5 Alasan Mengapa Orang Nggak Mau Baca Artikelmu

by - Maret 16, 2019



Konten ibarat barang dagangan yang kamu jejerin di etalasemu. Blog kamu ibarat toko atau lapak yang ikut ngeramein sebuah lokasi perbelanjaan. Google sendiri bisa diibaratkan sebagai pusat perbelanjaannya. Pageview bisa diibaratkan sebagai uang hasil transaksi. Nah, profit dari lapak itu bisa berupa penghasilan yang kita dapatkan dari monetasi blog.

Sekarang, coba lihat di sekeliling. Banyakkah toko lain yang juga sama-sama buka lapak di lokasi yang sama denganmu? Lalu coba lihat dagangan mereka. Apakah "barang"-nya sama dengan barang dagangan yang kamu miliki?

Setelah mengamati sekitar, sekarang mari kita lihat lapak kita sendiri.

Apakah ada orang yang kebetulan datang ke pusat perbelanjaan itu yang mampir ke lapak kita? Seberapa banyak? Apakah mereka mau "beli" yang kita "jual"? Jika mereka mau "beli", apakah uang hasil transaksinya bisa nutup modal kamu buat buka lapak itu?

Yes, that is how it works.
Blog--apalagi yang akan atau sudah dimonetizing--pada akhirnya memang menjadi bisnis. Meski bukan materi yang menjadi pertimbangan utama, lantaran materi yang kita dapatkan dari ngeblog bisa dianggap sebagai profit, tetapi tentunya modal mesti harus bisa ditutup dulu dengan "uang hasil transaksi". Istilahnya, ya harus balik modal dong. Kalaupun bisa profit, itu juga akan bagus banget.

Singkatnya, konten yang harus kita buat ya mesti bisa mendatangkan pageview. Kalau enggak, ya buat apa bikin konten?



Istilahnya, setidaknya kita harus mengusahakan supaya balik modal dulu. Lalu, gimana? Rasanya sudah pada balik modal belum? Atau jangan-jangan, malah pada udah minta dapat profit dulu bahkan sebelum balik modal? Ehe~

Ya nggak apa-apa juga sih kalau memang mau begitu. Salah satu pelajaran bisnis yang pernah saya dapatkan, seorang pemilik bisnis itu juga wajib untuk mendapatkan allowance demi kelangsungan hidup pribadinya.

Tapi, kalau saya ya gimana bisa dapat profit kalau balik modal aja belum?

Dan, gimana bisa balik modal kalau pembeli nggak mau datang ke lapak kamu? Orang malas mampir ke lapak kamu? Jangan-jangan mereka lebih berpaling ke lapak lain.

Dan, kemudian akhirnya, kamu seret orang-orang yang kamu kenal, kamu paksa masuk ke lapak lalu kamu paksa juga untuk beli daganganmu, demi bisa balik modal? :)))
*pukpuk orang yang kamu seret*

Tapi mengapa ya orang nggak mau "beli" daganganmu? Pasti kan ada sebabnya. Mari kita lihat beberapa kemungkinannya.


5 Alasan Orang Nggak Mau Baca Artikelmu


1. Mereka nggak butuh informasimu

Ibaratnya mereka pada butuhnya sepatu, kamu jualan baju. Ya pasti mereka nggak akan masuk lapakmu.

Tapi kan, ntar juga bakalan ada juga yang butuh baju?

Betul kok itu. Pasti ada yang butuh. Tinggal seberapa banyak kan? Plus, apakah baju yang kamu sediakan memang masuk ke minat mereka, itu juga menjadi pertimbangan.

Misal, kamu suka baju-baju ala Lady Gaga yang aneh-aneh itu, dan kamu jual di lapak. Tapi kan nggak semua orang bisa pakai? Makanya, yang beli juga nggak banyak.

Intinya adalah, it's not about you, kalau kamu memang mau jualan secara profesional. It's about your customer. Pelangganmu. Lebih fokuskan konten, dan pahami kebutuhan pelanggan, sehingga mereka akan datang ke lapakmu dengan senang hati tanpa harus kamu paksa. Karena mereka mendapatkan apa yang mereka mau.



2. Mereka sudah menemukan konten serupa yang lebih lengkap di lapak sebelah

Sekarang, inilah gunanya kamu melihat sekeliling. Kalau di ilmu marketing, ini adalah riset kompetitor. Kalau perlu di-list deh kompetitornya siapa aja.

Kalau untuk blog, ya kamu mesti melihat blog lain yang punya niche sama, topik yang dibahas juga seringnya sama.

Wah, jadi saingan sama teman sendiri dong?
Lah iya. Baru sadar sekarang? Tapi, jangan salah. Persaingan itu bagus kok. Malahan bisa bikin kita mau usaha untuk mencapai yang lebih baik. Saingannya juga harus saingan yang sehat.

Contoh saya aja deh. Gosah jauh-jauh.
Bloger yang saya anggap kompetitor adalah Mas Febriyan Lukito dan blog Tulisan Blogger Indonesia miliknya. :)))))))
Yes, kenapa? Ya, karena niche-nya sama.

Tapi cara saingannya bukan terus tikung-tikungan (meski iya, saya ditikung juga nih kalau lagi ada tugas SEO mah. Huahahahahaha. Dan biasanya saya kalah. Tapi yah *menjura* saya rela sih kalah kalau sama mastah *heyitrhymes!*).

Kadang saya terinspirasi dari artikelnya Mas Ryan, lalu saya bikin artikelnya dan saya kembangkan. And vice versa.

Nah, garis bawah pada "pengembangan". Inilah yang kemudian bisa membuat dagangan kita menjadi lebih unggul ketimbang kompetitor. Kalau produk kita lebih "unggul" pastinya pembeli akan lebih tertarik. Bener nggak?

Jadi, supaya ada pembeli datang, maka pastikan konten yang kamu punya punya nilai tambah daripada lapak sebelah. Caranya, riset kompetitor. Lihat-lihat lapak lain. Lalu amati, apa yang kurang dan bisa kita kembangkan.



3. Artikelmu susah dimengerti

Gimana mereka mau datang dan baca, kalau artikelmu susah bet dipahami?

Kalau di toko gitu, ibaratnya kamu jualan barang yang susah dipakai. Buku manualnya juga nggak ada, kamu sendiri neranginnya ke pembeli juga belibet.

Pembeli nggak mudeng, lalu ya mikir, "Terus, kenapa gw di sini?" Pindah deh ke lapak lain, yang barang dagangannya pas dengan mau mereka, pun cara menggunakannya juga mudah.

So, gimandose?
Ya, lagi-lagi, you mesti berorientasi pada pelanggan. It's all about them memang. Bukan kita. Kita itu nggak penting. Yang penting adalah pembaca yang datang.

Jadi, berbicaralah dengan bahasa mereka.
Lalu ingat, cara ngomong sama anak milenial beda dengan cara ngomong sama emak-emak. Cara ngomong sama orang Jawa beda dengan cara ngomong sama orang Jaksel.

Kamu ngomong ala anak millenial ke emak-emak, ya emak-emak pada nggak mudeng. Begitu juga sebaliknya. Kamu ngomong basa Jawa ke orang Jaksel, ya mereka cuma akan begini ....



Jadi, gimana lagi nih?
Ya, kenali pembacamu. Bikin persona--kalau yang udah ikut NgeblogPro Kelas Konten, pasti tahu nih, caranya gimana--yang kemudian bisa kamu pakai untuk mengolah konten yang bisa mereka pahami.

Nah, soal menulis konten yang mudah dipahami ini, saya juga pernah nulis di blog ini. Silakan kalau mau baca untuk melengkapi ya.


4. Mereka nggak tahu kalau kamu pernah ada

Ya, gimana mau datang, kalau toko kamu ada pun mereka nggak tahu :)))

Sedih banget sih, tapi ya ini kenyataan, Marimar.
Mari kita kembali ke analogi Google sebagai pusat perbelanjaan lagi.

Di pusat perbelanjaan yang mahaluas itu, ada berapa banyak toko yang numpang lapak di dalamnya? Uncountable. Tak terhitung.

So, sudahlah barang dagangan kita nggak ada istimewanya, masih ditambah lokasi toko kita yang berada di belakang, nyempil, nggak kelihatan dari sudut mana pun. Dekat toilet misalnya. Yang dateng ya cuma yang mau ke toiletlah. Atau yang nyasar. Duh.

Udah gitu, biar tambah nyesek lagi nih, meski mungkin barang dagangan kita bagus tapi kalah penjualan dong sama lapak kurang berkualitas tapi pemiliknya pinter ngelobi yang punya mal supaya ditempatin di tempat yang strategis. :)))

Nyesek nggak sih?

So, tahu nggak apa kesimpulan dari poin keempat ini?
SEO.
Yes.


5. Blogmu nggak nyaman dimasuki

Sekarang coba bayangkan, kamu masuk ke toko yang segala macam barang ada dan campur aduk jadi satu. Sandal nyampur sama camilan-camilan. Sabun cuci ada di dalam panci. Baju campur aduk sama bumbu dapur.

Gimana rasanya?
Akankah kamu tertarik untuk membeli di toko tersebut?

Ya mungkin kalau kenal pemiliknya yang ramah dan baik hati ya mungkin saja sih kita beli dagangannya.

Tapi, kalau kita dan si pemilik toko nggak kenal?

Well, saya rasa sih, sebagian besar bakalan males datang dan beli di toko yang amburadul kek gitu.
(((amburadul))) #anaklawas

Begitu juga dengan blog.
Maka, sekali lagi, pembaca haruslah menjadi prioritas utama. Mereka nyaman enggak sih berada di blog kita? Bingung nggak dengan navigasinya?

Coba cek artikel mengenai blog yang reader friendly yang pernah saya tulis di web Kumpulan Emak Blogger ini ya. Meski saya nulisnya udah tahun 2014, tapi sepertinya masih relevan kok sampai sekarang.



Itu dia beberapa hal yang bisa menjadi alasan mengapa orang nggak mau datang ke suatu blog. Bagaimana dengan blogmu? Sejauh ini, berapa orang yang datang dari si pusat perbelanjaan? Di luar orang-orang yang kamu "paksa" datang? :D

Semoga sudah bisa membuatmu balik modal ya.

You May Also Like

16 comments

  1. Huahaha..
    Kompetitornya Mas Ryan,, lucu ni aku bacanya. Quite fun!
    Well, tapi nampaknya setiap blog punya pasar masing-masing. Meski niche samaan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga tau diri emang mau saingan sama Mas Ryan mah. Wqwqwq.
      Well yeah, memang. Pasar yang lewat ke toilet :))) *dikeplak*

      Hapus
  2. sebulan rata-rata baru 6000-an pffttt masih harus kerja keras...

    BalasHapus
  3. Hiks, jadi ikut merenung dan mempelajari kenapa kadang artikel ttg 'produk pesanan' tidak tinggi pVnya. But, thanks tipsnya mbak

    BalasHapus
  4. Masih terus belajar untuk menulis. Saya jarang mempelajari tulisan yang sejenis atau tulisan kompetitor padahal itu penting. Oke, saya harus lebih semangat lagi. Trims mba atas tipsnya. Trims juga buat mba heni yang sudah share artikel ini. Oia, salam kenal ya, mba 😊

    BalasHapus
  5. intinya, pembaca pembaca dan pembaca, fokus kesana :D. Tempatin posisi kita di mereka ya mba. bener sih, aku sendiri terutama, pasti pusing kalo masuk ke blog yg susah dipahami. penjelasannya ribet. terlalu banyak penjelasan basa basi yg ga relevan.

    tp kalo blog model Palugada :p, aku msh mau baca lama2 , hihihi.. itu ibarat masuk ke toko antik, yg segalanya serba ada hahahah.Asalkan cara penyampaiannya ga bikin pusing, user friendly, fontnya ga bikin sakit mata :D.

    BalasHapus
  6. Mba Carra, aku mu tanya untuk SEO ini. Aku kan kan mu daftar biar bisa nyari kata kunci pk tools. Eh jdinya malah hmpir bkin iklan. Aku jd ga brani lg buat nerusin. Nah, kira2 klo nyari kta kunci pake tools gtu, apa perlu email bru lgi? Secara email kmarin mlh hmpir bkin iklan gara2 salah cara daftar tool buat cri kata knci iu 🙈

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai, Mbak Yeni. Maaf baru bales ya. Semoga Mbak Yeni masih sempat nengokin nih.

      Pakai Keyword Planner ya? Kalau aku kemarin Keyword Planner ada yg disuruh bayar, tapi ta cuekin aja. Jadi so far so good.

      Kalau enggak, pakai Ubersuggest aja. (Mumpung masih) gratis :D hehe

      Hapus
  7. menulis memang asik gak asik mirip bikin lagu, kadang inspirasi gak datang2 waktu dipikirkan, giliran pas mandi ide2 bermunculan. disitu senang sekali rasanaya, seperti mendapat kejutan hadiah.
    Tapi pas kelar mandi kemudian duduk di depan kompi ketemu lagi masalahnya... kesusahan menjabarkan ide yng tadi nemuin kita di kamar mandi :)

    BalasHapus
  8. Kalau menurut saya ada beberapa faktor kenapa visitor tidak tertarik membaca artikel.

    1. Arikel tidak di butuhkan
    2. Situs sulit diakses. dalam artian loading berat,lalu desain juga terkadang "terlalu ramai" ,kurang responsive.
    3. Kurang SEO. kalau buat saya ngga ada salahnya sesekali nulis artikel "storry-telling" tapi menggunakan kaidah SEO jadi lumayan lah biar dapat earning,bisa buat bayar wifi ehehe

    BalasHapus
  9. nomer 3 itu yang masih jadi penmyakit saya akut
    nomor2 lain juga ding
    kadang saya pingin gitu bahas yg complicated, yang beda, eh ujung2nya pembaca gagal paham, hiks

    makanya sekarang mulai belajar banyak stroy telling terutama yg bersinggungan sama sejarah

    btw, asyik mbak penjelasannya
    makasih banyak ya mbak

    BalasHapus
  10. intinya kita ngikutin siapa dan apa yang disuka pembaca. tapi sepertinya aku mau mengganti segmentasi pembaca aku deh mba. bisakah?

    BalasHapus
  11. Hingga saat ini Poin ke 4 masih menjadi hal tersulit menurut saya.

    Saya masih awan dalam hal mempromosikan hingga menjangkau pembaca melalui sosial media.

    Tapi setelah membaca artikel ini saya menjadi termotivasi untuk lebih meningkatkan kualitas blog saya

    Terimakasih mba :)

    BalasHapus
  12. wah lima point itu kok ada semua pada blog saya, dan memang terus terang artikel saya agak berat untuk dicerna dan dipahami. Ruwet dimengertilah.
    Saya ada tapi tidak dianggap ada, kasihan benar diri saya ini.

    BalasHapus