Resign dari Kantor dan Jadi Freelancer, Pastikan Punya Beberapa Hal Ini Dulu!

by - Januari 13, 2018



Beberapa hari yang lalu, saya dicurhatin seorang teman. Sebut saja Mawar. Dia bilang, dia sudah nggak betah lagi kerja di kantornya. Dia merasa nggak berkembang, dan gerah dengan berbagai intrik kantor.

Mendengarnya berkeluh kesah, tak pelak membuat pikiran saya melayang kembali ke beberapa tahun yang lalu. Mungkin sekitaran tahun 2012-2013, saat saya masih bekerja di sebuah kantor industri kreatif--spesifik lagi yang bergerak di trading dan interior design--di kota tempat saya tinggal.

Sebenarnya, saya nggak ada permasalahan dengan pekerjaan saya di sana. Setiap hari saya bisa saja menghadapi hal baru. Gara-garanya ya memang saya mesti selalu berpikir kreatif, ditambah lagi Pak Bos yang juga super kreatif. Pagi bilang A, sore langsung berubah B. Besoknya balik lagi ke A, lalu siangnya jadi C. Huahahaha. Tapi ya emang gitu sih, dan saya asyik aja ngadepinnya meski kadang ya kelimpungan. Hihihihi.

Tapi ternyata ada satu dua hal yang membuat saya harus memutuskan untuk resign dari sana. Padahal sebenarnya saya itu bukan orang yang gampang mengajukan resign. Saya malas menghadapi dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Hal itu membuat saya untuk mengajukan permintaan menjadi part timer saja.

Setelah resign dari kantor tersebut, saya pun bekerja di Stiletto Book. Dari part timer, lalu jadi full timer lagi. Ternyata, setelah satu tahun, saya juga merasa mentok lagi. Ditambah kondisi keluarga yang nggak memungkinkan, maka saya pun memberanikan diri untuk meminta jadi freelancer saja. Untung Bu Bos juga setuju. Kayaknya si beliau juga tahu kalau saya merasa gerah kalau dikurung dalam ruangan. Hahaha.

So, sejak 2015, saya pun resmi menjadi pekerja lepas.

Memutuskan untuk menjadi freelancer itu nggak mudah lo. Apalagi kalau mengingat, tadinya kita punya bayaran yang lumayan.

So, mau resign dari kerja dan pengin jadi freelancer aja? Ini modalmu!

1. Tabungan yang cukup


Ternyata, tabungan itu punya peran penting begitu kita memutuskan untuk freelancing.

Apa pentingnya?

Satu, hari-hari freelancing itu penuh ketidakpastian, bro, sis. Sebulan kadang full, sebulan nganggur. Tergantung jenis pekerjaan freelancingnya juga sih.

Yang pasti, belum tentu kamu akan mendapat uang gajian rutin. Bulanan.
Makanya, tabungan itu penting. Bahkan sejak awal kita mulai memutuskan untuk freelance, kita mesti punya tabungan yang cukup buat hidup.

Dua, kadang pekerjaan freelance itu juga butuh modal. Tergantung jenis pekerjaan juga sih. Misal, saya sebagai content writer, nggak cukup cuma baca-baca media online. Saya pun langganan tabloid dan majalah.

So, kalau kamu pas masih kantoran hidupnya boros banget, misal untuk makan aja kamu ngabisin 6 juta rupiah kek mbak selebtwit yang onoh, yang lantas bikin kamu nggak punya duit tabungan yang cukup, sebaiknya pikir-pikir lagi deh mau freelancing.

Mau jadi freelancer, kudu siap hidup prihatin dan rajin menabung.


2. Sudah punya klien


Hal kedua yang mesti dipikirin adalah "pasar".
Akan lebih baik buat kamu kalau saat kamu memutuskan resign dan jadi freelancer, kamu sudah punya klien duluan.

Means, saat kamu masih ngantor, seharusnya kamu sudah mulai merintis bisnis freelancing kamu. Sudah mulai punya side job.

Minimal, kamu seharusnya sudah tahu, ke mana mesti memasarkan jasamu.
Misalnya, kamu sudah gabung di Behance, atau sudah jadi member Freelancer.com.

Jadi, kalau kamu baru mikirin, mau kerja apa sebagai freelancer setelah kamu resign dari kerja kantoran, kayaknya kok udah telat.



3. Dukungan dari orang-orang terdekat


Buat yang udah nikah, jangan lupa mendiskusikannya dengan soulmate. Kalau yang belum ya, minta dukungan dari keluarga lainnya.

Orang-orang terdekatmu itu nantinya bisa jadi klien-klienmu yang pertama lo. Tentu saja tergantung bidang kerja freelancing kamu ya.



4. Peralatan kerja yang cukup mumpuni


Misal kayak mau jadi editor lepas. Nggak mungkin kamu ngedit pakai handphone. Kalau nulis, mungkin masih bisa. Pas ngedit, ya bisa juga sih. Tapi haduh, saya kok nggak bisa ngebayangin tuh, ngedit pakai hape.

Adakah yang pekerjaan editor lepas, dan ngerjainnya dengan handphone?

Sepertinya minimal mesti punya netbook.
Dan harga netbook kan juga nggak murah.

Buat para ilustrator, spek laptopnya beda lagi. Graphic designer, lebih lagi. Dan semua itu ada harganya juga.

Kalau kerja kantoran, fasilitas akan disediakan kantor. Kalau kurang mumpuni, ya tinggal request. Meski kadang setelah dikasih ternyata speknya tetap seadanya.



5. Kepercayaan diri


Saya dulu juga masih dalam kondisi nggak pede pas mulai. Sehingga saya mengakalinya dengan menjadikan bos saya sebagai klien. Hahaha.

Seandainya udah punya kepercayaan diri, saya pasti bisa langsung lepas gitu aja.

Ya, sampai sekarang, saya pun freelancingnya masih yang setengah sih. Ngurusin klien tetap. Nggak benar-benar yang lepas per proyek. Bukan karena nggak pede kalau sekarang mah. Tapi jodoh aja.

Seorang freelancer mesti siap untuk networking kapan pun. Makanya mesti punya modal kepercayaan diri yang tinggi. Selain juga punya portfolio yang meyakinkan.

Ah ya, portfolio.
Kamu juga harus menyiapkan portfolio ya. Dalam bentuk apa pun.



Nah, mau resign sekarang dan mantap jadi freelancer?

Semangat ya!

You May Also Like

15 comments

  1. 6. Ngurusin Asuransi Sendiri
    Kalo tiba-tiba tumbang dan sakit nggak akan ada yang biayain, beda pas kerja di kantor biasanya dapet asuransi. hehe

    BalasHapus
  2. Terkadang pekerjaan bikin jenuh, lingkungan kerja tidak kondusif dan berharap bisa resign. Terima kasih sharingnya mbak Carra ^^

    BalasHapus
  3. Istilahnya kita mesti punya modal cadangan ya mba, biar kesannya gak bener-bener mulai dari nol besar.

    BalasHapus
  4. Ini artikel yang saya cari-cari, hehe, thanks for sharing mbaa

    BalasHapus
  5. Dukungan orang terdekat (suami) memang penting banget. Itu yang saya rasakan waktu memutuskan resign sekitar tahun 2011.

    Walau orang tua tidak mendukung, tapi suami mendukung. Legaaa rasanya ��

    Maap kak Carolina, jadi curcol nih hehehe

    BalasHapus
  6. Menarik nih. Selain itu ada satu lagi yang diperlukan, yaitu jejaring yang kuat

    BalasHapus
  7. Aku kerja cuma 3 bulan doang, habis itu resign karena hamil anak pertama.
    Jadi freelancer ada suka dan dukanya :D

    BalasHapus
  8. Hahahaha pass bgt nih buka artikel ini. mau resign juga hehe :D

    BalasHapus
  9. Makasih ya mbak... Info baru dan berfaedah inii

    BalasHapus
  10. Untung sudah punya modal itu semua. Tahun pertama punya penghasilan yang melebihi kerja kantoran. Sekarang sudah masuk tahun kedua semoga bisa segera mendapat project yang melebihi tahun pertama. hha*

    #SemangatFreelancer

    BalasHapus
  11. Hai kak. saya gak sengaja nemu blog ini. terima kasih sudah mau share soal freelance. saya sendiri sudah bekerja freelance sejak kuliah dan baru di tahun 2017 saya punya tempat freelance ajeg, saya pun ngejalaninnya berbarengan dengan kerja kantoran. karena saya spesialisasinya di penulisan konten, kadang mandek ide dan ujungnya target nulis jauh dari harapan :( dan sekarang setelah lepas kerja kantoran 1.5 tahun, jadi berasa lebih lega nge freelance dan harus makin kenceng cari link gawean.

    #SemangatFreelancer :D

    BalasHapus
  12. Sepertinya kalau sudah punya ke 5 itu cukup tenang untuk fokus ke bisnis freelancer, terutama ketika sudah ada tabungan dan klien, persis yang pernah kami alami
    maksih sharingnya keren

    BalasHapus
  13. Baca ini, saya mendadak jadi teringat dulu mbak Carolina Ratri rajin nulis di Rocking Mama. Saya check di google, ternyata RM raib, begitu juga dengan portal-portal Zetta Media lainnya. Apakah Zetta Media tutup?

    BalasHapus
  14. Berat mas rasanya resign dari kantor dan fokus pada freelance yang bisa dibilang tidak menentu. :(

    BalasHapus