Warning: artikel ini akan panjang. Tapi I guaranteed, akan membahas hingga ke detail mengenai outbound links atau link eksternal. Karena saya butuh catatan ini untuk saya lihat lagi jika nanti diperlukan.
Seharusnya saya bikin Posts of the Month, seperti biasa di akhir bulan. Tapi dari 792 blogpost di Feedly saya, hanya 2 post saja yang saya save :)) Nggak banyak yang bahas mengenai blogging, soal tulis menulis dan juga tentang media sosial bulan ini. So, mendingan saya jadikan satu saja sekalian dengan bulan depan yah.
Saya mau bahas hal lain saja, yang terpicu gara-gara saya blogwalking kemarin :D
Tahu nggak, apa ketakutan terbesar kebanyakan blogger sekarang ini?
Nggak dapat job?
Ah, itu mah biasa. Siapa sih yang mau rezekinya macet? Iya nggak? :P
Sejauh ini, dari pengamatan saya, ketakutan terbesar para blogger saat ini adalah tentang link keluar dari blog mereka atau eksternal link atau outbound links.
Sejak beberapa tahun terakhir, mungkin setahun dua tahun belakangan, banyak blogger terpaksa harus memahami apa itu DA, PA, Alexa rank, Google Analytics dan seterusnya, demi memenuhi standar tertentu. Dan salah satu yang memang lantas "diributkan" adalah jumlah link keluar atau external link atau outbound link ini.
"Berapa sih jumlah link keluar yang dibolehin sama Google?"
"Aku harus ngelink 11 web teman. Is it ok?"
"Wah, bulan ini sudah ngeluarin 5 link, dan DA eikeh turun, bo'!"
Hmmm ... you know what? Ketimbang cuma bertanya-tanya sendiri, kenapa sih nggak cari tahu yang sebenarnya? Banyak kok, source di internet yang menjelaskan mengenai outbound link ini, apa definisinya, apa pengaruhnya, dan juga apa MANFAATnya secara SEO.
Yes, outbound links sangat bermanfaat secara SEO lho! Nggak cuma merugikan doang, seperti yang dipikirkan oleh mayoritas bloggers, sampai bikin pada parno.
Saya sendiri akhirnya juga menelusuri apa dan bagaimana si outbound link ini, supaya nggak ragu dan nggak takut ngasih link ke web lain. Karena pada dasarnya orang takut itu kan karena nggak tahu kan? Makanya, ayo, cari tahu!
Hal-hal yang perlu diketahui lebih dulu tentang Outbound Links
Apa itu outbound links atau external links?
Outbound links are links that point to some other domain from your site. When you link out to related domains, it not only helps the search engine to understand your niche, but also helps to increase the trust and quality of your site which plays a vital role in your blog’s SEO.
Begitu penjelasan mengenai arti Outbound Links dari Harsh Agrawal di ShoutMeLoud.
Outbound links adalah link yang merujuk ke domain lain dari web kita, atau kalau konteks ini, dari blog kita. Dengan memberikan link keluar, maka nggak cuma memberikan pemahaman mengenai niche yang kita punya, tapi juga meningkatkan trust dan quality web kita yang menjadi hal terpenting pada SEO.
Code sample dari Outbound Links adalah sebagai berikut:
<a href="http://www.carolinaratri.com/" title="Carra Keren">Carra apalah apalah</a>
Yaa, itu dia tuh script aslinya yah. Abaikan yang nggak perlu diperhatikan. Wkwkwk.
Links itu kan ada dua, yaitu outbound links (yang keluar dari situs kita) dan internal links (yang ngelink ke dalam situs kita sendiri). So far saya melihat bahwa banyak yang rajiiin banget ngasih internal link ke web sendiri, ketimbang nyari jalan supaya dapat outbound links.
So, mau tanya, sudah dilihat belum pengaruhnya kayak apa, kalau internal links-nya banyak gitu?
Saya punya ilustrasi begini.
Dengan memberikan outbound link ke situs lain (kita pakai term "situs" aja yah di sini, ketimbang bingung mau nyebut web atau blog. Anggap saja saya lagi bahas situs pada umumnya, di mana blog juga termasuk di dalamnya), kita memberikan rujukan pada Google bahwa kita punya bahasan yang sama dengan situs yang dirujuk. Just as simple as that.
Rujukan kita menjadi rujukan pihak ketiga di luar situs yang dirujuk, dan di situlah inti SEO. Semacam misalnya, kita punya dokter langganan nih, kemudian merekomendasikan si dokter itu pada teman kita. Pastinya, teman kita itu akan lebih percaya kalau kita yang bilang bahwa dokternya oke, ketimbang kalau misalnya si istri dokternya yang merekomendasikan, kan?
Semacam self promoting gitu, kan kita curiga, jangan-jangan nepotisme nih.
Ya, semacam itulah analogi dan prinsip dari outbound links dan juga internal links.
Berikut ada infografis sederhana untuk mengilustrasikan outbound links dan internal links.
Sumber: Moz.com |
Silakan dijawab sendiri yah.
Beberapa jenis Outbound Links
Outbound Links ada dua macam:
- dofollow link
- nofollow link
Dofollow link
Dofollow link adalah bentuk outbound link yang default, yang biasa kita lakukan, yang biasanya kita lihat di seantero dunia maya. Begitu kita ngasih link keluar merujuk ke situs tertentu, maka otomatis, biasanya akan menjadi dofollow link.
Dengan adanya dofollow link ini, saat Google crawling situs punya kita, dia juga akan menandai outbound links yang ada, dan kemudian akan crawling ke sana. Rekomendasi dari kita akan meningkatkan trust pada situs rujukan. Lalu apakah dengan memberikan dofollow link, situs kita jadi devalued? Enggak sama sekali! Nanti akan kita bahas ya.
Nofollow link
Nofollow link adalah link dengan tambahan script rel="nofollow", yang berarti ngasih kode ke Google supaya nggak perlu crawling ke situs rujukan. Dalam istilah lain, kita nggak merekomendasikan Google untuk pergi ke sana.
Kapan nofollow link ini digunakan?
Saat kita merasa nggak perlu merekomendasikan situs lain. Misalnya nih, saya mau kasih link portfolio saya yang di Facebook. Saya ngasih nofollow link, karena Facebook sudah sangat banyak menerima link dari luar sana. Saya kan cuma mau mengarahkan pengunjung atau pembaca blog untuk lihat-lihat portfolio aja.
Script asli nofollow link akan seperti ini.
<a href=”https://www.facebook.com/RedCarraDesigns” rel=”nofollow”> Portfolio Carra</a>
Kalau di blogspot, penambahan script nofollow ini bisa langsung dari popup adding link yang biasanya. Kalau di wordpress, harus dikasih script manual.
Penjelasan dofollow dan nofollow link ini sudah pernah dijelaskan oleh Mas Dani Rachmat lho. Silakan dicek yah. Sudah saya kasih link noh. Dofollow :P
*penting banget ya, nyebutin dofollow-nya. Biar nunjukin aja, saya nggak takut ngasih link kalau memang recommended dan relevan*
Lalu mentang-mentang sepemahaman kita, nofollow link ini lebih baik ketimbang dofollow jadinya kita selalu ngasih nofollow ke situs lain. No, bukan gitu juga.
Nofollow tetap akan diperhitungkan dalam penentuan popularitas situs mana pun, meski kenyataannya tidak merekomendasikan crawling bot Google untuk ke sana.
Don’t use nofollow tag for every outbound link because nofollow tags still deduct some Google PageRank juice from your webpage even if it gives none to your targeted webpage. It’s a lose-lose scenario. Play fair. Give out dofollows if the target webpage deserves it.
Begitu kata Sean Si di SEO Hacker.
Seberapa penting sih Outbound Links itu?
Soalnya kok sepertinya bikin situs kita terdegradasi muluk. Mendingan nggak usah kasih link sama sekali deh!
Eits. Stop right there!
Outbound links itu penting banget! Tanpa ada outbound links, internet kita nggak akan seperti sekarang ini loh. Nggak akan ada Google, nggak akan ada internet juga, tanpa adanya outbound links.
So, outbound links ini penting banget, dan harus ada. Supaya keseimbangan ekosistem internet terjaga dengan baik. Halah, bahasanya.
Hanya saja, kita harus bijak menggunakannya dan tahu apa yang harus dihindari saat memberikan outbound links.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat memberikan outbound links
1. Relevancy
You have to always link out to relevant content in your niche. The site to which you link should be of high quality, authority, and trust.
Demikian kesimpulan yang saya dapat dari beberapa blogger senior luar. So, pastikan kita ngasih outbound link ke situs yang relevan atau mempunyai niche yang sama dengan yang kita punya. Mengapa?
Karena logika Google itu gampang saja.
Spam webs link to spam webs. Good webs link to good webs.
As simple as that.
Dengan merekomendasikan situs yang dipercaya oleh Google, mengisyaratkan bahwa kita juga punya konten yang bagus pada Google. Jadi, pastikan link yang dirujuk itu BENAR-BENAR ke source yang terpercaya dan bagus ya, bukan situs yang penuh dengan link berbayar, link spam, atau dengan konten yang diblacklist misalnya seperti situs judi, situs porno dan lain-lain.
2. Anchor text
Beberapa pemilik situs juga masih ngelink dengan memberikan anchor text yang nggak sesuai dengan outbound links yang diinsertkan.
Misalnya.
Penjelasan dofollow dan nofollow link ini sudah pernah dijelaskan oleh Mas Dani Rachmat lho, cek di sini yah.
"Di sini" itu adalah anchor text yang kurang bagus untuk disisipin outbound link. Karena merupakan link yang clickbait. You know, hal-hal yang berbau "clickbait" sekarang ini juga lagi diperangin sama Facebook dan Google kan? So, sisipkan outbound link yang sesuai dengan keyword-nya, misalnya di "penjelasan dofollow dan nofollow".
Namun ini bukan berarti kata-kata "di sini" itu kemudian tabu digunakan juga. Saya sendiri juga pakai, terutama kalau saya lagi nggunain nofollow, hanya sekadar pengin kasih liat. Tapi kalau saya sedang merekomendasikan sesuatu, maka pasti saya masukkan keyword-nya.
Does it hurt my blog?
Nope. Not at all.
Seperti yang sudah dijelaskan pada poin relevancy di atas, kita harus nge-link ke situs yang relevan, berupa dofollow link, dengan anchor text yang tepat, itu akan memberi isyarat ke Google bahwa situs punya kita membahas hal yang baik dan sama dengan si penerima link.
3. Perhatikan situs yang kita kasih link
Berarti kita boleh kasih link ke mana pun asal relevan kan?
Ya dan tidak.
Ada beberapa situs yang seharusnya nggak boleh dilink. Ada beberapa situs yang disarankan untuk nggak di-link, menurut Akshay Hallur di GoBlogging Tips. Di antaranya:
- Spam sites, ini jelas ya. NGGAK BOLEH. *capslock jebol*
- Homepages of other sites. Lho? Jadi nggak boleh ke homepage situs? Bukannya nggak boleh gitu juga, tapi kalau kita merujuk hanya ke homepage saja, itu kurang memberikan good user experience pada pembaca blog kita. More specific is better.
- Authority sites with shallow contents. Ya, bahkan situs yang bagus juga kadang kontennya nggak bagus. So, make sure konten yang kamu link adalah konten yang benar-benar berkualitas. Yang gimana tuh? Ya, misalnya saja panjangnya standar untuk diindex Google, isinya informatif, nggak stuffed keywords, nggak spammy, bukan kopas, dan (lagi-lagi) relevan.
- Links that redirect or has nested redirection. Ini yang suka pake link redirect untuk ngiklan nih. Diperhatikan ya.
- Affiliate links.
- Sponsored links, link yang berbayar must be nofollow link ya. Kalau ada yang minta dofollow, kamu harus kasih lihat Google rules mengenai nofollow. Tunjukkan saja, bahwa kita tahu dan paham mengenai aturan Google.
- When referring or mentioning site or a post for some other reasons, misalnya kayak saya tadi yang ngasih nofollow link ke facebook page saya. Atau ke link lomba. (Kalau eikeh sih, habis lomba selesai ya mendingan lepas aja. Nofollow pun soalnya juga ngaruh. Tapi perhatikan juga user experience-nya. Kalau memang dirasa, nanti pembaca kamu akan lost jika nggak dikasih info lengkap termasuk link, ya tetap sisipkan link. No problem at all.)
- Image attributions, ini misalnya kalau kita mau kasih credit image. Mau ngelink? Link aja, tapi nofollow.
Logikanya sederhana kan? It's the basic of marketing. Jangan sampai mengecewakan "customer". Betul?
Makanya, kalau takut ngasih outbound links itu harusnya pada yang minta di-link dengan imbalan. Bukannya malah takut ngasih link ke teman :))) Kan kebalik, logikanya.
4. Seberapa banyak kita boleh ngasih links?
Simak video berikut yang langsung dari Google Webmaster.
Sebenarnya Google sendiri juga nggak pernah dengan jelas menyebutkan berapa link yang boleh kita kasih dalam sebuah page pada situs lain. Matt Cutts dari Google pernah bilang, bahwa keep it fewer than 100 links. Namun, di update-nya awal tahun ini sepertinya Google dropped this 100 links limit. So, nggak ada yang tahu pasti. CMIIW.
100 links di page ya, bukan dalam satu artikel. Jadi kalau kamu punya sidebar, yang full dengan link, itu ikut dihitung juga. Termasuk link-link lomba, link-link banner komunitas, link ke afiliasi, link ke internal ... dihitung semua yah. Lagi-lagi, CMIIW dan demi safety aja.
Ada artikel dari Moz yang bagus untuk disimak tentang links limit ini. Silakan dibaca.
So, saya kalau ditanya, seberapa banyak link diperbolehkan ada dalam artikel kita? Ya, saya nggak bisa jawab pasti juga. Relatif, tergantung panjang pendeknya artikel, sudah ada berapa link dalam satu page-nya, dan sebagainya.
5. Bagaimana penempatan outbound links yang baik?
Pastinya harus tersebar merata ke seluruh artikel. Nggak padet di satu bagian aja, tapi merata, dari awal sampai akhir.
Bahkan kalau artikel kamu dibagi dalam beberapa section, misalnya seperti artikel ini kan ada beberapa subheading, maka bisa kok kamu kasih outbound links di setiap subheading-nya. It won't hurt you.
Yang penting merata, natural, relevan, dan memberikan user experience yang baik.
Dan demi bounce rate yang lebih baik, maka tambahkan script target=”_blank”, sehingga link akan terbuka di window tab yang baru jika diklik. Jadi nggak langsung lari dari situs kita, tapi berpindah tab.
Kesimpulan
Yes, itu dia beberapa hal yang perlu kita ketahui mengenai outbound links yang menakutkan itu. Saya sendiri sudah mulai move on dan nggak parno lagi ngasih outbound link. Yang jelas saya berpatokan seperti yang disarankan oleh Google dalam Webmaster Guideline-nya ini.
- Make pages primarily for users, not for search engines. *harus banget dikasih garis bawah ya*
- Don't deceive your users.
- Avoid tricks intended to improve search engine rankings. A good rule of thumb is whether you'd feel comfortable explaining what you've done to a website that competes with you, or to a Google employee. Another useful test is to ask, "Does this help my users? Would I do this if search engines didn't exist?"
- Think about what makes your website unique, valuable, or engaging. Make your website stand out from others in your field.
So, kalau mau kasih eksternal link, tanyakan dulu beberapa hal berikut:
1. Apakah link-nya menuju ke konten yang relevan?
2. Apakah link-nya menuju ke situs yang berkualitas? (kalau bisa lebih kualitasnya)
3. Apakah pembaca atau pengunjung situs kita membutuhkannya?
Yah, sekianlah catatan mengenai outbound links ini. Udah hampir terang, saya musti cuci baju dan ke gereja. Kalau ada yang mau ditambahkan atau diluruskan dari catatan saya di atas, silakan ditulis saja di kolom komen. I would appreciate it so much!
Sampai ketemu di "omelan" saya selanjutnya!