Mengapa Kita Hanya Berakhir Menjadi Blogger Medioker?

by - April 07, 2018



Kadang iri, iya nggak sih? Blogger lain pada bisa dapetin job keren-keren karena DA/PA-nya tinggi. Yang sebelah sana lagi tuh, bisa jadi influencer karena punya follower banyak.

Terus, coba lihat. Barusan ada yang unggah screenshoot Google Analytics-nya. Ckckck. Pageviewnya 20.000 per hari bok!

Kok bisa ya?

Dia kok bisa? Saya kok ga bisa? Kenapa?Saya rajin blogwalking. Saya hadir di tiap event dan acara, bikin liputan juga (meski 2 bulan setelahnya). Saya juga selalu ikutan absen, kalau lagi ada job di-floor di grup/komunitas pasar bajer. Saya juga rajin update blog.
Tapi kok, segini aja ya?Pageview di bawah 100 setiap hari. DA malah anjlok. Belum lagi spam scorenya ... hedeh! Nggak usah nanya Alexa juga deh! Ndut bener.
Ada apa dengan blog saya?

Well, sebenarnya saya bisa jawab.
Bukan blognya yang bermasalah.
Mungkin kamulah sebagai blogger, yang bermasalah.

Mari kita lihat.
Saya bukannya menghakimi ya, tapi sejauh sependek pengamatan, kebiasaan buruk ini masih saja saya temui di antara teman-teman blogger saya.

Sedi akutu kalau liat!


Mengapa kita berakhir hanya menjadi blogger medioker?


1. Mudah salah paham


Inget banget pas masalah outbound link beberapa waktu yang lalu. Banyak sekali yang dm atau japri saya, dan menanyakan hal-hal seperti:

"Mbak, ada yang nawarin job nih. Aku mesti pasang 3 link keluar. Kira-kira berbahaya nggak ya?"
"Mbak, aku mau posting artikel nih di blog. Tapi mesti kasih link ke blog lain, jumlahnya 11 link. Kira-kira gimana ya?"
Atau sering juga saya menjumpai kalimat seperti:

"Ih, kasih link keluar? Wani piro? Kalau bayar ya, aku mau. Kalau enggak, nggak mau ah! Rugi di kita dong." 

Sejujurnya, saya sedih liatnya. Berarti banyak teman yang belum paham cara kerja sebuah outbound link, atau external link, ataupun link keluar dari blog kita.

Karena kalau memang paham betul mengenai external link, nggak akan ada pertanyaan seperti di atas, pun nggak akan ada pernyataan "wani piro?" itu.

Hingga kemudian berbuah ke ketakutan untuk memberi link dofollow pada rujukan, tapi justru dengan senang hati memberikan link pada mereka yang mau membayar.

Inilah "hasil" dari kesalahpahaman. Kenapa bisa sampai salah paham? Bisa banyak sebab. Mungkin karena kurang mau menggali lebih dalam mengenai satu dua hal yang belum dipahami. Mungkin juga nggak menemukan sumber yang bisa dipercaya.

Atau ... mungkin karena poin kedua berikut.



2. Suka menelan mentah


Kadang kita memang sudah berusaha untuk mencari tahu. Lalu, menemukan sumber.
Tapi sayangnya, kita terbiasa menelan mentah saja apa yang diberikan oleh orang lain.

Terlalu terbiasa "disuapi". If you know what I mean.

Artikel dari Mas Febriyan Lukito ini menjelaskan maksud saya.
Saat kita disodori informasi, atau tip dan trik blogging--karena kita berbicara soal ngeblog--oleh orang yang kita "anggap" lebih pinter dan lebih tahu, kita pun jadi terlalu penurut. Nggak mau nanya, kenapa begini kenapa begitu pada mereka.
Padahal orang pinter itu bisa saja salah lo.

Akhirnya, informasi salahlah yang kita terima.
Sudahlah infonya salah, dilakuin, terus difanatikin lagi.

Ya ampun. Sedi akutu liatnya. :(

Salah satu hal yang mesti diupdate soal SEO--misalnya ya--adalah soal tulisan harus dibold sana sini. Juga ngasih link ke artikel itu sendiri.

You know what, sekarang bold font tulisan itu sudah nggak masuk ke trik SEO lagi. Tahu nggak sih? Nggak ada tuh, yang nangkring-nangkring di posisi pertama Google search ada yang di-bold-bold tulisannya. 

Juga yang dikasih link ke tulisan itu sendiri itu, buat apa ya?
Orang sekarang malah pada jengkel kalau ngeklik akhirnya balik ke artikel itu lagi.

SEO zaman now itu fokusnya user experience.
Bukan lagi search engine experience. Dilogika aja deh. Dengan di-bold, bisa kasih pengalaman baik apa untuk user? Mana yang di-bold bukan bagian yang penting lagi.

Logikanya gimana?

Dulu memang, trik ini bisa jadi cukup efektif boost peringkat di Google. Tapi algoritma Google itu selalu berubah. Update dong!



3. Nggak pernah praktik


Ini juga lucu.
Saya sering liat, ada banyak orang berebutan ikut kelas menulis, kelas ini itu, kelas SEO, kelas viral content ... apalah apalah.

Pokoknya rajin banget deh ngumpulin teori.
Tapi teori tinggal teori.

Dipraktikkan enggak tuh?
Enggak.

"Iya, kemarin aku ikutan kelas X, Mbak.""Oh ya? Keren dong. Berarti udah tahu dong, cara nulis artikel yang menarik.""Hehe. Iya begitulah, Mbak."

Setelah dibaca tulisannya yang terbaru, ya ampun. Masih gini aja. Banyak kalimat nggak nyambung. Nggak fokus pula, ini ngomongin apa.
Terus tahu-tahu, habis. Lah, bahas apa sih ini?

Yahhh. Saya nggak tahu juga sih permasalahannya ada di mana.

"Wih, kemarin si Y ikutan kelas fotografi lo!""Oh ya? Keren dong! Gurunya kan si anu yang fotonya emang cakep-cakep.""Iya!"

Setelah dilihat update Instagramnya, lah ... masih muka doang se-frame tanpa ada indah-indahnya sama sekali.
Ya ampun :(

Terus buat apa ikut kelas ini onoh, padahal sudah bayar pun?
Nggak tahu saya juga :(



4. Kebanyakan alasan


"Aduh, pusing ah, SEO."

Iya, SEO memang rumit. Tapi bukan berarti nggak bisa dipelajari pelan-pelan kok.

"Aduh, nggak bisalah kalau ngerjain tulisan sehari harus jadi. Saya orangnya perfeksionis soalnya."

Yah, memang. Ada karakter yang dibanggakan, tapi sebenarnya nggak banget. Kayak menjadi seorang perfeksionis ini, misalnya.
Bagus sih jadi perfeksionis. Artinya, ia pasti akan memastikan bahwa hasil kerjanya bagus dan perfect. Tapi sayangnya, perfeksionis kerap juga menjadi "kambing hitam", padahal sebenarnya yang dilakukan adalah "procrastinating". Menunda..

Menjadi seorang perfeksionis itu akan bagus jika memang lantas bisa menghasilkan karya yang bagus. Tapi jangan lupa, bahwa unsur "kecepatan" itu juga ada dalam syarat "karya yang bagus".
Kalau dengan menjadi perfeksionis itu membuat kita jadi lambat, kayaknya sih jangan dipiara perfeksionisnya yang kayak gitu.

Hanya jadi alasan aja tuh.

Dan, masih banyak lagi alasan lain yang saya dengar, setiap kali saya lagi mentoring blogger.

"Ya, soalnya saya memang masih sesukanya sih, Mbak, ngeblognya. Kan katanya ngeblog jangan dijadikan beban."

Please catat ya. 
"Jangan dijadikan beban" dengan "mengerjakannya dengan serius" itu beda. 

Lagian, ngeblog masih sesukanya, kok minta DA/PA tinggi sih? Ya, kalau ngerjainnya sesukanya ya DA/PA juga sesuka-suka merekalah :))))
Duh, maaf ya, saya selalu ketawa kalau ada yang ngasih alasan beginian, setiap kali saya kasih tip dan trik menaikkan DA/PA ataupun menaikkan pageview.

Sungguh, jawaban seperti ini tuh bukan jawaban seorang blogger serius.
Kalau nggak serius ya, udah deh. Nggak usah berharap blognya melejit juga.

Ingat.
No pain no gain.



5. Nggak fokus


Biasanya kalau sudah ada keseriusan, lantas ada fokus yang mengikuti. Dan kemudian ada konsistensi juga yang akan datang kemudian. 

Ini sudah dalil.

Coba lihat diri kita sendiri di tengah keriuhan blogsphere ini. Mau apa kita dengan topik yang nyampur aduk seperti ini?

Mau dikenal sebagai blogger apa?
Mau dikenal sebagai lifestyle blogger yang sukses?
Sukses di apanya?

Bahkan seorang blogger yang sudah memutuskan niche untuk blognya pun masih harus mencari keunikannya sendiri untuk difokusin kok agar bisa stand out.

Lalu, apa yang mau kita "jual" dari blog kita yang nggak ada fokusnya itu?

Silakan ditanyakan pada diri sendiri, lalu dijawab sendiri ya?
Karena "pengin dikenal sebagai blogger apa" ini adalah kunci melejitnya kita sebagai blogger, dan blog kita juga. Ini adalah objektif jangka panjang, untuk memecahkan kotak medioker ini.


* * *

Ya, begitulah.
Kadang kitalah yang membatasi diri kita sendiri untuk berkembang, hingga akhirnya, saat melihat ada orang lain yang lebih sukses dan berhasil, bikin kita bertanya-tanya.

Kok dia bisa gitu ya? Kok saya nggak bisa?

Bisa kok. Bisa. Semua orang bisa sesukses apa pun yang mereka mau, asalkan jangan membatasi diri sendiri. Batasan itu jangan dirancukan dengan FOKUS ya.

"Yah, Mbak. Nggak apa-apa deh, saya jadi blogger medioker juga. Bisanya cuma segini soalnya."

Listen to yourself! Baru saja kamu membuat batasan untuk dirimu sendiri kan?
Dan, kamu lebih memilih menjadi blogger medioker? Fine, itu pilihan masing-masing kok.
Tapi juga jangan nanya, kenapa blog saya segini-segini aja?

Atau, mungkin blog isn't really your thing.
Berhenti aja ngeblog, cari kegiatan lain yang lebih menyenangkan. Banyak kok! Bahkan lebih menjanjikan!

Buka usaha laundry, misalnya.

You May Also Like

68 comments

  1. Sudut pandang yang menarik, sebagai saya yang isi blog nya gado-gado, memang tidak berharap banyak, selain menambah khasanah teman online, jika ternyata bisa lebih, alhamdulillaah ya.. :)

    BalasHapus
  2. Wahh... ada namaku disebut. Makasih mbak. Tulisan curhat karena ngelihat kondisi yang menyedihkan itu.

    Setuju banget sama gak praktek... sebanyak ilmu apapun yang kita dapat, kalau gak praktekin langsung dan terus menerus akan jadi 0 besar.

    Tfs sharing mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namamu kan memang banyak disebutkan, Mas. Wkwkwk.
      Intinya sih sebenarnya praktik. Teori nggak usah jauh-jauh.

      Hapus
  3. Kasar... Lagi PMS ya Buk. Ha...ha...

    Tamparan bagus buat para blogger medioker. Semoga bisa segera melepas status medioker.

    BalasHapus
    Balasan
    1. :))) PMS? Justru hanya sedang pengin jujur saja itu mah.

      Hapus
  4. Duh pedes banget ini haha. Sama kayak nasihat suamiku selalu, "Kalo mau begitu-gitu aja ya jangan ngeluh kalo blognya juga segitu-gitu aja." :))

    BalasHapus
  5. Wahh. Mungkinkah saya masih medioker? Hikz

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkinkaaaaaaaaaahhhh ... kita kan slalu bersamaaaaaaaaa ...
      *kemudian nyanyik*
      *angkatan jadul*

      Hapus
  6. Wah, tertampar sekali baca ini. Makasih mbak postingannya jadi bikin instropeksi diri :)

    BalasHapus
  7. Dalem, tajam, lebih tajam dari Mbak Feni, wkwkwk. Tapi bener banget. Share, ah

    BalasHapus
  8. Idih, mbak, jangan galak-galak amat. Sadar diri deh, baru bisa menjadikan blogging sebagai aktivitas di sela kerjaan. Boleh kan, ya, ya, ya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lah. Boleh bangeeet.
      Yang bilang nggak boleh siapa deh?
      Wkwk.

      Hapus
  9. Penyebab utama seseorang jadi blogger medioker adalah terlalu sering membuat artikel yang topiknya tidak dikuasainya. IMHO

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayak aku, Mas. Sering bikin artikel yang topik nggak aku kuasai. Tapi, Puji Tuhan sih, malah nambah ilmuku :) Salah satunya tentang kesehatan. Jadi pinter aku sekarang. Wkwkwk.

      Hapus
  10. Bunda magh ndak masuk kategori manapun, #purapurablogger

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bunda sudah hebat sebagai diri Bunda sendiri ;)

      Hapus
  11. Siap fokuss...terima kasih suhuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suhu panas apa dingin, Mbak? Kalau panas, sedia kompres. Kalau dingin, coba diminumin wedang jahe :P

      Hapus
  12. iya blogku juga blog gado2 kadang pengen juga berniche tapi ngumpulin niat buat praktek itu susah bgt hhehehhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tinggal lakukan saja sih :) Niat mah biasanya ya sekadar niat. Wkwkwk.

      Hapus
  13. Mesti banyak praktek, jangan cuma banyak ikut kelasnya aja :) saya juga mulai pangkas kegiatan event demi menemukan niche yang paling *sayabanget*. Makasih ilmu nya mba.

    BalasHapus
  14. Wah saya jadi tambah semangat setelah baca tulisan ini. Semakin semangat untuk belajar lebih baij ngeblognya. Terima kasih mba Carra 😉

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sukses ya, Mbak Yeni! Blognya udah cakeuup!

      Hapus
  15. Pedes, tapi kena banget :D. Impianku sih yaaa, blog ini pgn dikenal sbg blog traveling yg penulisnya suka melakukan aktivitas ekstrim. Tp memang blm bisa bener2 fokus kesana, krn kebanyakan wisata begitu mehoong hahahaha. Mau ga mau, menulis hal lain juga tp msh berkaitan ama niche.

    Masih ttp belajar, Mba :). Baca artikelmu, ngerasa kalo blog ku masih harus diperbaiki lagi sana sini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat, Fanny! Semoga impiannya segera terwujud! :D

      Hapus
  16. Kalau aku bermasalah dengan fokus, setelah lama kenal ngeblog, baru 3 bulan terakhir bikin blog baru & bisa punya visitor 1000an perbulan dg niche tertentu, masih harus lebih fokus lagi membuat konten yang lebih menarik supaya blognya lebih tambah dikenal.

    Makasih mbak, tulisannya bermanfaat bagi blogger seperti aku.

    BalasHapus
  17. Plaaaaak! Berasa ditampar saiaaaa, hahahhaa
    Langsung malu isi postingan masih gitu-gitu aja, Thanks mba carra sentilannya yang hot hari ini. Saya akan berusaha lebih supaya jadi blogger yang pro. Semangat!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Intan!!! Huahahahaha. Namparnya pakek cinta kok! =)))
      Maaf, nggak maksud nyindir siapa-siapa itu mah. Tapi iya, saya sedih soalnya. Hahah.
      Semangat ya, Mbak!

      Hapus
  18. Aku setujuuu. Dan sudah kubuktikan, walaupun belom wow banget sih hasilnya. Tapi attitude dan tujuan yang jelas ngebantu banget buat naikin level kita sebagai blogger :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hasil biasanya sih muncul pelan-pelan, Lia. Branding kamu udah te o pe kok. Lanjut aja terus. Semangat ya! :-*

      Hapus
  19. Hai Salam Kenal,
    Aku baru mau mulai aktif dan konsisten nge-blog lagi nih. Eh, pas nemu post ini jadi ngena banget, jaga-jaga biar ngga jadi Medioker bangeeet. Thanks Carolin

    x

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal kembali :)) Semangat ya. Makasih sudah baca.

      Hapus
  20. Suka banget sama isi tulisan ini apalagi yang point ke 5 :*

    BalasHapus
  21. Jangan-jangan diriku ini termasuk blogger medioker? Hahaha. DA/PA cuma belasan. Konten blog isinya curhat. Pengin di kenal, tapi belum tau dan belum nemu apanya yang menjadi ciri khas heuheu. Poin-poinnya masuk dan tersampaikan. Konten kayak gini sih yang mestinya di perbanyak :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe. Sepertinya perjalanan memang masih panjang. Tapi tenang, asal tekun, pasti nampak juga lama-lama. Semangat ya!

      Hapus
  22. Anjiiir, ternyata selama ini saya cuma medioker. Udah medioker, males belajar pula :(

    BalasHapus
  23. Waduh, kok saya merasa ditampar ya? Hehe
    Terima kasih atas tulisannya mba, sangat mencerahkan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh, enggak maksud nampar. Cuma reminder aja sih.
      Makasih ya, sudah baca :) Yuk, sama-sama belajar.

      Hapus
  24. mantap mba Carra.. Setuju banget sama semua pernyataanya hehe, harus lebih konsisten lagi dan upgrade skill lagi nih demi kemajuan blog.. semangat!

    BalasHapus
  25. Saga juga termasuk medioker. Tapi nyatanya bisa melejit. DA dan PA lumayan juga. Bahkan mengalahkan blogger yang terlalu serius.

    BalasHapus
  26. Harus upgred dan praktek. Catet banget tuh

    BalasHapus
  27. Hihihi, aku termasuk blogger suka-suka. Dulu sempat mau fokus, eh balik lagi ke usaha penerbitan. Blognya gak difokuskan, cuma buat nulis ala-ala.

    BalasHapus
  28. Belum ngerti arti medioker mba Ratri. Sebuah singkatan atau jargon aja..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba cari di Google Translate: mediocre :)

      Hapus
  29. Hahay.. ngena banget ini mah buatku, makasih mbaaakk carra atas tulisannya, jadi memacu untuk nulis lebih bener.. you are awesome 😘😘

    BalasHapus
  30. Haha.. Soal outbound link pada poin 1 memang lucu. :))

    BalasHapus
  31. Tulisan yang berfaedah.

    Semoga dibaca oleh para Blogger yang sering wara-wiri di event tapi konten blognya B aja. Followers medsos pun boleh beli kesana kemari. Rasanya pengen aku ghibahin untuk orang-orang yang mendadak jadi Blogger.

    hahaha*

    BalasHapus
  32. Ya ampuuuunn, pedas karet 8 Kaakaaa :)))

    Aku gak ngeluh Kak. Aku ngumpulin
    semangat nulis aja hihiiihi.

    BalasHapus
  33. Tujuan utama saya ngeblog untuk sharing dan dikit2 promosiin jualan di tokped... moga2 nggak berakhir jadi blogger medioker. Memang nggak niche sih tapi sekarang ini baru sanggupnya satu blog yang diurusin. Biar deh yang penting ikhlas ngejalaninnya... :D

    BalasHapus
  34. Aduh aku bagai ditampar di sini, apalagi bagian perfeksionis, eh procrastination wkwk.. Orangnya susah fokus soalnya. Tapi tetep aku mau berusaha kok lebih produktif ^^ Terima kasih sharing-nya Mbak Carra 😍

    BalasHapus
  35. Nah aku setuju banget nih Mbak sama semua isi tulisan ini.

    The Best-nya yang ini :
    "Bahkan seorang blogger yang sudah memutuskan niche untuk blognya pun masih harus mencari keunikannya sendiri untuk difokusin kok agar bisa stand out."

    Love love banget untuk tulisan ini...

    BalasHapus
  36. Salah satu pesannya: sebisa mungkin isi blognya jangan gado-gado ya Mbak? Harus ada niche-nya sendiri

    BalasHapus
  37. Wahh mbak tulisannya ngena banget. Kami jadi berpikir kembali tujuan sebenarnya buat ngeblog.

    BalasHapus
  38. wuiih baca ini langsung jleb..
    tulisan nya sangat sangat mencerahkan, terima kasih mba

    BalasHapus
  39. yang no 1 aku perlu lanjutannya nih, menurut mba kenapa g boleh takut sama link keluar, terutama yang mintanya keroyokan. Penasaran nih ada lanjutannya dong. atau malah udah pernah ditulis?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah pernah ditulis. Coba search aja: external link. Atau cari di daftar isi ya.

      Hapus