Cara Mengedit Tulisan Hasil AI agar Tidak Terlihat Kaku dan Generik
Mengedit tulisan hasil AI sering bikin orang bingung karena hasil awalnya kadang terasa terlalu kaku dan datar. Banyak yang sudah mencoba menulis dengan bantuan AI, tapi hasilnya malah terdengar seperti robot yang sedang membaca teks.
Padahal, dengan sentuhan yang tepat, tulisan itu bisa jadi lebih hidup dan enak dinikmati. Proses ini sebenarnya gak serumit yang dibayangkan, asalkan tahu apa yang harus diperhatikan sejak awal.
Cara Mengedit Tulisan Hasil AI
Banyak contoh tulisan AI yang secara teknis benar, tapi rasanya hambar kalau dibaca. Pembaca jadi cepet bosan karena nadanya monoton dan pilihan katanya kurang variatif. Atau malah banyak diksi yang gak tepat. Kayak aneh aja gitu, gak pada tempatnya dipake. Bagus sih, tapi kayak gak pas.
Ya, memang sekarang banyak orang tiba-tiba bisa nulis bagus. Yaaah, gak papa. Saya sih gak merasa tersaingi. Kayak pas Canva pertama ada, banyak yang khawatir profesi desainer grafis akan terancam. Nyatanya, kalo gak ngerti desain, ya tetep susah juga pake Canva. Hasilnya pasti kacau.
Begitu juga dengan AI kayak ChatGPT. Kamu bisa saja pake buat bikin tulisan. Tapi, kalau dari sononya kamu kurang taste, ya jadinya … gitu deh. Tetap saja hasil tulisan gak sistematis, gak rapi, terus kalau misalkan minta bantuan AI, ya jadinya AI banget.
Sebaliknya, kalau kamu memang punya taste menulis, hasil AI di tanganmu ya akan jadi kayak tulisanmu sendiri. Gak berasa Ainya. AI sekadar alat buat mempercepat proses kerja.
So, apakah harus worry dengan adanya AI? Harusnya sih enggak.
So, balik lagi ke soal hasil tulisan AI. Kalau hasil generated AI dibiarkan begitu saja, pesan yang ingin disampaikan banyak kali jadi kurang kena. Di sinilah pentingnya mengolah lagi hasilnya supaya lebih manusiawi. Tujuannya sederhana, supaya pembaca merasa seperti sedang diajak ngobrol, gak kayak membaca laporan kaku.
Jadi, gimana cara mengedit tulisan hasil AI? Ini dia cara saya.
1. Baca Ulang dengan Sudut Pandang Pembaca
Langkah ini sering dilewatkan, padahal penting sekali. Coba baca tulisanmu pelan-pelan, seolah-olah kamu orang yang baru pertama kali membaca topik itu. Rasakan apakah kalimatnya terlalu berat, terlalu formal, atau malah membingungkan.
Kalau sudah terasa aneh di telinga sendiri, pembaca pasti juga akan merasakannya. Tandai bagian yang terdengar terlalu resmi atau kayak robot yang berbicara. Catat juga bagian yang terasa hambar atau berulang.
Dengan begitu kamu bisa tahu bagian mana saja yang perlu dihangatkan nadanya. Jangan buru-buru mengedit tulisan sebelum benar-benar merasakan nadanya sendiri. Cara ini bikin kamu lebih peka terhadap tulisanmu sendiri.
Baca juga: Plus Minus Menggunakan AI dalam Proses Menulis Artikel
2. Hilangkan Frasa Klise dan Jargon Berlebihan
Jadi, udah tahu kan, kalau hasil AI itu “khas”? Beberapa frasa yang saya tangkap dan hafal dari hasil AI itu adalah “…. merupakan jendela ke …”, “…. bukan hanya …, tetapi …”, terus sering banget pakai diksi-diksi aneh yang kadang gak pernah kita dengar di percakapan sehari-hari.
Kalau dirasa-rasakan, tulisan AI itu klise, terdengar “megah”, tapi sebenarnya kosong. Diganti sama kata yang lebih sederhana malah lebih masuk.
Ngawang-awang. Gak jelas ketemunya gitu loh.
Nah, jadi penting buat kamu tahu persis apa yang ditulis. Kalau misalnya gak jelas maksudnya apa, atau sebenarnya artinya simpel, tapi malah jadi mbulet, hapus saja atau ganti dengan kalimat lain.
Jargon teknis juga sering bikin pembaca bingung kalau enggak dijelaskan. Pilih kata-kata yang lebih manusiawi dan mudah dicerna. Tulis seolah-olah kamu sedang ngobrol dengan orang, bukan memberi kuliah.
3. Pecah Kalimat Panjang Jadi Lebih Pendek
Nah, satu lagi yang khas dari AI tuh suka membuat kalimat panjang, penuh koma, penuh em dash, dan kadang susah dipahami dalam sekali baca.
Ya, memang sih, pemakaian em dash gak selalu berarti pake AI. Saya juga sering pake. Baik sebelum ada AI, juga sesudah AI suka pake juga. Tapi yang keluaran AI itu kayak gak tepat aja gitu.
So, kalau menemukan yang kayak gini atau yang terlalu panjang, supaya lebih enak dibaca, pecah kalimat panjang menjadi dua atau tiga bagian yang lebih sederhana. Kalimat pendek membuat pesan lebih jelas dan terasa ringan.
Misalnya, daripada menulis satu kalimat dengan tiga anak kalimat, lebih baik pisahkan idenya jadi beberapa kalimat. Ini juga membantu pembaca bernapas dan menyerap informasi pelan-pelan.
Jangan takut kalau hasilnya jadi banyak titik. Justru itu lebih terasa alami dan manusiawi. Tulisan dengan kalimat pendek terasa lebih akrab. Tapi ya jangan terlalu pendek juga sih, jadi rasanya kayak disentak-sentak gitu.
4. Tambahkan Sentuhan Emosi dan Nuansa
Tulisan AI biasanya sangat datar, hanya menyampaikan fakta tanpa perasaan. Padahal, emosi kecil bisa membuat tulisan lebih hidup dan dekat dengan pembaca.
Misalnya, jangan hanya bilang “membaca buku meningkatkan wawasan”, tapi tambahkan sedikit rasa, seperti “membaca buku sering bikin pikiran terbuka dan kadang bikin kita merenung lama”.
Jadi, coba deh tambahin kata-kata yang menyiratkan perasaan hangat, antusias, atau bahkan heran. Ini bikin tulisan lebih manusiawi. Pembaca juga lebih gampang terhubung kalau merasakan ada perasaan di balik tulisan itu. Jangan ragu untuk memberi warna, asal jangan berlebihan juga.
5. Gunakan Kosakata yang Lebih Bervariasi
AI sering memilih kata yang sama berulang-ulang atau terlalu formal. Kalau kamu menemukan kata yang dipakai terlalu sering, ganti dengan sinonimnya.
Misalnya, kalau terlalu banyak “menjelaskan”, bisa diganti dengan “menceritakan”, “menguraikan”, atau “membahas”.
Jangan pakai kata yang rumit hanya supaya terdengar pintar. Sebaliknya, pilih kata yang tepat, ringan, dan sesuai dengan suasana yang ingin dibangun.
Variasi kata bikin pembaca nggak cepat bosan. Tulisan juga terasa lebih bernyawa. Balik lagi ke poin 1, cobalah baca keras-keras untuk melihat apakah pilihan katanya sudah enak di telinga.
6. Perbaiki Transisi Antarparagraf
Kadang, tulisan AI terasa seperti potongan-potongan terpisah yang berdiri sendiri. Supaya terasa mengalir, perbaiki transisi antarparagraf dengan kalimat penghubung yang halus.
Misalnya, gunakan kata-kata seperti “selain itu,”, “di sisi lain,”, “menariknya,”, atau “lebih lanjut”. Transisi yang baik membantu pembaca pindah dari satu ide ke ide berikutnya tanpa terasa kaget.
Dengan begitu, tulisan terlihat lebih rapi dan punya arah yang jelas. Jangan biarkan pembaca bingung kenapa tiba-tiba topik berubah. Pastikan tiap bagian saling terhubung dengan alami.
7. Sesuaikan Nada dengan Audiens
AI cenderung memakai nada yang formal dan aman. Padahal, nada tulisan sebaiknya disesuaikan dengan siapa yang akan membaca. Kalau untuk audiens santai, gunakan bahasa yang lebih akrab dan ringan. Kalau untuk audiens profesional, tetap sederhana tetapi lebih elegan.
So, cuma kamu yang tahu siapa pembacamu. Ya, cuma kamu. *halah
Jadi, jaga tulisanmu, jangan sampai nadanya terlalu dingin atau malah terlalu bercanda kalau enggak sesuai. Kadang AI ya bisa disuruh berbahasa kasual, tapi jatuhnya juga cringe. Terlalu “ramah”, if you know what I mean.
Jadi, jangan langsung kopas mentah-mentah, sesuaikan cara penyampaiannya seperti cara kamu berbicara dengan pembaca dalam situasi nyata. Ini bikin tulisan terasa lebih pas di hati.
8. Sisipi Contoh atau Cerita Nyata
AI suka membuat penjelasan yang terlalu teoritis atau abstrak. Supaya lebih mudah dipahami, tambahkan contoh kecil atau cerita nyata.
Misalnya, kalau membahas tentang manajemen waktu, beri contoh nyata seperti “Kemarin saya coba bikin to-do list sebelum tidur. Jadi, paginya saya langsung tahu apa yang kudu dilakukan lebih dulu sebelum yang lain. Jadi, saya gak buang-buang waktu lagi.”
Contoh konkret membantu pembaca membayangkan apa yang dimaksud. Cerita juga bisa bikin pembaca lebih tertarik dan betah membaca sampai akhir. Jangan takut untuk pakai pengalaman sehari-hari atau situasi sederhana sebagai ilustrasi. Ini membuat tulisan lebih hidup dan terasa benar-benar ditulis oleh manusia.
Baca juga: 8 Langkah Self Editing bagi Para Blogger untuk Menghasilkan Artikel yang Bersih dan Rapi
Mengedit tulisan hasil AI sampai terasa alami memang butuh waktu dan latihan, tapi hasil akhirnya akan jauh lebih enak dibaca. Dengan sedikit usaha, tulisan yang tadinya kaku bisa berubah jadi lebih mengalir dan terasa manusiawi. Cara ini juga bikin pesan yang ingin disampaikan lebih mudah dipahami pembaca. Kalau sudah terbiasa, prosesnya akan terasa lebih ringan dan cepat. Intinya, jangan takut buat bereksperimen supaya hasil akhirnya benar-benar sesuai dengan gaya yang diinginkan.
Kalau butuh teman diskusi untuk belajar lebih dalam soal cara mengedit tulisan hasil AI agar tidak terlihat kaku dan generik, sekalian mengasah kemampuan menulis untuk blog, saya juga buka sesi mentoring loh. Cocok banget nih buat pemula yang ingin jadi penulis, atau bisa juga buat pebisnis pemula yang pengin ngebranding bisnisnya. Kalau tertarik, bisa klik di sini dan ngobrol santai dulu.
0 comments