Langkah-Langkah Menulis Resensi yang Baik dan Benar, Lengkap untuk Pemula
Menulis resensi bukan sekadar menceritakan ulang isi buku, film, atau karya seni. Lebih dari itu, resensi adalah cara kita menilai sebuah karya secara utuh dan menyampaikannya dengan bahasa yang mudah dipahami orang lain. Untuk bisa membuatnya dengan baik, kamu perlu memahami langkah-langkah menulis resensi yang benar.
Dengan mengikuti urutan yang tepat, tulisanmu enggak hanya terlihat rapi, tapi juga punya arah yang jelas dan bisa meyakinkan pembaca. Resensi yang baik bisa membantu pembaca lain menilai apakah sebuah karya layak untuk dibaca atau ditonton, tanpa harus mengalaminya sendiri terlebih dulu.
Sementara bagi pemula, menulis resensi bisa saja rasanya sulit karena banyak yang gak tahu kudu mulai dari mana. Padahal, kalau tahu alurnya, prosesnya bisa jadi sangat menyenangkan. Kamu hanya perlu tahu apa saja yang perlu disiapkan, bagaimana menyusun isinya, dan cara menulisnya biar enggak membosankan.
Artikel ini akan membimbing kamu memahami dasar dan langkah-angkah menulis resensi dengan penjelasan yang sederhana. Jadi, siapa pun bisa belajar menulis resensi tanpa harus punya pengalaman sebelumnya, dan barangkali juga bisa kamu kirim ke media yang bisa membayarmu. Sounds legit, huh?
Persiapan Sebelum Menulis Resensi
Sebelum masuk ke bagian teknis dalam langkah-langkah menulis resensi, kamu perlu paham dulu bahwa proses menulis tidak bisa dilakukan secara spontan.
Sebuah resensi yang baik selalu lahir dari persiapan yang matang. Kamu perlu mengenal dulu karya yang akan dibahas, memahami isinya dengan cermat, dan mengumpulkan informasi pendukung agar tulisanmu punya dasar yang kuat.
Tanpa persiapan ini, resensi bisa terasa dangkal dan kurang meyakinkan. Karena itu, bagian berikut akan membahas apa saja yang perlu dilakukan sebelum mulai menulis, agar hasil resensimu nantinya terasa lebih terarah, berisi, dan mudah dipahami oleh pembaca.
1. Memilih Karya yang Akan Diresensi
Langkah pertama sebelum menulis resensi adalah menentukan karya yang akan dibahas. Bisa berupa buku, film, drama, pertunjukan, atau bahkan produk seni lain yang menarik perhatianmu.
Sebaiknya pilih karya yang benar-benar kamu pahami atau seenggaknya sesuai dengan minatmu. Dengan begitu, kamu bisa menulis dengan lebih jujur dan alami.
Selain itu, perhatikan juga siapa pembaca resensimu nanti. Kalau targetnya pelajar, misalnya, pilih karya yang masih relevan dengan dunia mereka. Karya yang tepat akan membuat proses menulis jauh lebih mudah dan hasilnya terasa lebih hidup.
2. Membaca atau Menonton dengan Cermat
Setelah menentukan karya yang akan diresensi, tahap berikutnya adalah menikmati karyanya dengan sungguh-sungguh. Kalau kamu membaca buku, jangan sekadar membaca cepat. Nikmati setiap bab dan pahami alurnya.
Kalau menonton film atau drama, usahakan tonton lebih dari sekali supaya bisa menangkap detail yang mungkin terlewat. Catat hal-hal penting seperti tema utama, karakter, konflik, gaya penyampaian, serta bagian yang menurutmu kuat atau justru lemah.
Catatan-catatan kecil ini nanti akan sangat membantu saat kamu mulai menulis resensi. Intinya, pahami karya itu sampai kamu benar-benar bisa menjelaskan isinya tanpa harus membuka ulang.
3. Mengumpulkan Informasi Pendukung
Resensi yang bagus bukan hanya berisi pendapat pribadi, tapi juga didukung oleh informasi yang kuat. So, cobalah mencari tahu tentang siapa penulis atau pembuat karyanya. Mulai dari latar belakang, karya-karya sebelumnya, atau gaya khas yang sering dipakai.
Informasi ini bisa membantu pembaca memahami konteks karya yang kamu bahas. Selain itu, cari tahu juga kapan dan dalam kondisi apa karya itu dibuat atau diterbitkan. Kadang, konteks waktu bisa sangat berpengaruh terhadap makna karya.
Kamu juga bisa membaca ulasan dari orang lain sebagai pembanding, tapi jangan menyalin pendapat mereka. Gunakan hanya sebagai referensi agar penilaianmu lebih seimbang dan lengkap.
Baca juga: Bagaimana Menulis Judul yang Menarik untuk Konten Online
Menyusun Struktur Resensi
Setelah memahami tahap awal dari langkah-langkah menulis resensi, kini saatnya masuk ke bagian yang lebih terstruktur. Pada tahap ini, kamu akan mulai menyusun resensi agar terlihat rapi, mudah diikuti, dan punya alur yang jelas. Cuss, kita lihat.
Identitas Karya
Bagian pertama dalam resensi sebaiknya berisi identitas karya yang akan dibahas. Tulis secara lengkap judul, nama penulis atau pembuat, penerbit atau rumah produksi, tahun terbit, dan jumlah halaman atau durasi jika itu film.
Informasi dasar ini membantu pembaca mengenali karya yang sedang kamu ulas tanpa harus mencarinya dulu. Letakkan bagian ini di awal agar pembaca langsung punya gambaran sebelum masuk ke isi resensi. Bikin yang padat dan jelas, enggak perlu terlalu panjang.
Misalnya,
- Judul: Laskar Pelangi
- Penulis: Andrea Hirata
- Penerbit: Bentang
- Tahun Terbit: 2005
- Halaman: 529.
Dengan begitu, resensimu terlihat lebih rapi dan profesional sejak awal.
Ringkasan Isi
Setelah memperkenalkan identitas karya, lanjutkan dengan ringkasan isi. Di sini kamu perlu menjelaskan garis besar cerita atau ide utama dari karya tersebut. Jangan terlalu detail, cukup sampai pembaca tahu tentang apa karya itu sebenarnya.
Untuk resensi film atau novel, hindari menceritakan akhir cerita atau memberikan spoiler yang bisa merusak rasa penasaran. Fokuslah pada hal-hal penting seperti tema besar, tokoh utama, atau konflik utama yang membangun alur.
Gunakan bahasa yang ringan dan jelas supaya pembaca mudah mengikuti jalan ceritanya. Tujuan bagian ini bukan untuk menceritakan ulang, tapi memberi gambaran singkat sebelum masuk ke penilaian.
Analisis dan Penilaian
Bagian ini adalah inti dari sebuah resensi. Di sinilah kamu menunjukkan pemahamanmu terhadap karya yang dibahas.
Kamu bisa mulai dari unsur intrinsik seperti tema, alur, tokoh, gaya bahasa, atau teknik penyajian. Jelaskan bagaimana setiap unsur saling mendukung dan apakah berhasil menyampaikan pesan karya.
Lalu, bahas juga unsur ekstrinsiknya. Misalnya latar sosial, budaya, atau nilai moral yang muncul di dalamnya. Jangan lupa sertakan pendapat pribadi tentang kelebihan dan kekurangannya secara jujur dan seimbang.
Hindari terlalu memuji atau terlalu mencela tanpa alasan yang jelas. Semakin detail kamu menjelaskan, semakin kuat pula resensi yang kamu tulis.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Setelah semua bagian diulas, akhiri dengan kesimpulan yang merangkum penilaianmu secara keseluruhan. Bagian ini bisa memuat pandangan akhirmu terhadap karya, apakah menurutmu layak dibaca, ditonton, atau dikoleksi.
Sampaikan alasan singkat yang mendukung pendapatmu supaya terasa meyakinkan. Kamu juga bisa menambahkan rekomendasi. Misalnya karya ini cocok untuk siapa, pembaca muda, pencinta sastra, atau penikmat film ringan.
Bagian penutup ini penting karena membantu pembaca memutuskan apakah mereka tertarik pada karya tersebut atau enggak. Gunakan nada yang sopan, objektif, dan tetap ramah agar kesan akhirnya menyenangkan untuk dibaca.
Tips Menulis Resensi
So, di sinilah tips menulis berperan, karena akan membantu kamu menyampaikan pendapat dengan gaya yang lebih mengalir dan mudah dipahami pembaca.
Dengan menerapkan beberapa cara sederhana di bawah ini, resensimu bisa terasa lebih jujur, seimbang, dan menyenangkan untuk dibaca.
1. Gunakan Bahasa yang Jelas, Padat, dan Menarik
Saat menulis resensi, usahakan bahasanya enggak berbelit-belit. Gunakan kalimat yang to the point tapi tetap enak dibaca.
Hindari istilah yang terlalu teknis atau kata-kata rumit yang justru bikin pembaca bingung. Kalau bisa, tulis seolah-olah kamu sedang bercerita kepada teman, tapi tetap sopan dan terstruktur.
Pilih kata-kata yang bisa membangkitkan rasa penasaran pembaca tanpa harus panjang lebar. Bahasa yang sederhana justru sering lebih kuat karena mudah dipahami dan terasa jujur. Intinya, jangan buat pembaca harus menebak maksudmu. Alih-alih, buat mereka langsung mengerti dari satu kali baca.
2. Seimbang antara Objektif dan Subjektif
Resensi yang baik harus punya keseimbangan antara fakta dan opini. Objektif berarti kamu menyampaikan hal-hal yang bisa dibuktikan, seperti gaya penulisan, alur cerita, atau kualitas visual dalam film.
Sementara subjektif adalah pendapat pribadimu, seperti perasaan saat membaca atau menonton. Keduanya harus berjalan berdampingan agar resensi terasa jujur dan tidak berat sebelah.
Kalau hanya menulis fakta, resensimu bisa terasa dingin dan kaku. Tapi kalau hanya berisi opini tanpa dasar, kesannya jadi tidak bisa dipercaya.
Jadi, selalu beri alasan di balik pendapatmu, supaya pembaca tahu dari mana pandangan itu datang.
3. Hindari Terlalu Banyak Pujian atau Kritik Tanpa Dasar
Menulis resensi bukan soal menyenangkan atau menjatuhkan pembuat karya. Jadi, jangan menulis terlalu banyak pujian tanpa penjelasan, karena bakalan kayak promosi. Ya, ini gak masalah sih sebenernya, kalau memang tulisanmu bagian dari campaign-nya. Tapi kalau enggak, ya mendingan dihindari.
Begitu juga sebaliknya, hindari kritik yang hanya berisi keluhan tanpa alasan jelas. Kalau kamu mau mengkritik, sertakan contoh konkret dari karya tersebut supaya pembaca tahu letak masalahnya.
Dengan begitu, tulisanmu tetap terlihat adil dan profesional. Resensi yang seimbang akan membuat pembaca lebih percaya pada penilaianmu, karena mereka tahu kamu menulis berdasarkan pengamatan, bukan perasaan semata.
4. Sisipkan Kutipan Langsung dari Karya
Salah satu cara membuat resensi lebih hidup adalah dengan menyertakan kutipan langsung dari karya yang dibahas. Kutipan bisa berupa kalimat dalam buku, dialog film, atau potongan lirik lagu, tergantung jenis karyanya.
Fungsinya untuk memberi bukti nyata dari pendapat yang kamu tulis. Misalnya, kalau kamu bilang penulisnya punya gaya bahasa puitis, tunjukkan satu dua kalimat yang menggambarkan hal itu.
Tapi ingat, jangan terlalu banyak menyalin, cukup satu atau dua kutipan pendek yang relevan. Dengan cara ini, pembaca bisa melihat sendiri bagian yang kamu maksud tanpa harus mencari-cari.
5. Gunakan Gaya Bahasa yang Personal agar Pembaca Merasa Dekat
Tulisan resensi akan terasa lebih hangat kalau kamu menulis dengan nada yang personal. Artinya, jangan terlalu kaku seperti laporan ilmiah, tapi juga jangan terlalu santai sampai kehilangan arah.
Gunakan sudut pandang yang jujur dan natural, seolah kamu sedang berbagi pengalaman membaca atau menonton sesuatu yang menarik. Gaya personal membuat pembaca merasa diajak berbincang, bukan digurui.
Misalnya, kamu bisa menulis, “Bagian ini bikin saya mikir cukup lama,” atau “Adegan itu terasa mengena karena dekat dengan kehidupan sehari-hari.”
Dengan begitu, resensi terasa lebih manusiawi dan gak monoton.
6. Sertakan Perbandingan dengan Karya Sejenis
Membandingkan karya dengan karya lain yang sejenis bisa membantu pembaca memahami posisi karya tersebut. Misalnya, kalau kamu meresensi film drama keluarga, coba bandingkan dengan film lain yang punya tema mirip. Jelaskan apa yang membuatnya berbeda atau justru mirip dalam penyajian.
Perbandingan ini bukan untuk menilai siapa yang lebih baik, tapi untuk memberikan konteks. Pembaca akan lebih mudah menilai kualitas karya yang kamu bahas karena punya pembanding yang konkret. Selain itu, kamu juga terlihat lebih memahami bidang yang kamu tulis, bukan hanya sekadar penonton atau pembaca biasa.
7. Jaga Keseimbangan antara Informasi dan Opini
Sebuah resensi tidak bisa hanya berisi data, tapi juga tidak boleh hanya opini pribadi. Informasi seperti identitas karya, sinopsis, dan konteks penerbitan tetap penting sebagai dasar.
Namun setelah itu, opini dan analisis pribadi menjadi nilai tambah yang membuat resensi hidup. Perpaduan keduanya akan membuat tulisanmu terasa utuh dan meyakinkan.
Jika terlalu berat di informasi, pembaca bisa merasa seperti membaca ringkasan. Tapi kalau hanya opini, bisa dianggap enggak punya dasar kuat. Jadi, atur proporsinya dengan seimbang agar pembaca dapat informasi yang cukup sekaligus merasakan sudut pandang unik darimu.
Baca juga: Teknik Bridging dalam Menulis Artikel
Memahami langkah-langkah menulis resensi membantu kamu menulis dengan lebih terstruktur dan percaya diri. Setiap tahap punya perannya sendiri untuk membuat hasil tulisan jadi lebih jelas dan mudah dipahami.
Resensi yang baik selalu lahir dari ketelitian, kejujuran, dan kemampuan menyampaikan pendapat dengan cara yang sederhana. Kalau semua langkah dijalani dengan sabar, kamu bisa menghasilkan tulisan yang bukan hanya informatif, tapi juga menyenangkan untuk dibaca.
Setelah tahu semua langkah-langkah menulis resensi, mungkin kamu sadar bahwa menulisnya sendiri butuh waktu dan tenaga. Nggak apa-apa, mari dibantu saja. Kamu tinggal jelaskan kebutuhanmu, dan tulisan akan dibuatkan sesuai gaya, tujuan, dan audiens yang kamu mau. Jadi, kamu tetap bisa punya konten berkualitas tanpa harus repot menyusunnya sendiri. Hubungi nomor WhatsApp yang tercantum ya.
0 comments