Do's and Dont's dalam Mengelola Akun Instagram Jika Kamu Pengin Memonetisasinya

by - Mei 19, 2019

Do's and Dont's dalam Mengelola Akun Instagram Jika Kamu Pengin Memonetisasinya


Ada yang belum pernah punya akun di Instagram?

Keknya hampir semua orang zaman now pasti sudah punya akun Instagram ya. Walaupun nanti dalam perjalanannya, akhirnya males, menyerah, atau nggak keurus, yah ... itu sih hak masing-masing. Tapi minimal, pasti punyalah akun.

Buat yang akhirnya menyerah, yasudahlah. Mungkin kebahagiaannya tidak terletak di Instagram :D Tapi buat para bloger, biasanya Instagram menjadi salah satu media sosial yang oke untuk membangun citra--alias pencitraan, alias branding--dirinya sendiri. Banyak yang menjadikan Instagram sebagai portfolio, ajang pamer karya masing-masing, selain juga menerima kerja sama dengan pihak lain.

Dan ya, memang, di zaman marketing 4.0 ini semua yang tradisional sekarang menjadi digital, begitu pun untuk karier dan job. Prinsipnya sebenarnya sama aja sih, antara marketing bisnis dan marketing diri kamu sendiri sebagai bloger. Pan blog juga bisa dianggap sebagai bisnis. Uhuk.

Nah, buat kamu yang pengin mengelola Instagram kamu secara profesional, berikut adalah do's dan dont's-nya yang saya kumpulkan dari berbagai sumber, dan juga atas pengalaman pribadi mengelola beberapa akun bisnis. Barangkali beberapa di antaranya sudah sering kamu baca atau dengar tipnya dari mereka yang lebih ahli. Tapi nggak ada salahnya saya ulang juga, just for a reminder.

Btw, barangkali ada yang bertanya-tanya pula. Ngapain Carra sok-sokan kasih tip mengelola akun Instagram? Follower baru 3000+ pun.

Yah, saya kira, pengalaman saya mengelola--let's see--ummm ... kurang lebih 9 akun bisnis milik orang bisalah dicatat pelajarannya yah. Tapi, saya juga open kok kalau ada yang mau nambahin tip mah. Nanti boleh ditulis di kolom komen.


Mau Mengelola Akun Instagram secara Profesional? Berikut do's and dont's-nya!

Do's!

1. Konsisten

Menggunakan media sosial, terutama Instagram secara profesional memang akan sangat membutuhkan konsistensi.

Konsistensi ini meliputi konsistensi kualitas, style, dan konsistensi waktu juga.

Kalau kamu sering baca-baca tip mengelola Instagram yang ada, barangkali kamu akan sering menemukan banyak yang menyarankan untuk membuat gaya feed yang konsisten. Ada yang pakai pola-pola, ada juga yang pakai tone warna, dan sebagainya.

Saran ini memang bener sih. Tadinya saya sendiri nggak terlalu percaya. Saya pikir, ah ribet amat sik. Tapi ya, kalau dilogika ya emang bener. Sesuatu yang dengan serius kamu lakukan, buahnya pasti tak akan mengkhianati. Ahzek.

Instagram tone monochromatic neutrals. Via Pinterest.


Style dan tone warna yang konsisten bisa menjadi kesempatan kita untuk membuat suatu ciri khas. Let's see. Pernah liat akun Instagramnya Janine Intansari kan? Dia punya feed Instagram yang pinkish--tone-nya merah muda. Dan itu jadi ciri khasnya.

Tone-nya Kelsey Simone beda lagi. Jeff Mindell punya tone Instagram yang colorful, dengan warna-warna vibrant. Ah, jadi ide nih. Pankapan kita kumpulin deh berbagai tone Instagram ya.

Buat ciri khas unik yang menarik secara visual. Nggak harus "seragam" secara visual juga kok. Yang penting, harus menarik. Nah, yang namanya menarik ini memang abstrak. Dan subjektif banget. Memang ini butuh waktu dan usaha observasi terus menerus dari kamu, sebagai content creator. Terus coba, cari yang terbaik. Jangan menyerah.

So, coba yang belum konsisten, dibikin konsisten (dan persisten). Buat jadwal, pakai aplikasi semacam UN UM, atau Planoly, buat bikin content plan. Postinglah seminggu 3 kali, jika kamu sulit memenuhi posting tiap hari. Asal waktunya teratur, pasti akan dapat efek yang bagus juga kok.


2. Olah bio

Di Instagram, ada fitur untuk pasang link di bagian bio. Manfaatkan fitur ini sebaik-baiknya, terutama kalau kamu punya blog, website, atau halaman di marketplace.

Saat ada produk atau postingan baru kamu bisa taruh link di bagian bio untuk memudahkan follower untuk mengakses blog, situs, ataupun lapakmu.

Selain link, profil di bio itu juga sangat menentukan. Saya pernah lo, dapat job karena si klien mencari "penulis konten" di Instagram, dan akhirnya nongollah akun saya. Hehehe.

Jadi, isi bio jangan asal ya. Saya pernah nulis sedikit tip tentang mengoptimasi profil Instagram di web Kumpulan Emak Blogger. Bolehlah disimak yah :) Siapa tahu ada yang belum dilakukan.


3. Jaga engagement

So, pasti saran yang ini juga sudah klise banget. Ada di mana-mana, tapi memang nih saya sendiri aja sering lupa kok :)) Kebiasaan, abis posting langsung tinggal ngerjain yang lain. Terus lupa. Tengok lagi kalau mau posting lagi. Udah telat, Mak! Madingnya udah terbit. #eh

Maksudnya, seharusnya sih dipantengin dulu setelah posting. Kalau ada komen, ya dibalas. Kalau enggak ada? Ya udah, enggak apa-apa, nggak usah baperlah. Hahaha.

Kalau mau sih, seharusnya kita memang yang harus memancing follower untuk bisa komen. Misalnya, kasih pertanyaan, atau minta mereka gantian sharing.

Ini juga reminder buat diri saya sendiri. Ya maklum, kadang ya ga sempet monitor. Bisa posting tiap hari aja udah syukur yah. Hahaha. Soalnya juga, pekerja kek saya ini mau nggak mau mesti menjaga eksistensi. Kenapa? Ya kalau enggak, job-nya menjauh, cyint!

Itu dia yang susah. Kadang merasa susah membagi waktu, tapi harus. Karena pundi-pundinya dari situ. Dilema banget emang. Huhuhu. Lebih seneng di belakang layar, tapi harus jaga eksistensi.
Beurad, bok!
*kemudian curhat*

Sekarang saya juga selalu ingetin diri sendiri, untuk sesekali skrol linimasa. Terus bagi-bagi jempol dan komen. Sesekali follow (dan unfollow #eh) akun lain, biar keliatan aktif.

Ya intinya, jangan cuma posting doang deh.


4. Bikin list hashtag

Nah, ini nih. Yang keempat ini, baru saya lakukan sekarang--baik untuk akun bisnis maupun akun pribadi.

Sudah tahu kan, bahwa ada hashtag terlarang? Yaitu beberapa hashtag atau tagar yang di-ban oleh Instagram. Saya juga udah nulis mengenai hal ini di web KEB.

Hal ini tuh bikin saya jadi observe lebih dalam mengenai hashtag. Akhirnya (tanpa sengaja) saya jadi punya list yang berisi beberapa hashtag yang safe, sekaligus yang potensial memberi ekspos. Saya cenderung untuk nggak memilih tagar yang terlalu populer, yang jumlah public postsnya sampe jutaan. Ya ada sih, tapi paling saya taruh satu dua aja. Tagar lainnya, saya lebih memilih tagar yang public postsnya hanya puluhan sampai ratusan ribu aja. Bahkan beberapa saja pakai yang ribuan doang.

Konon, ini span time-nya jadi lebih lama. Terbukti sih, postingan-postingan lama masih sering aja dapat like, padahal sudah berapa minggu yang lalu gitu.

Kebetulan saya juga pakai aplikasi Preview untuk bikin content plan, jadi bisa saya kumpulin sekalian tagarnya di situ. Jadi tinggal apply aja kalau lagi bikin caption.

Lumayan menyingkat waktu. Hehehe. Ini saya terapkan terutama di akun bisnis yang saya pegang sih. Akun pribadi barusan mulai pakai cara ini juga. So yeah, masih harus diobservasi sih.


5. Berbagi cerita

Saya tuh kadang penasaran, orang-orang Instagram nih asal nyekrol dan like aja, ataukah mereka juga baca caption?

Saya pernah polling ini di salah satu akun Instagram yang saya kelola. Ternyata #TimBacaCaption itu banyak juga ya. Atau mungkin yang #TimSkrolFoto pada malu mengakui? Hahaha. Entahlah.

Tapi hasil polling waktu itu tuh, #TimBacaCaption ada lebih banyak deh.

Dan memang sih, yang captionnya pake cerita itu so far kok ya yang ngelike dan ngomen juga cenderung banyak. Apalagi kalau ceritanya menyentuh atau yang bisa "menggerakkan". You know what I mean kan?

So, saya sendiri sih nggak selalu menargetkan untuk selalu punya cerita kalau di akun pribadi, pun di akun bisnis. Mau cerita apa, wong saya nggak pernah ada drama yang bisa dibagikan kok.

Hidupku lurus-lurus wae soale, gaes. Wqwqwq. Nggak ada yang antimainstream, nggak pernah dekat dengan orang toxic untuk bisa dighibahin; orangtua baik banget (dan biar Tuhan saja yang tahu betapa baiknya mereka), keluarga saya semua baik-baik saja. Mantan enggak punya selain yang sekarang jadi suami. Selingkuhan? Heleh. Malah nambahi repot.
Hahahaha.

Membosankan! Yenggak? *sarcasm detected*

Tapi adalah sekali waktu ya diusahakan ada cerita. Meski ya jadinya cerita tentang diri sendiri (meski begah juga sih rasanya). Ha tapi nggak ada yang lain jeh!
Kalau di akun bisnis, saya harus lebih banyak ngulik konten yang nonjualan. Jadilah saya punya list jenis konten yang saya gilir kemunculannya.

Ah, pekerja konten ini memang mesti nggak boleh berhenti mikir ya. Hahaha. Siapa yang bilang, pekerja konten itu "cuma gitu aja" kerjanya? Sini, boleh ikuti my daily routine deh.

Eh, jadi ide. Menarik nggak ya, kalau saya bikin cerita daily routine pekerja konten? Hahaha. Ada yang mau liat enggak sih?

So, sebenarnya ada banyak yang bisa diceritain. Kapan hari saya cerita soal ruang kerja, saya cerita soal statistik blog, dan beberapa behind the scene. Ternyata tanggapannya juga lumayan. Apalagi yang saya share di IG Story. Banyak banget yang lantas komen dan nanggapi via japri.

Seneng saya. Hehehe.

So, ke depan, semoga lebih banyak cerita bisa saya share lagi deh.


6. Analisis

Instagram Insights. Via Buffer.

Nah, sekali waktu, buat kamu yang sudah memindahkan akun Instagram pribadi ke akun bisnis, bisa deh melakukan evaluasi dan analisis terhadap akunmu sendiri.

Ada bagian Insight yang bisa kamu liat yah. Coba lihat, postingan mana saja yang mendapatkan banyak likes atau komen. Lalu analisislah, kira-kira apa yang membuatnya dapat likes atau komen banyak.

Temuanmu bisa menjadi formulamu untuk melakukan hal yang sama lagi ke depannya. Ujilah "teori"-mu ini beberapa kali, sampai kamu menemukan formula melejitkan postingan ala kamu sendiri.

Kalau kamu bisa menemukannya, wah ... udah deh. Siap-siap jadi selebgram yah :D hehehe.



Dont's

1. Terlalu banyak posting

Oke, meskipun kamu perlu membuat postingan secara konsisten, tapi sebaiknya hindari terlalu banyak juga sih.

Apalagi kalau sama semua sampai berapa akun. Ini biasanya terjadi kalau kita dapat job ya. Kadang dikasih brief dengan foto ataupun caption yang sudah jadi, tinggal posting. Nah, ini mesti hati-hati nih. Yang kayak gini, bisa banget disemprit sama Instagram.

Soal hashtag aja kadang saya ubah-ubah susunannya, meski hashtag yang dipakai itu sama. Hal ini untuk menghindari caption yang sama persis.

Ada beberapa kali kemarin saya dengar kasus, para Instagrammer mengeluh nggak bisa posting ataupun nggak bisa nulis caption. Saya sih menduga, hal ini berkaitan dengan perilaku kita juga. Saya amati, yang pernah mengalami error-error ini adalah mereka yang sering menerima job di Instagram. Ya, saya nggak mau menghakimi atau gimana sih ya? Mungkin juga observasi saya kurang jauh dan mendalam.

Tapi, ada baiknya berhati-hati jika menerima job. Pastikan tidak ada term & condition Instagram yang dilanggar.


2. Menggunakan bot

Beberapa akun Instagram memanfaatkan bantuan bot untuk membuat komentar otomatis dan mendapatkan pengikut.

Kalau kamu memang mau main Instagram secara profesional and long term, sebaiknya hindari praktik ini. Akan lebih baik jika kamu main Instagram dengan cara senatural mungkin.

Kalau kamu main safe, percaya deh. Mau Instagram mengubah peraturan ataupun algoritme kek apa pun, kamu nggak akan kena efek yang terlalu gimana-gimana.


3. Beli follower

Fake Instagram followers. Via Quora.

Yah, namanya juga usaha. Beli follower juga usaha pan?
Iyalah. Nunggu follower banyak secara natural mah lama. Keburu pengin dapat penghasilan inih.

Wqwqwq.
Well, it's your choice.
Tapi, saya sarankan sih, jangan.

Karena apa yang didapatkan secara instan, biasanya juga enggak bertahan lama. Begitu juga follower. Lagian, keliatan atuh kalau follower fake semua. Hahaha.
Kalau saya sih--terus terang--ya malu, kalau ketahuan. Semacam mempertaruhkan harga diri :)) Pun, dikira kali ahensi bodoh banget kali, sampai nggak bisa tahu kalau followernya fake semua? Hahaha.

Ya, tapi kembali lagi. Ini pilihan.

"Aku beli follower, dan jobku banyak tuh!"

Ya, silakan. Pilihan.



Nah, itu dia 9 (6 dos dan 3 dont's) hal dalam mengelola akun Instagram secara profesional. Semua balik lagi ke pemilik akun--yaitu kamu--sebagai content creator.

Menurut saya, it's all about creativity.
Kamu-kamu yang kreatif pastilah bertahan lebih lama--meski jalannya juga barangkali lebih panjang--ketimbang mereka yang hanya mengandalkan sensasi dan semua yang instan-instan.
You will get the value.

Jangan pernah meragukan dirimu sendiri deh pokoknya.

Well, sekian artikel yang sangat panjang ini :)) semoga bermanfaat.

You May Also Like

6 comments

  1. Tips pertama saja daku langsung kesentil karena nggak bisa konsisten. Padahal sempat bikin list ide apa yang mau disharing di ig story dan feed. Tapi semua tinggal rencana karena masih ada bocil yang jadi prioritas. Tapi soal caption bercerita itu saya banget. Kayaknya ga afdol kalau Upload foto captionnya singkat 😅.

    BalasHapus
  2. Hmmm ya, jadi social media enthusiast emang repot ya. Satu yg paling sulit, yaitu konsistensi! Hadehh, dr kapan tau aku mau terapkan itu susah bener.
    Konsistensi waktu, tone, tema dan sebagainya

    Tapi emang bener sih soal beli follower. Menggoda emang. Tp ketauan juga fake nya ya. Semua itu pilihan.

    BalasHapus
  3. Klo bikin warna yg setipe gitu pake aplikasi apa mbak biar konsisten?

    BalasHapus
  4. Menjaga eksistensi di sosmed buat emak-emak yang masih punya anak kecil terus tanpa ART itu berat buat aku juga Mba. Satu sisi dituntut harus eksis dan karena kerjaan. Tapi satu sisi jadi ngerasa bersalah juga ama anak, masak emaknya pegang hape mulu. Gimana ngajarin anak untuk nggak kecanduan gadget klo emaknya pegang gadget mulu hiks..hiks. Aku pernah ada di fase begitu dan aku bersalah banget ama anak. Jadi tanpa disadari jadi lebh banyak mengabaikan anak dan aku kehilangan wktu yg berkualitas gara2 ngejaga eksistensi. Beratttt. Akhirnya sekarang aku pegang HP sesuad jadwal. Jadi aku bkin jadwal sendiri kapan aku boleh pegang hp sendiri hihihi

    BalasHapus
  5. Baru-baru ini aku baru menyadari konsisten posting di IG sama pentingnya dengan konsiten nulis di blog. Sejujurnya aku masih suka ngeblank kalo posting di IG, masih yang kayak lebih buat posting untuk galeri foto, bukan untuk engage dengan followers. Makanya bingung kalo mau posting tuh mau bagiin apa ya, mau sharing apa dll. Tapi baca tips ini jadi ada sedikit pencerahan. Semoga sering megang hape bisa menambah produktifitas :P

    BalasHapus
  6. Hallo, Kak Caroliana. Wah bersyukur banget bisa nemuin bog kakak yang informatif. Terlebih, sekaran saya juga mau prepared jualan jd harus mulai belajar soal penulisan yang menarik. Awalnya tertarik buat baca post tentan feed ig, tapi karena penulisannya simple dan lugas, yo wes aku mau lanjut baca yang lain.

    BalasHapus