5 Golden Rules untuk Content Writing

by - September 30, 2017



Hae! Lagi pada ngapain?
Nungguin update blog ini ya? *kepedean* Hahaha.

Maap ya, akhir-akhir ini selain sibuk, semangat ngeblog saya menurun lagi. Jadi, saya akhirnya memutuskan, akan update kapan pun saya sempat. Sudah nggak berani lagi janji update tiap weekend.

Iya sih, saya sering menyarankan teman-teman untuk bisa konsisten nulisnya, punya jadwal teratur, ina inu. Tapi ya, kembali lagi deh. Menyesuaikan kondisi. Ada beberapa hal lain yang mesti diprioritaskan, dan saya makin yakin, kalau saya sudah nggak selincah dulu lagi multitaskingnya.

Jadi, mending saya pakai skala prioritas aja.

Nah, supaya kamu nggak ketinggalan update blog ini, coba deh, langganan newsletter aja ya. Setiap bulan, (lagi-lagi) Insya Allah, saya akan update newsletter untuk postingan terbaru. Saya juga masih akan nge round up tulisan teman-teman lain yang bahas tips blogging, tapi ya nggak selalu. Tergantung ada yang memang layak dibagikan atau enggak.

Cara langganan newsletter-nya, tinggal masukin aja email kamu di bagian atas sana itu. Udah gitu aja.

Anyway, balik lagi ke soal nulis dan blogging ya.

Lagi pada ngapain? Nyari tip nulis lagi ya?
Tip nulis memang banyak yah? Pada bingung nggak sih? Saking banyaknya. Belum lagi kalau satu sama lain ternyata ada kontra.

Waaaha. Jadi, mau menganut tip nulis yang mana nih?

Well, sebenarnya, kalau mau pada diambil intinya, dari semua tip nulis yang ada itu tuh, tersisalah 5 "writing golden rules" yang bisa diterapkan dalam berbagai jenis tulisan, media online sih terutama. Ya, kalau nulis di buku sih memang agak beda sedikit, perlu penyesuaian. Tapi nggak banyaklah.

Nah, kalau buat blog, buat portal, atau jenis content writing lain, hanya ada 5 hal prinsipil ini saja yang mesti selalu diingat.

Yeah, cuma 5! Apa aja?


5 Writing golden rules untuk content writing




1. Gunakan kalimat yang efektif


Nah, tadinya saya memang percaya, bahwa kalimat untuk artikel online itu mestinya memang pendek-pendek. Tapi, ada beberapa hal yang memang bisanya disampaikan melalui kalimat yang ... yahhh ... agak panjang dikit.

Jadi, prinsip pertama ini pun saya ubah sedikit, yaitu kalimat efektif.

Mau panjang atau pendek, tapi kalimat dalam artikel online itu harus efektif.

Berapa jumlah kata dalam kalimat pendek yang paling ideal dalam tulisan? Sekitar 8 - 10 kata. Itu sebenarnya sudah cukupan sih. Kepanjangan? Bikin kita ngos-ngosan.

Coba lihat contoh berikut.


Tanaman Hias untuk dalam ruangan disebut dengan istilah indoor plant, menampilkan ruangan rumah agar lebih tampak indah adalah tugas dari ibu ibu yang tidak pernah berhenti di dalam rumah tangga, tidak ada salahnya bila anda mencoba memadukan keindahan alam dengan mewakilkan tanaman hias indoor.

Capek nggak bacanya?

Kalimat efektif itu berarti kalimatnya jelas, nggak mengandung kata yang diulang-ulang.

Untuk mengecek apakah kalimat kita kepanjangan atau enggak, efektif atau enggak, bacalah dengan bersuara. Kalau kamu ngos-ngosan bacanya, nah, berarti kalimatmu terlalu panjang. Karena biasanya sih kalimat akan terbaca dalam satu tarikan napas.

Untuk contoh di atas, bisa dipecah dalam 3 kalimat.

Tanaman hias, atau biasa disebut indoor plant, akan membuat ruangan menjadi lebih indah. Nah, biasanya sih ini jadi tugas para ibu ya. Coba deh, masukkan unsur keindahan alam ke dalam rumah melalui indoor plant ini.


2. Setiap kalimat harus mengandung 1 makna yang jelas

Kalau mau lebih gampang ngeceknya apakah makna kalimatnya sudah tepat, coba deh dicek struktur kalimatnya. Ada subjek, predikat, objek dan keterangan.

Masih ingat kan, pelajaran SD ini?

Nggak harus selalu lengkap SPOK, atau selalu tepat SPOK juga sih. Tapi yang pasti, ada yang melakukan, ada aktivitas, ada objek, plus keterangan misalnya. Secar struktur ya,

Coba perhatikan lagi contoh yang salah pertama di atas itu. Kira-kira SPOK-nya gimana?
Nggak ada SPOK kan?


3. Tepat saat berpindah paragraf

Gantilah paragraf jika:

  • Ada tokoh/karakter lain yang hadir. Misalnya, paragraf 1 bahas anak sebagai inti cerita. Lalu mau cerita soal bapaknya, ya harus ganti paragraf.
  • Ada kejadian lain yang kemudian terjadi
  • Ada gagasan baru yang ingin disampaikan
  • Ada kalimat langsung baru
  • Ada perubahan waktu ke depan atau ke belakang yang cukup jauh.
  • Ada sudut pandang yang beralih/berganti
  • Ada hal yang ditekankan.



4. Pemilihan kata yang tepat

Yah, namanya orang. Kadang pengin nunjukin kalau kita agak lebih tahu ketimbang orang lain, yes?
Yeslahhh.

Saya juga kok. Hihihi.

Di sinilah ego kita sebagai penulis diuji. Tsah.

Mau nulis untuk diri sendiri, atau untuk dibaca orang lain?
Mau nulis untuk berbagi, atau untuk pamer?

Jangan menggunakan kata yang tak benar-benar kita ketahui maknanya. Write to express, not to impress. Don't write just to impress anyone.


5. Jangan gunakan dua kata negatif untuk menekankan 1 makna positif, tanpa alasan

Misalnya, jangan tak bicara.
Mendingan, jangan diam.

Lebih simpel dan nggak mengaburkan arti.
Kadang, pembaca kita membaca secara fast reading atau skimming. Kalimat rumit seperti itu akan membuat orang jadi salah paham.

Kata lain yang sering bikin rancu adalah "bukan tak mungkin".



Nah, itu dia 5 writing golden rules untuk menulis apa saja. Asal 5 itu diterapkan, pasti deh tulisannya akan lebih enak dibaca dan lebih rapi.

Tinggal memperkaya kosakata kita saja, sehingga dalam satu kalimat (bahkan satu paragraf) kita bisa membuat kalimat yang variatif dan tidak berkesan repetitif.

Tapi, ih, ribet amat. SPOK, kalimat efektif, endebra endebre. Males ah! Nggak jadi nulis entar.

Ada yang mikir gitu?
Nggak apa. Lanjutkan saja yang menurutmu nyaman. Blog mah bebasss!
Asal nggak usah nanya, kok yang inu menang lomba mulu? Kok yang ina dapat job nulis terus? Atau bingung, kok pageview bloher yang itu spektakuler sekali ya?

Oke? Ehe~

Selamat menulis, gaes!

You May Also Like

31 comments

  1. Wah ini PR aku kalimat tak efektif. Harus banyak latihan ini

    BalasHapus
  2. Iiih kok tahu sich lagi nunggu update blog Mama Carra hehee

    BalasHapus
  3. Bahahahaaa..., bebas, Mak... blog sendiri mah bebaaass... alhasil ga menang-menang lomba...

    BalasHapus
  4. Akhirnya ada yang baru artikelnya. Setelah sekian lama menunggu. He.he..he...
    Sebuah kalimat yang tepat dan efektif memang akan lebih memudahkan pembaca mencerna.

    good article.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awww. Makasih ya, udah ditungguin :))) *ge er*

      Hapus
  5. Yang poin untuk pi.dah ke paragraf berikutnya nih, mbak, aku sering bingung. Sampe tak baca berulang2. Hihi. Makasih tip di atas, Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah jelas belum, Mbak? :) Let me know kalau kurang jelas yah!

      Hapus
  6. Terima kasih. Ilmu baru untuk saya.

    BalasHapus
  7. sering-sering nulis soal kebahasaan gini mba, kalau disampein mba jadi lebih enak mahaminnya

    BalasHapus
  8. Pantes aja pada kangen tulisan, selalu berbobot!

    BalasHapus
  9. Bahasan yang penting banget buat aku. Kadang sangking semangatnya nulis aku suka berlebihan dan gak menaruh tanda koma pada tempatnya hahahaha.

    Terima kasih, Mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha. Sama-sama, Lia! Terus menulis! Artikelmu bagus-bagus kok! Suka bacanya :)

      Hapus
  10. Hhhm sepertinya point dua nih yang masih sering lalai, masih suka-suka gue *getok diri sendiri :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalimat-kalimat Makli, so far, kulihat sudah bermakna kok, Mak :)
      Makasih ya, sudah baca.

      Hapus
  11. Pengetahuan baru nih, cuman kalau ngejar keyword kadang suka rancu dan kalimatnya jadi ga efektif, segala ditambah-tambahin, apalagi kalau ngejar 2000++ kata.. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya memang.
      Makanya disesuaikan dengan keperluan saja. Google juga menyarankan, panjang itu bagus, tapi bukan berarti dipanjang-panjangin.

      Makasih ya, sudah baca :)

      Hapus
  12. Wah.. saya punya ilmu menulis tambahan hari ini. Thanks for sharing.

    Jadi semangat meski saya baru jadi anak kemarin siang ��

    BalasHapus
  13. Pencerahan di pagi hari. Makasih mba Carolina ��

    BalasHapus