas dkk di sidebar itu sebaiknya didofollow atau nofollow?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mendingan nofollow saja. Karena biasanya mengarah ke homepage web komunitas kan? Kurang relevan nantinya sih. Tapi mau di-dofollow juga nggak dosa kok, Mbak :P Hehehe.

      Hapus
  20. Luar biasa untuk informasinya mbak...vitamin buat saya dan blog saya yg msh amburadul... saya masih belajar nge blog...

    BalasHapus
  21. Senang belajar banyak ttg blogging dari tulisan2nya mba Carra. Termasuk ttg "link" di post ini. Makasih banyak ya, mba. Sehat2 selalu :)

    BalasHapus
  22. Baca baca baca. Uwaaah... masih banyak yang mesti dipelajari. *Baca pelan-pelan*

    BalasHapus
  23. Makasih banyak mba, artikelnya sangat bagus, aku jd engeh, biasanya pelit outbound link, hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pelit juga boleh kok. Yang penting, tepat sasaran pelitnya. Hahaha.

      Hapus
  24. Wah makasih banyak sharinh ilmunya Mba. Seru minggu2 baca2 beginian. Blog walking jd ngilmu juga, ga cm sekadar mampir. Yeau :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya harusnya gitu sih. Blogwalking itu harus "mendapatkan" sesuatu kalau saya mah.

      Hapus
  25. omelannya benar-benar mengena di hati saya ^^ dapat pelajaran baru lagi, makasih mba

    BalasHapus
  26. Jadi sponsored post harus no follow ya mba :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seharusnya begitu, menurut peraturan Google.

      Hapus
  27. seleesai juga bacanya... *angguk-angguk*
    aku bahkan baru skrg paham apa itu yg dimaksud link eksternal 😂
    makasih infonya mba 😁

    BalasHapus
  28. Makasih Mbak Carra, saya belajar banyak dari artikel ini. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awww. Semoga bermanfaat ya :)
      Terima kasih sudah baca.

      Hapus
  29. Belajar..belajar... Nggak cukup baca sekali ni mbak klo mo bener2 paham.makasih ilmunya mb..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya intinya sih cuma sejumput. Tapi logikanya yang memang harus dijabarkan :D Hehehe.
      Makasih sudah baca.

      Hapus
  30. Selama ini aku gak terlalu pusingin hal2 kayak gini di blogku mba. Tapi pas baca tulisan mba Carra yang ini, sepertinya aku harus segera berbenah nih. Terutama untuk link yang dofollow dan nofollow harus aku rapiin lagi. Thanks for sharing ya Mbak Carra! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha. Iya. Kalau udah paham, nanti juga nggak pusing lagi kok gunain dofollow sama nofollownya.

      Hapus
  31. Artikel referensi banget, jadi kalau ada yang nanya atau bingung soal eksternal link tinggal sundul artikel ini :D
    Yang target blank itu makasih bangeet mak, karena nggak pernah merhatiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi belum pernah pakai target blank? Padahal lumayan juga efeknya :) Coba gih :)

      Hapus
  32. akk manfaat banget infonya mbak.. kemarin2 masih perhitungan kalo mau ngasih outbound link xD jadi ga ragu dan lebih terarah (((terarah))) wkwkwk.. makasih mbak, ditunggu ilmu selanjutnya ya~~~

    BalasHapus
  33. Oooh itu namanya outbound link? Hahaha dari kemaren-kemaren nyoba cari tau kenapa banyak orang yang ketakutan gitu kalo ada yang minta tukeran link (eh, bener kan ya maksud aku?) tapi ga nemu istilah yang pas, makasih Mba Carra telah mencerhkanku termasuk harus bebenah soal dofollow dan nofollow :D

    BalasHapus
  34. Noted. Ilmu baru nih buatku. Makasih yaa...

    BalasHapus
  35. Wah, beberapa kali pake anchor text 'di sini' nih ... mestinya dipakein nofollow yak. Ga keinget.
    Anyway, makasih ilmunya :)

    BalasHapus
  36. Sarapan bergizi buat sy mba..pas bgt nih . Lg buta sama yg beginian. Tq ya mba ilmunya

    BalasHapus
  37. Saya udah sarapan cukup banget, masih loading lama baca artikel ini, haha. Cuma ini artikelnya berguna banget, hal simpel yang buat saya sendiri pun suka nggak ngeh.

    Mau tanya nih, Mbak. Kalo misalnya blogger yang punya weekly post yang share beberapa links favorit mereka, itu sebaiknya dofollow or nofollow? Saya agak bingung, karena saya pernah bikin post serupa.

    Soal target blank itu bener banget, ya. Selama ini aku selalu centang "open in a new tab" di opsi insert link via Blogger, baru tau juga ternyata manual script-nya itu target blank :P

    Makasih banget ya, Mbak, buat infonya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga sering bikin roundup artikel. Dan aku link-nya nofollow sih kalau pas roundup. :) Kupikir sama saja, mau dofollow atau nofollow.

      Hapus
  38. Oh iya, selama ini aku nggak perhatian apakah link mengarah ke new window apa nggak. Karena kebiasaan kalo mau ngeklik link baik dari blogku sendiri atau di blog teman2 selalu pake new tab. Ok berarti ditambah script target=”_blank” ya. Makasih mom Carra.

    BalasHapus
  39. Makasih pencerahannya, Mbak Ra:*

    BalasHapus
  40. Belum sarapan, belajar beginian. Langsung terserap semua :D

    Aku masih suka kelupaan insert target="_blank" itu, jadi mesti edit2 kalo pas inget/ngecek2 lagi. Alasannya simple aja sih, kalo buka external link suka kzl aja kalo gak kebuka di tab/window. Mau balik lagi ke halaman sebelumnya mesti reload lg :D

    BalasHapus
  41. Udah dijelasin sepanjang ini aku tetap bingung. NTar aja kalau perlu tak gedor2 pintumu yo.

    BalasHapus
  42. Omelan yang bermanfaat :) Thanks mbak, membuka ilmu banget ttg eksternal links.

    BalasHapus
  43. Masalah eksternal link ini emang buat blogger jadi dilema, di satu sisi bisa buat ngejob tapi di sisi lain kalo kebanyakan ga baik buat blog kita sendiri.
    Makasih Mbak pencerahannya, akan kupakai sebagai panduan jika mau kasih eksternal link entah buat free atau ngejob.

    BalasHapus
  44. dapat ilmu...dapat ilmu.....ayo diterapkan...

    BalasHapus
  45. Wahhh..gitu yo mba...boleh nanya gak mba? Ada ga tool untuk ngitung berapa jumlah OL di blog kita, semua muanya..tanpa kita buka satu satu postnya, termasuk kan di logo komunitas, affiliate, dll.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Good question! :) Aku lupa nyantumin.
      Pakai http://linkcounter.submitexpress.com ;)

      Hapus
  46. Mbak Carra juara! Penjelasannya mudah dimengerti. Makasiii ya Mbak sudah menuliskan ini. Aku jadi tercerahkan dan jadi semangat buat beresin blog :)

    BalasHapus
  47. Mbak, kalau nitip link tapi dibayar tetap harus Nofollow ya? Soalnya ada beberapa yang mengatakan kalau itu tidak apa-apa, beda dengan sudah ditentukan keywordnya lalu diberikan external link dari blog kita ke web yang membayar jasa

    ini udah baca lama dan bolak balik ke sini, tapi baru komen :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba cermati lagi kebijakan Google itu. Kalau menurut sepemahamanku, anything link yang berbayar itu nofollow, karena itu unnatural.
      Nah, selanjutnya mau gimana, monggo saja, terserah masing-masing :)

      Hapus
  48. Huaa.. saya masih pakai "di sini" untuk kasih link.
    Ganti ah pakai keyword aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pakai di sini juga bisa, MBak. Bukannya terus nggak boleh sama sekali :)))) Disesuaikan dengan kebutuhan ;)

      Hapus
  49. Terima kasih sharingnya mbak jadi jelas semuanya apa itu dofollow

    BalasHapus
  50. Penjelasan lengkap dan detil. Membuka wawasan nubie.
    Trims mba

    BalasHapus
  51. terima kasih suhu Carra, luar biasa informatif.

    BalasHapus
  52. klo seumpama klita ngasih outbound link ke wekipeda/academia. edu gina tu, kan itu situs udah terlalu banyak link yang ngarah kesono, tapi bahasan kita relevan dengan page di situs itu, lalu harus nofollow / DoFollow?

    BalasHapus
  53. aku setuju sist, seorang blogger harus mengetahui apa itu external link soalnya gak bisa lepas di dunia blog, semangat writing

    BalasHapus
  54. Cool..insight baru..
    Iya, sebelumnya dengernya memang, better jangan kasih external link..
    Thanks ya mba

    BalasHapus
  55. Biasanya sih situs kyk liputan 6 sama detik itu banyak sih yang pake outblink. Biasanya out blinknya ke Wiki atau website terpercaya google lainnya. Ya kita musti juga ngikutin juga ke Wiki aja, Sebab Wiki adalah salah satu situs yang disegani google

    BalasHapus
  56. Makasih mbak, bisa membuat pikiran Bloggger Indonesia menjadi lebih terbuka dan dermawan dalam memberi outbound link DoFollow gratis ke sesama

    BalasHapus
  57. Pembahasan yang sangat lengkap. Terima kasih banyak sudah berbagi informasinya.

    BalasHapus
  58. Mba, bagaimana jika kita sering memberikan outbound link dan jarang menulis organik, apa efeknya? Terimakasih

    BalasHapus
  59. Nice post thank you Ericka

    BalasHapus