Tip Membuat Media Kit untuk Bloger

by - Juni 18, 2020

Tip Membuat Media Kit untuk Bloger


Ada yang belum punya media kit? Sebagai bloger profesional–apalagi yang sering bekerja sama dengan pihak agency dan brand untuk membantu mereka dalam strategi pemasarannya–kamu perlu punya media kit lo.

Tapi, sebentar.

Apa Itu Media Kit?

Media kit adalah sebuah dokumen yang memberikan gambaran umum “kondisi” blogmu dan kamu sendiri sebagai bloger.

Umumnya media kit ini akan berguna banget kalau kamu hendak bekerja sama dengan brand atau pihak calon klien. Ya, bisa dibilang media kit ini semacam CV dan portofolio gitu, kalau buat para job seeker. Dengan adanya media kita ini, calon klien punya gambaran mengenai dirimu–dan juga blogmu–dan bisa menjadi pertimbangan mereka untuk ajak kerja sama.


Apa yang Harus Ada dalam Media Kit Bloger?

1. Bio pendek

Tentunya, kamu harus memperkenalkan dirimu sendiri. Di sini peran personal branding berperan banget ya. Jadi, pastikan kamu ceritakan sedikit mengenai dirimu sendiri, tapi nggak usah terlalu mendetail juga. Dan, yang penting, berikan gambaran mengenai blog kamu.

Beberapa hal yang bisa disebutkan dalam bio misalnya niche blog, atau topik yang mendominasi blogmu, sudah berapa lama kamu sudah ngeblog, dan hal-hal lain yang sekiranya relevan.

2. Portofolio dan testimoni

Kalau kamu sudah pernah bekerja sama dengan pihak brand, agency, atau siapa pun sebelumnya, bisa nih disebutkan di bagian ini. Simpel aja, nggak usah terlalu rumit. Kamu bisa memasang logo-logo brand yang pernah bekerja sama denganmu di media kit kamu ini. 

Kerja sama dalam bentuk apa pun sih, misal pernah diminta untuk membuat konten untuk dimuat di web brand, itu juga bisa dipajang logonya.

Jika kamu pernah menulis untuk media lain–selain blog pribadi, maksudnya–boleh difoto atau discreenshoot. Lalu sertakan juga di media kit-nya.

Nah, khusus untuk media online ya, jangan cuma di-link aja ke dokumen media kit. Tapi mesti discreenshoot. Pengalaman saya nih, kalau di-link doang iya kalau medianya online terus. Kalau terus offline gimana? Jadi nggak bisa dilihat kan sama klien?

So, akan lebih baik discreenshoot aja bukti muatnya. Jangan lupa perlihatkan nama kamu sebagai penulis ya.

Kalau perlu, dan jika kamu masih menjalin hubungan baik dengan klien, minta deh testimoni dari mereka. Boleh juga nih disertakan ya. Biar si calon klien yang liat media kit jadi lebih percaya lagi.

3. Statistik

Selain mengenai diri kamu sendiri, seterusnya ya kamu mesti ngomongin blog kamu dong. Agar calon klien mendapatkan gambaran, sertakan statistik mengenai:

  • Pageviews per bulan
  • Demografi, terutama jenis kelamin dan usia
  • Jumlah unique visitors per bulan
  • Jumlah subscriber blog atau Youtube
  • Jumlah follower media sosial
Nah, kalau angka-angka ini cukup impresif sih no problem ya. Bagaimana dengan kamu yang baru mulai ngeblog? Atau baru mulai main media sosial? Mungkin pageview-nya baru 100/bulan. Atau followernya baru 200.

Kalau begini kondisinya, jangan ditulis angka PV-nya atau followernya gitu doang. Akan lebih baik tulis growth-nya. Jadi misalnya ditulis, “Follower Instagram bertumbuh 150% setiap bulan.” Atau “Pertumbuhan pageview blog 200%/bulan.” 

Pastinya ya screenshoot saja grafiknya yang ada di Google Analytics ya, sebagai semacam bukti. Dengan begini, calon klien akan percaya bahwa blog dan media sosial kita bertumbuh secara positif.

4. Bentuk pilihan kerja sama

Adalah penting juga untuk menyantumkan bentuk kerja sama yang bisa kamu tawarkan di dalam media kit tersebut. Misalnya saja, ada beberapa bentuk kerja sama yang bisa menjadi pilihan:
  • Sponsored post
  • Giveaway
  • Sidebar Ads
  • Social media promotion
  • Product reviews
Nah, akan bagus juga sih kamu cantumkan harga untuk setiap jenis bentuk kerja sama yang ditawarkan.

Untuk perhitungannya, kamu bisa mencari informasi dari bloger lain yang berpengalaman, karena takutnya sih kalau saya kasih angka pasti, sewaktu-waktu kan bisa saja mengalami perubahan. Ketimbang informasinya menyesatkan kan? Ehe ehe.

Semisal kamu enggan menyantumkan secara langsung, maka bisa diberi semacam klausul, “Untuk jumlah kompensasi masing-masing bentuk kerja sama akan didiskusikan secara pribadi melalui email.” Gitu sih lebih safe. 

Jadi kamu punya kesempatan untuk ngobrol dulu, dan biasanya sih jadi bisa lebih menyesuaikan dengan maunya si calon klien.

5. Kontak

Yang terakhir, jangan lupa cantumkan kontak. Kalau memungkinkan, bisa cantumkan nomor WA atau nomor ponsel pribadi langsung.

Namun jika tidak, cantumkan ke mana calon klien bisa menghubungi kamu. Tapi kamu harus ingat untuk selalu fast response. Karena kalau misal nyantumin email, tapi sendirinya jarang buka email. Lah nanti kalau pas dihubungi, gimana dong?


Berikut Beberapa Contoh Media Kita yang Bisa Disontek

Saya ambilkan contoh dari bloger luar ya, biar lebih netral. Ehehehe. Nah, selanjutnya teman-teman bisa mencari sendiri contoh media kit untuk bloger profesional seperti di atas ya. Di Pinterest banyak, di Google Image juga banyak.
Contoh media kit

Contoh media kit


Contoh media kit


Kamu juga bisa kok bikin media kit dari template-template yang siap pakai. personal branding. Siapa nih yang nggak bisa hidup tanpa Canva? :)) 
Atau, gugling aja yes? Banyak kok.


Selamat membuat media kit yang mengesankan, gaes!

Disclaimer: Artikel ini tayang di web www.indoblognet.com



You May Also Like

2 comments

  1. Udah sering dapet kerjaan karena saya punya blog (jadi dianggap bisa menulis), tapi masih ga pede euy bikin semacam media kit gini. Kayaknya saya bukan tipe influencer gitu, medsos juga dipakenya cuma buat shitposting haha.

    BalasHapus
  2. Buat yang sudah berbakat hehehe
    Kalau blog buat pribadi rasanya belum bisa dibuat begini, walau sudah lama ngbelog.

    Menambah informasi nih buat yang mau nekuni sebagai blogger profesional

    BalasHapus