Alasanmu Nge-Share Artikel Bisa Jadi Pedomanmu untuk Menulis Artikel Shareable. Begini Caranya!

by - Juni 10, 2017



Hae!

Apakah kamu termasuk orang yang suka share sesuatu di media sosial? Entah itu di Facebook, Twitter, WhatsApp, Path dan sebagainya?

Tentunya, ada alasan ya, mengapa kamu sampai mau share informasi tersebut? Biasanya apa nih alasannya? Infonya penting? Infonya update? Supaya orang lain ter-warning? Supaya orang juga dapat pencerahan, seperti halnya kamu sudah tercerahkan oleh artikel tersebut?

Well, memang banyak alasan ya, mengapa kamu sampai mau share informasi atau artikel atau berita tersebut (terlepas artikel itu beneran bermanfaat atau hoax belaka. Toh, kalaupun hoax, mungkin tadinya juga kamu mengira kalau artikel itu bermanfaat atau informatif kan?)

Nah, dengan menelusuri alasanmu sendiri saat nge-share suatu artikel atau informasi itu, kita bisa lho meraba, apa sih yang seharusnya ada dalam artikel kita supaya juga di-share oleh orang lain (meski tidak kita minta). Supaya orang intrigued, hingga mau baca dan ngeshare.

Terus, impact-nya apa?

Dengan mempelajari behavior kita sendiri saat nge-share artikel, kita lantas mengerti, apa sebenarnya yang orang cari, apa yang mereka butuhkan.

Lalu dengan mencoba menulis artikel yang bisa memenuhi alasan-alasan tersebut, tentu saja, artikel kita akan menjadi artikel yang dibutuhkan orang, sehingga orang dengan senang hati membagikannya pada orang lain, lalu orang lain membagikannya lagi pada teman yang lain lagi, dan seterusnya.

So, it will goes viral.

Dan nggak usah dibahas-lah ya, mengapa kita mau artikel kita goes viral kan? :)

Jadi, ayo, coba kita lihat alasan apa saja yang membuat orang kebanyakan men-share artikel atau informasi tertentu.



1. Kontennya related


Artinya, artikel tersebut, yang kamu share itu, memaparkan hal-hal yang sedang kamu alami.

Karena pas banget dengan yang dialami, maka kamu pun dengan sukarela membagikannya di akun media sosial kamu. Mungkin saja dengan tambahan komentar sebelum diposting di beranda Facebook-mu. Cerita ini itu, mengapa artikel ini pas banget dengan yang kamu rasakan atau alami.

Apalagi kalau kemudian konten yang ada tersebut punya potensi untuk bisa mengubah opini yang selama ini ternyata salah.

Wah, pasti semangat 45 ya, share-nya? :D


2. Kontennya mendefinisikan dirimu


Jadi, siapa hayo yang suka share kuis-kuisan di Facebook?

Itu loh kuis yang semacam-macam ngetes diri sendiri, tipe ini atau tipe itu, kamu orangnya begini begitu. Pokoknya yang narsis-narsis gitu deh. Hehehe.

Sering banget kan ya, ada kuis-kuis gitu di internet. Terus kalau cocok, dishare deh di Facebook. Sekadar penegasan, nih, gue nih orangnya gini nih.

Kalau nggak cocok? Ya, kadang dishare juga sih dengan segala denial. Wakakakak.

Saya pernah juga demam kuis gitu. Yang terakhir tuh, waktu itu tentang lebih dominan mana, otak kanan apa otak kiri. Hahaha.

Lucu aja gitu ya, kalau kita baca tentang diri kita sendiri melalui kuis-kuisan ini. Kok bener ya? Kok cocok ya? Mungkin itu yang terlintas di pikiran kita.

Nggak cuma kuis-kuisan, kita juga sering share artikel semacam tipe-tipe karakter, tipe-tipe orang, dan lain sebagainya. Apalagi kalau kita menemukan karakter kita jelas banget terpapar di dalamnya.

"Gue mah gitu orangnya!"
Gitu kan ya?
Eh, apa saya aja yang suka gitu ya? Hmmm.


3. Karena kontennya membuat kita menjadi (merasa) lebih baik


Ini nih, kayak yang tadi saya sebutkan di poin pertama di atas, dan ini ada hubungannya dengan emosi. Perasaan.

Misalnya nih, kamu mengalami kondisi tertentu yang nggak biasa, lalu merasa dan bertanya-tanya, ini bener nggak sih yang saya lakukan nih? Bener nggak sih, yang saya rasakan nih? Orang lain merasa sama seperti yang saya rasakan nggak ya?

Dan saat hati sedang bertanya-tanya *tsah* tiba-tiba saja ada artikel yang menulis dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanmu itu.

Wah, pasti semangat ya, share ke media sosial?

Saat merasa diri kita sudah atau lebih baik, maka pastinya kita akan merasa lega.

"Untung ada artikel itu, jadi aku sudah bener nih begini! Share ah!"

Gitu kan ya? :D

4. Karena kita ingin mengedukasi dan teredukasi

Ya memang kok, nggak harus menjadi seorang narasumber untuk bisa mengedukasi teman-teman kita.

Contohnya kalau yang sering saya lihat adalah banyak teman-teman yang share resep masakan dengan pengantar “Simpen dulu, praktik nanti.” (entah bakalan dipraktikkan beneran atau enggak, itu mah urusan masing-masing ya. Eh, ada yang ngerasa :P). Atau cara untuk melakukan ini, atau cara agar begitu.

Biasanya jenis-jenis konten yang dishare untuk mengedukasi ini memang jenis artikel how-to sih. Atau, bisa juga tipe lain. Misalnya mengenai fakta ini, seluk beluk produk tertentu, dan lain sebagainya.

Ya, saya sih sering gitu.
Saya baca artikel, terus saya inget seseorang atau teman yang kemarin nanya atau butuh. Makanya, langsung deh saya share.

Atau kalau untuk diri sendiri, ya disimpan. As bookmarking di media sosial kan ya.


5. Karena ingin menyampaikan satu pesan


Sering sekali saya menemukan teman-teman men-share artikel yang berhubungan dengan gerakan kepedulian. Misalnya, stop sirkus lumba-lumba, atau stop topeng monyet, gerakan Earth Hour, dan lain- lain.

Ini merupakan salah satu wujud dari keinginan kita sebagai makhluk sosial untuk lebih peduli pada sesama. Kita pastinya juga pengin ajak teman-teman untuk ikutan peduli kan?

Misalnya, saya share artikel Jupe meninggal karena kanker serviks. Terusnya ya, saya pengin kita semua lebih aware, gitu, tentang penyakit ini.

Bahkan kalau mungkin, kemudian bisa menjadi gerakan nyata membawa kondisi yang lebih baik.


Kesimpulan


Jadi kesimpulannya gimana, gaes?

Tipe konten apa saja sih yang disukai sehingga harus di-share di media sosial?

Yes, yang relatable, defining, makes you better, educating, dan ada pesan yang tersampaikan.

5 saja. Tapi kamu juga boleh nambahin lagi kalau misal kamu menemukan alasan lain orang nge-share artikel di akun media sosial mereka. Tulis saja di kolom komen yes?

Nah, jadinya kita bisa dong merumuskan artikel yang bakalan di-share oleh orang lain (tanpa kita minta).

Apa saja coba? Kalau kamu punya versi sendiri silakan ditulis di kolom komen juga ya.
Kalau saya sih, begini:



1. Berikan nilai tambah pada pembaca


Nilai tambah tentu menjadi hal yang dicari oleh para pembaca informasi. Betul nggak?

Entah itu bahan perenungan baru tentang hidup *ciyeh*, tips ini itu, pengetahuan baru dan lain sebagainya.

Jadi, agar tulisan kita share-able, maka tulislah hal-hal yang bermanfaat buat mereka. Menulis curhatan sih boleh, tapi usahakan untuk kemudian disertai dengan insight, atau tips kalau-kalau ada orang lain yang juga merasakan atau mengalami hal dan kondisi yang sama.

Kalau nggak ada solusi gimana?
Ya, kalau isinya "drama" dan "penderitaan" doang, kira-kira orang akan ngeshare dengan alasan apa ya?

Hmmm. *mikir*
Kamu bisa jawab nggak?

Berikan sesuatu pada pembaca blog sebagai ‘oleh-oleh’ saat mereka meninggalkan blog kita.


2. Help to define

Contohnya begini.

Saya pernah menulis tentang kesalahan umum yang bisa dilakukan saat kita membuat laman About Me, kira-kira saya membantu pembaca artikel tersebut bahwa mereka akhirnya yang mereka lakukan di blog itu sudah benar atau belum.

Ya, itulah yang dimaksud dengan “help to define”.

Membantu pembaca untuk bisa mengerti diri mereka sendiri, dan ini nggak cuma seperti yang ada dalam kuis-kuis di Facebook itu. Yang saya lakukan itu juga salah satu bentuk kalau saya ingin “help to define”.



3. Share your emotion


Emosi itu bisa berupa emosi negatif maupun positif.

Yang termasuk emosi negatif adalah kemarahan, kesedihan, kekecewaan dan sebangsanya.
Sedangkan yang termasuk emosi positif adalah kebahagiaan, rasa syukur, rasa terima kasih dan seterusnya.

Saat kita happy akan kondisi tertentu, sudah dari sononya, kita akan terpanggil untuk share juga. Bener nggak? Invoice paid article cair, misalnya :P Banyak yang share di Facebook kan? Ehe.

Dan, begitu pula dengan emosi negatif.
Misalnya, kita sedih karena terkena dampak bencana gempa bumi, misalnya. Kita share kisahnya, tak lupa titipan emosi yang besar dalam artikel tersebut.

Hingga akhirnya, kita bersyukur bahwa kita masih hidup.

Atau kisah kita menghadapi dan mengatasi postpartum depression, misalnya. Ingat Pungky Prayitno kan ya, pas dia bercerita soal perjuangannya menghadapi PPD? Gimana rasanya saat membaca tulisan Pungky?

Dan, pasti, dishare dong sama jutaan orang.

Emotion is moving.
Emosi itu menggerakkan.

So, jangan lupa untuk selalu menitipkan emosi setiap saat ya.


4. Pastikan pesan tersampaikan


Salah satu misi penulis biasanya adalah ‘menyampaikan pesan’, termasuk saat kita menulis di blog. Saat mulai menulis artikel blog, kita pasti sudah punya pesan untuk kita sampaikan.

Nah, pastikan bahwa pesan ini bisa ditangkap oleh pembaca. Indikasinya apa? Coba lihat di bagian komen. Jika di komen, ada yang terpanggil untuk bertindak lebih lanjut maka pesanmu telah tersampaikan.

Misalnya, saya menulis mengenai desain layout yang baik. Kemudian banyak yang bilang, jadi pengin benahin blog nih.

Nah, inilah yang kita sebut sebagai ‘call to action’. Indikasinya akan semakin bagus, saat suatu hari kemudian, ada yang nyolek saya sambil nanya, “Saya barusan benerin layout nih. Bagus nggak?”

Di situ saya merasa bahagia. Karena berhasil ‘meracuni’ orang lain dengan pesan yang saya berikan. Ha!


Nah, gitu deh sharing saya soal konten-konten yang share-able di media sosial.

Itu adalah salah satu cara yang saya gunakan saat meramu artikel yang (saya harapkan) akan disukai oleh pembaca, yaitu dengan menggunakan diri saya sendiri sebagai referensinya.

Kalau kita suka, tentu orang lain akan suka dengan cara yang sama.
Sampai ketemu di artikel selanjutnya ya.



You May Also Like

16 comments

  1. nah sekarang sudah dapat tips menulis arikel yang akan go viral..
    yang mau aku tanya gaya bahasa seperti apa sih mbak yang paling banyak disuka pembaca?
    terima kasih mbak Carra

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya sih ya yang santai aja dan yang "like talking" tapi nggak lebay.
      Mbak Monda sendiri suka artikel yang kayak gimana?
      Nah, apa yang Mbak Monda sukai itu bisa dicari gimananya, lalu coba diterapin deh di tulisan Mbak.

      Hapus
  2. Dirimu memang meracuni nih mbak. Hahaha. Meracuni utk lbh baik

    BalasHapus
  3. Wah nice article neh, sip sangat bermanfaat sekali tips jitunya, segera merapat ke TKP #nulis

    BalasHapus
  4. Thanks mba Carra for the tips. I will try.. semoga tulisan saya bisa jadi viral yg membawa kebaikan. Amiinn

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin! Viral itu bonus, so just keep writing!

      Hapus
  5. Kalo membahas topik yang lagi in juga bisa viral ga sih, Mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa banget, apalagi kalau angle-nya unik :)

      Hapus
  6. iya juga sih, termausk artikel ini. shareable banget...terutama di fb yg jamaahnya mostly blogger

    BalasHapus
  7. Mama Carraaa ajarin dink...nulis banyak tapi bisa menarik.
    Saya terlalu too the point kalo nulis hihihi, mau panjang-panjang bingung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selipkan cerita, Mbak :D Ayo, dicoba. Pasti bisa :D

      Hapus
  8. Hhhm aku termasuk yang jarang share sih di sosmed, kalau di WA ya lumayan sering. Biasanya seputar hobi atau informasi penting misal seputar kesehatan dll yg menurutku penting banget nih teman2 juga tau.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga jarang sih, Mak. Hahaha, terus piye ya? Wkwkwkwk.

      Hapus