• Home
  • About
  • Daftar Isi
  • Konten Kreatif
    • Penulisan Konten
    • Penulisan Buku
    • Kebahasaan
    • Visual
  • Internet
    • Blogging
    • Marketing
    • User
    • WordPress
  • Media Sosial
    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
  • Stories
    • My Stories
    • Featured
    • Freelancer
  • Guest Posts
Diberdayakan oleh Blogger.
facebook twitter instagram pinterest Email

Carolina Ratri

Langkah-Langkah Menulis Resensi

Menulis resensi bukan sekadar menceritakan ulang isi buku, film, atau karya seni. Lebih dari itu, resensi adalah cara kita menilai sebuah karya secara utuh dan menyampaikannya dengan bahasa yang mudah dipahami orang lain. Untuk bisa membuatnya dengan baik, kamu perlu memahami langkah-langkah menulis resensi yang benar.

Dengan mengikuti urutan yang tepat, tulisanmu enggak hanya terlihat rapi, tapi juga punya arah yang jelas dan bisa meyakinkan pembaca. Resensi yang baik bisa membantu pembaca lain menilai apakah sebuah karya layak untuk dibaca atau ditonton, tanpa harus mengalaminya sendiri terlebih dulu.

Sementara bagi pemula, menulis resensi bisa saja rasanya sulit karena banyak yang gak tahu kudu mulai dari mana. Padahal, kalau tahu alurnya, prosesnya bisa jadi sangat menyenangkan. Kamu hanya perlu tahu apa saja yang perlu disiapkan, bagaimana menyusun isinya, dan cara menulisnya biar enggak membosankan.

Artikel ini akan membimbing kamu memahami dasar dan langkah-angkah menulis resensi dengan penjelasan yang sederhana. Jadi, siapa pun bisa belajar menulis resensi tanpa harus punya pengalaman sebelumnya, dan barangkali juga bisa kamu kirim ke media yang bisa membayarmu. Sounds legit, huh?

Persiapan Sebelum Menulis Resensi

Sebelum masuk ke bagian teknis dalam langkah-langkah menulis resensi, kamu perlu paham dulu bahwa proses menulis tidak bisa dilakukan secara spontan.

Sebuah resensi yang baik selalu lahir dari persiapan yang matang. Kamu perlu mengenal dulu karya yang akan dibahas, memahami isinya dengan cermat, dan mengumpulkan informasi pendukung agar tulisanmu punya dasar yang kuat.

Tanpa persiapan ini, resensi bisa terasa dangkal dan kurang meyakinkan. Karena itu, bagian berikut akan membahas apa saja yang perlu dilakukan sebelum mulai menulis, agar hasil resensimu nantinya terasa lebih terarah, berisi, dan mudah dipahami oleh pembaca.

1. Memilih Karya yang Akan Diresensi

Langkah pertama sebelum menulis resensi adalah menentukan karya yang akan dibahas. Bisa berupa buku, film, drama, pertunjukan, atau bahkan produk seni lain yang menarik perhatianmu.

Sebaiknya pilih karya yang benar-benar kamu pahami atau seenggaknya sesuai dengan minatmu. Dengan begitu, kamu bisa menulis dengan lebih jujur dan alami.

Selain itu, perhatikan juga siapa pembaca resensimu nanti. Kalau targetnya pelajar, misalnya, pilih karya yang masih relevan dengan dunia mereka. Karya yang tepat akan membuat proses menulis jauh lebih mudah dan hasilnya terasa lebih hidup.

2. Membaca atau Menonton dengan Cermat

Setelah menentukan karya yang akan diresensi, tahap berikutnya adalah menikmati karyanya dengan sungguh-sungguh. Kalau kamu membaca buku, jangan sekadar membaca cepat. Nikmati setiap bab dan pahami alurnya.

Kalau menonton film atau drama, usahakan tonton lebih dari sekali supaya bisa menangkap detail yang mungkin terlewat. Catat hal-hal penting seperti tema utama, karakter, konflik, gaya penyampaian, serta bagian yang menurutmu kuat atau justru lemah.

Catatan-catatan kecil ini nanti akan sangat membantu saat kamu mulai menulis resensi. Intinya, pahami karya itu sampai kamu benar-benar bisa menjelaskan isinya tanpa harus membuka ulang.

3. Mengumpulkan Informasi Pendukung

Resensi yang bagus bukan hanya berisi pendapat pribadi, tapi juga didukung oleh informasi yang kuat. So, cobalah mencari tahu tentang siapa penulis atau pembuat karyanya. Mulai dari latar belakang, karya-karya sebelumnya, atau gaya khas yang sering dipakai.

Informasi ini bisa membantu pembaca memahami konteks karya yang kamu bahas. Selain itu, cari tahu juga kapan dan dalam kondisi apa karya itu dibuat atau diterbitkan. Kadang, konteks waktu bisa sangat berpengaruh terhadap makna karya.

Kamu juga bisa membaca ulasan dari orang lain sebagai pembanding, tapi jangan menyalin pendapat mereka. Gunakan hanya sebagai referensi agar penilaianmu lebih seimbang dan lengkap.

Baca juga: Bagaimana Menulis Judul yang Menarik untuk Konten Online

Menyusun Struktur Resensi

Setelah memahami tahap awal dari langkah-langkah menulis resensi, kini saatnya masuk ke bagian yang lebih terstruktur. Pada tahap ini, kamu akan mulai menyusun resensi agar terlihat rapi, mudah diikuti, dan punya alur yang jelas. Cuss, kita lihat.

Identitas Karya

Bagian pertama dalam resensi sebaiknya berisi identitas karya yang akan dibahas. Tulis secara lengkap judul, nama penulis atau pembuat, penerbit atau rumah produksi, tahun terbit, dan jumlah halaman atau durasi jika itu film.

Informasi dasar ini membantu pembaca mengenali karya yang sedang kamu ulas tanpa harus mencarinya dulu. Letakkan bagian ini di awal agar pembaca langsung punya gambaran sebelum masuk ke isi resensi. Bikin yang padat dan jelas, enggak perlu terlalu panjang.

Misalnya,

  • Judul: Laskar Pelangi
  • Penulis: Andrea Hirata
  • Penerbit: Bentang
  • Tahun Terbit: 2005
  • Halaman: 529.

Dengan begitu, resensimu terlihat lebih rapi dan profesional sejak awal.

Ringkasan Isi

Setelah memperkenalkan identitas karya, lanjutkan dengan ringkasan isi. Di sini kamu perlu menjelaskan garis besar cerita atau ide utama dari karya tersebut. Jangan terlalu detail, cukup sampai pembaca tahu tentang apa karya itu sebenarnya.

Untuk resensi film atau novel, hindari menceritakan akhir cerita atau memberikan spoiler yang bisa merusak rasa penasaran. Fokuslah pada hal-hal penting seperti tema besar, tokoh utama, atau konflik utama yang membangun alur.

Gunakan bahasa yang ringan dan jelas supaya pembaca mudah mengikuti jalan ceritanya. Tujuan bagian ini bukan untuk menceritakan ulang, tapi memberi gambaran singkat sebelum masuk ke penilaian.

Analisis dan Penilaian

Bagian ini adalah inti dari sebuah resensi. Di sinilah kamu menunjukkan pemahamanmu terhadap karya yang dibahas.

Kamu bisa mulai dari unsur intrinsik seperti tema, alur, tokoh, gaya bahasa, atau teknik penyajian. Jelaskan bagaimana setiap unsur saling mendukung dan apakah berhasil menyampaikan pesan karya. 

Lalu, bahas juga unsur ekstrinsiknya. Misalnya latar sosial, budaya, atau nilai moral yang muncul di dalamnya. Jangan lupa sertakan pendapat pribadi tentang kelebihan dan kekurangannya secara jujur dan seimbang.

Hindari terlalu memuji atau terlalu mencela tanpa alasan yang jelas. Semakin detail kamu menjelaskan, semakin kuat pula resensi yang kamu tulis.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Setelah semua bagian diulas, akhiri dengan kesimpulan yang merangkum penilaianmu secara keseluruhan. Bagian ini bisa memuat pandangan akhirmu terhadap karya, apakah menurutmu layak dibaca, ditonton, atau dikoleksi.

Sampaikan alasan singkat yang mendukung pendapatmu supaya terasa meyakinkan. Kamu juga bisa menambahkan rekomendasi. Misalnya karya ini cocok untuk siapa, pembaca muda, pencinta sastra, atau penikmat film ringan.

Bagian penutup ini penting karena membantu pembaca memutuskan apakah mereka tertarik pada karya tersebut atau enggak. Gunakan nada yang sopan, objektif, dan tetap ramah agar kesan akhirnya menyenangkan untuk dibaca.

Tips Menulis Resensi

Langkah-Langkah Menulis Resensi

Setelah memahami langkah-langkah menulis resensi dan bagaimana menyusunnya dengan benar, kamu juga perlu tahu cara membuat tulisanmu terasa hidup dan menarik. Sebab, teknik menulis saja enggak akan cukup kalau penyampaiannya kaku atau terlalu datar.

So, di sinilah tips menulis berperan, karena akan membantu kamu menyampaikan pendapat dengan gaya yang lebih mengalir dan mudah dipahami pembaca.

Dengan menerapkan beberapa cara sederhana di bawah ini, resensimu bisa terasa lebih jujur, seimbang, dan menyenangkan untuk dibaca. 

1. Gunakan Bahasa yang Jelas, Padat, dan Menarik

Saat menulis resensi, usahakan bahasanya enggak berbelit-belit. Gunakan kalimat yang to the point tapi tetap enak dibaca.

Hindari istilah yang terlalu teknis atau kata-kata rumit yang justru bikin pembaca bingung. Kalau bisa, tulis seolah-olah kamu sedang bercerita kepada teman, tapi tetap sopan dan terstruktur.

Pilih kata-kata yang bisa membangkitkan rasa penasaran pembaca tanpa harus panjang lebar. Bahasa yang sederhana justru sering lebih kuat karena mudah dipahami dan terasa jujur. Intinya, jangan buat pembaca harus menebak maksudmu. Alih-alih, buat mereka langsung mengerti dari satu kali baca.

2. Seimbang antara Objektif dan Subjektif

Resensi yang baik harus punya keseimbangan antara fakta dan opini. Objektif berarti kamu menyampaikan hal-hal yang bisa dibuktikan, seperti gaya penulisan, alur cerita, atau kualitas visual dalam film.

Sementara subjektif adalah pendapat pribadimu, seperti perasaan saat membaca atau menonton. Keduanya harus berjalan berdampingan agar resensi terasa jujur dan tidak berat sebelah.

Kalau hanya menulis fakta, resensimu bisa terasa dingin dan kaku. Tapi kalau hanya berisi opini tanpa dasar, kesannya jadi tidak bisa dipercaya.

Jadi, selalu beri alasan di balik pendapatmu, supaya pembaca tahu dari mana pandangan itu datang.

3. Hindari Terlalu Banyak Pujian atau Kritik Tanpa Dasar

Menulis resensi bukan soal menyenangkan atau menjatuhkan pembuat karya. Jadi, jangan menulis terlalu banyak pujian tanpa penjelasan, karena bakalan kayak promosi. Ya, ini gak masalah sih sebenernya, kalau memang tulisanmu bagian dari campaign-nya. Tapi kalau enggak, ya mendingan dihindari.

Begitu juga sebaliknya, hindari kritik yang hanya berisi keluhan tanpa alasan jelas. Kalau kamu mau mengkritik, sertakan contoh konkret dari karya tersebut supaya pembaca tahu letak masalahnya. 

Dengan begitu, tulisanmu tetap terlihat adil dan profesional. Resensi yang seimbang akan membuat pembaca lebih percaya pada penilaianmu, karena mereka tahu kamu menulis berdasarkan pengamatan, bukan perasaan semata.

4. Sisipkan Kutipan Langsung dari Karya

Salah satu cara membuat resensi lebih hidup adalah dengan menyertakan kutipan langsung dari karya yang dibahas. Kutipan bisa berupa kalimat dalam buku, dialog film, atau potongan lirik lagu, tergantung jenis karyanya.

Fungsinya untuk memberi bukti nyata dari pendapat yang kamu tulis. Misalnya, kalau kamu bilang penulisnya punya gaya bahasa puitis, tunjukkan satu dua kalimat yang menggambarkan hal itu.

Tapi ingat, jangan terlalu banyak menyalin, cukup satu atau dua kutipan pendek yang relevan. Dengan cara ini, pembaca bisa melihat sendiri bagian yang kamu maksud tanpa harus mencari-cari.

5. Gunakan Gaya Bahasa yang Personal agar Pembaca Merasa Dekat

Tulisan resensi akan terasa lebih hangat kalau kamu menulis dengan nada yang personal. Artinya, jangan terlalu kaku seperti laporan ilmiah, tapi juga jangan terlalu santai sampai kehilangan arah. 

Gunakan sudut pandang yang jujur dan natural, seolah kamu sedang berbagi pengalaman membaca atau menonton sesuatu yang menarik. Gaya personal membuat pembaca merasa diajak berbincang, bukan digurui.

Misalnya, kamu bisa menulis, “Bagian ini bikin saya mikir cukup lama,” atau “Adegan itu terasa mengena karena dekat dengan kehidupan sehari-hari.”

Dengan begitu, resensi terasa lebih manusiawi dan gak monoton.

6. Sertakan Perbandingan dengan Karya Sejenis

Membandingkan karya dengan karya lain yang sejenis bisa membantu pembaca memahami posisi karya tersebut. Misalnya, kalau kamu meresensi film drama keluarga, coba bandingkan dengan film lain yang punya tema mirip. Jelaskan apa yang membuatnya berbeda atau justru mirip dalam penyajian.

Perbandingan ini bukan untuk menilai siapa yang lebih baik, tapi untuk memberikan konteks. Pembaca akan lebih mudah menilai kualitas karya yang kamu bahas karena punya pembanding yang konkret. Selain itu, kamu juga terlihat lebih memahami bidang yang kamu tulis, bukan hanya sekadar penonton atau pembaca biasa.

7. Jaga Keseimbangan antara Informasi dan Opini

Sebuah resensi tidak bisa hanya berisi data, tapi juga tidak boleh hanya opini pribadi. Informasi seperti identitas karya, sinopsis, dan konteks penerbitan tetap penting sebagai dasar.

Namun setelah itu, opini dan analisis pribadi menjadi nilai tambah yang membuat resensi hidup. Perpaduan keduanya akan membuat tulisanmu terasa utuh dan meyakinkan.

Jika terlalu berat di informasi, pembaca bisa merasa seperti membaca ringkasan. Tapi kalau hanya opini, bisa dianggap enggak punya dasar kuat. Jadi, atur proporsinya dengan seimbang agar pembaca dapat informasi yang cukup sekaligus merasakan sudut pandang unik darimu.

Baca juga: Teknik Bridging dalam Menulis Artikel

Memahami langkah-langkah menulis resensi membantu kamu menulis dengan lebih terstruktur dan percaya diri. Setiap tahap punya perannya sendiri untuk membuat hasil tulisan jadi lebih jelas dan mudah dipahami.

Resensi yang baik selalu lahir dari ketelitian, kejujuran, dan kemampuan menyampaikan pendapat dengan cara yang sederhana. Kalau semua langkah dijalani dengan sabar, kamu bisa menghasilkan tulisan yang bukan hanya informatif, tapi juga menyenangkan untuk dibaca.

Setelah tahu semua langkah-langkah menulis resensi, mungkin kamu sadar bahwa menulisnya sendiri butuh waktu dan tenaga. Nggak apa-apa, mari dibantu saja. Kamu tinggal jelaskan kebutuhanmu, dan tulisan akan dibuatkan sesuai gaya, tujuan, dan audiens yang kamu mau. Jadi, kamu tetap bisa punya konten berkualitas tanpa harus repot menyusunnya sendiri. Hubungi nomor WhatsApp yang tercantum ya.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Apa Itu Review Blog dan Kenapa Penting untuk Blogger yang Ingin Naik Level?

Review blog sering kali dianggap pekerjaan sepele, padahal justru ini salah satu kunci untuk membawa blog ke level berikutnya. Banyak blogger rajin menulis, tapi lupa meluangkan waktu untuk benar-benar menilai blognya sendiri.

Akibatnya, mereka enggak sadar kalau ada hal-hal kecil yang diam-diam menghambat perkembangan. Padahal, dengan evaluasi yang tepat, blog bisa tumbuh lebih cepat dan menarik lebih banyak pembaca.

Apa yang Dimaksud dengan Review Blog?

Review blog itu sebenarnya sederhana. Yaitu proses melihat kembali blog secara menyeluruh. Tujuannya untuk memahami apakah blog sudah berjalan sesuai harapan. Mulai dari isi tulisannya, tampilan desain, sampai hal-hal teknis yang mungkin jarang diperhatikan.

Proses ini membantu melihat blog dari sudut pandang pembaca sekaligus pemilik, sehingga bisa ditemukan bagian mana yang masih kurang dan perlu diperbaiki.

Banyak yang sering menyamakan review blog dengan proofreading. Padahal keduanya berbeda. Proofreading fokusnya hanya di teks, seperti memperbaiki salah ketik, tanda baca, atau ejaan yang kurang tepat. Sementara review blog jauh lebih luas. Bukan cuma memeriksa tulisan, tapi juga menilai struktur artikel, kenyamanan membaca, kecepatan loading halaman, hingga kemudahan pengunjung menemukan informasi. Jadi, review blog lebih strategis dan berorientasi pada perkembangan blog secara keseluruhan.

Tujuan utama dari review blog adalah mengevaluasi performa, kualitas konten, dan pengalaman pengunjung. Performa bisa dilihat dari data, misalnya jumlah pengunjung, berapa lama mereka bertahan di halaman, dan artikel mana yang paling sering dibaca.

Kualitas konten menyangkut seberapa bermanfaat tulisan tersebut, apakah relevan dengan pembaca, dan apakah informasinya akurat. Sementara pengalaman pengunjung berkaitan dengan bagaimana mereka merasa saat mengunjungi blog. Apakah nyaman? Apakah mudah menemukan informasi? 

Semua itu jadi bahan pertimbangan penting sebelum blog dibawa ke level berikutnya. Misalnya untuk dimonetasi.

Baca juga: Bagaimana Mencari Topik atau Niche Paling Cocok untuk Blog Kamu

Tanda-Tanda Blog Perlu Direview

Apa Itu Review Blog dan Kenapa Penting untuk Blogger yang Ingin Naik Level?

Sebelum memutuskan langkah perbaikan, penting untuk tahu kapan saat yang tepat melakukan review blog.

Enggak semua perubahan harus dilakukan setiap hari, tapi ada tanda-tanda tertentu yang menunjukkan bahwa blog sudah butuh dievaluasi. Tanda-tanda ini biasanya terlihat dari performa, interaksi, atau relevansi konten yang mulai menurun.

Dengan mengenali sinyal-sinyal ini lebih awal, kamu bisa segera mengambil tindakan sebelum masalah semakin besar dan berdampak pada pertumbuhan blog.

1. Trafik Stagnan atau Menurun

Jika jumlah pengunjung blog enggak bertambah dalam waktu lama, atau malah terus berkurang, ini sinyal kuat bahwa ada yang perlu diperbaiki.

Trafik yang stagnan bisa berarti konten baru tidak cukup menarik pembaca baru. Penurunan trafik bisa disebabkan oleh persaingan yang lebih ketat, perubahan algoritma mesin pencari, atau topik yang sudah enggak relevan.

Dengan review blog, kamu bisa melihat mana bagian yang lemah dan mencari strategi untuk menarik kembali minat pembaca.

2. Bounce Rate Tinggi

Bounce rate adalah persentase pengunjung yang keluar dari blog setelah membuka satu halaman saja. Angka yang terlalu tinggi menandakan pengunjung enggak menemukan apa yang mereka cari, atau enggak merasa tertarik untuk menjelajah lebih jauh.

Ini bisa terjadi karena konten kurang relevan, desain kurang nyaman, atau loading terlalu lama. Melalui review, kamu bisa menganalisis penyebabnya dan mencari cara untuk membuat pengunjung betah lebih lama.

3. Artikel Lama Gak Relevan Lagi

Konten yang sudah usang atau berisi informasi yang enggak akurat bisa membuat blog kehilangan kredibilitas. Misalnya, artikel yang membahas tren atau data tertentu tapi enggak pernah diperbarui. Pembaca akan merasa kecewa jika informasi yang mereka dapatkan sudah ketinggalan zaman. 

Review blog membantu menemukan artikel-artikel lama yang perlu diupdate atau bahkan dihapus jika sudah enggak layak tayang.

4. Komentar atau Interaksi Pengunjung Menurun

Blog yang sehat biasanya punya interaksi yang baik, seperti komentar, share, atau pertanyaan dari pembaca. Jika jumlah interaksi ini terus menurun, artinya pembaca mulai kehilangan ketertarikan atau koneksi dengan konten yang disajikan. Bisa jadi gaya penulisan berubah, topik enggak lagi relevan, atau kualitas konten menurun.

Dengan melakukan review blog, kamu bisa menemukan apa yang menghambat keterlibatan pembaca dan mengembalikan interaksi seperti semula.

Kenapa Review Blog Penting untuk Naik Level?

Apa Itu Review Blog dan Kenapa Penting untuk Blogger yang Ingin Naik Level?

Melakukan review blog bukan hanya soal memeriksa tampilan atau memperbaiki kesalahan kecil. Lebih dari itu, proses ini punya peran besar dalam membantu blog berkembang ke arah yang lebih baik.

Ada banyak alasan kenapa evaluasi menyeluruh ini layak dilakukan secara rutin. Dengan memahami manfaatnya, kamu bisa melihat bahwa review blog bukan sekadar pekerjaan tambahan, tapi investasi penting untuk membawa blog naik level.

1. Mengidentifikasi Kelemahan yang Menghambat Pertumbuhan

Tanpa evaluasi, sulit mengetahui bagian mana dari blog yang sebenarnya menjadi penghambat. Bisa saja masalahnya ada pada konten yang kurang relevan, desain yang membingungkan, atau kecepatan loading yang lambat.

Review blog membantu menemukan masalah-masalah ini secara lebih jelas. Dengan begitu, kamu bisa fokus memperbaiki hal yang benar-benar berdampak pada perkembangan blog. Langkah ini jauh lebih efektif dibanding sekadar menebak-nebak.

2. Meningkatkan Pengalaman Pengunjung biar Betah

Pengalaman pengunjung adalah salah satu kunci keberhasilan blog. Jika mereka merasa nyaman, mereka cenderung membaca lebih banyak artikel dan bahkan kembali di lain waktu. Review blog membantu melihat apakah desain, navigasi, dan konten sudah cukup ramah untuk pengunjung. Misalnya, apakah font mudah dibaca, halaman cepat dimuat, atau artikel tersusun rapi. Semua perbaikan ini membuat pengunjung betah dan mau menjelajahi blog lebih lama.

3. Memperbaiki SEO untuk Menaikkan Ranking di Mesin Pencari

SEO adalah jalan utama untuk mendatangkan pembaca baru. Review blog memberi kesempatan untuk memeriksa apakah struktur heading sudah benar, kata kunci digunakan secara tepat, dan meta data dioptimalkan. Kadang ada masalah teknis kecil yang tanpa disadari menurunkan ranking di Google.

Dengan memperbaiki SEO, peluang blog untuk muncul di halaman pertama pencarian akan semakin besar. Ini berarti lebih banyak orang bisa menemukan dan membaca blog.

4. Membuka Peluang Monetisasi Lebih Luas

Banyak cara menghasilkan uang dari blog, mulai dari iklan, kerja sama brand, hingga penjualan produk digital. Namun, peluang ini biasanya datang ketika blog terlihat aktif, rapi, dan profesional. Review blog membantu memastikan semua elemen siap untuk menerima tawaran kerja sama atau menampilkan iklan.

Semakin baik kualitas blog, semakin tinggi pula nilai yang bisa ditawarkan kepada calon mitra atau pengiklan.

5. Membangun Citra Bloger yang Profesional

Bloger yang rajin melakukan review blog menunjukkan keseriusan dalam mengelola kontennya. Ini menciptakan kesan profesional di mata pembaca, klien, maupun brand. Blog yang teratur, informatif, dan bebas dari kesalahan teknis akan lebih dipercaya.

Citra profesional ini penting, terutama jika ingin memperluas jaringan atau bekerja sama dengan pihak lain. Dengan reputasi yang baik, kesempatan berkembang akan datang lebih sering.

Elemen yang Harus Dicek saat Review Blog

Apa Itu Review Blog dan Kenapa Penting untuk Blogger yang Ingin Naik Level?

Saat melakukan review blog, ada beberapa elemen penting yang harus diperiksa. Masing-masing elemen ini punya pengaruh besar terhadap keberhasilan blog. Kalau salah satunya diabaikan, dampaknya bisa terasa pada performa dan kenyamanan pembaca. 

Berikut elemen-elemen tersebut.

1. Sisi Konten

Konten adalah alasan utama orang datang ke blog. Maka dari itu, topik yang dibahas harus sesuai dengan minat pembaca yang dituju.

Misalnya, kalau blog fokus pada dunia parenting, sebaiknya hindari tiba-tiba membahas politik tanpa kaitan yang jelas.

Selain relevansi, kualitas tulisan juga penting. Pastikan informasinya benar, akurat, dan enggak asal menyalin dari sumber lain. Kedalaman bahasan harus cukup, enggak terlalu dangkal, tapi juga gak bertele-tele. Gunakan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami siapa saja, termasuk pembaca awam.

Jangan lupa menjaga orisinalitas. Artikel yang benar-benar dibuat sendiri akan lebih bernilai dan membantu membangun reputasi blog. Konten yang unik juga membuat blog lebih disukai mesin pencari.

2. SEO (Search Engine Optimization)

SEO adalah kunci supaya blog bisa ditemukan di Google. Saat melakukan review blog, periksa dulu struktur heading. Pastikan judul utama memakai H1, lalu subjudul menggunakan H2 atau H3 dengan rapi. Ini membantu mesin pencari memahami isi artikel.

Periksa juga penggunaan kata kunci. Kata kunci sebaiknya dimasukkan secara alami di judul, subjudul, dan beberapa kali di isi tulisan secara natural.

Meta title dan meta description juga harus diperhatikan. Ini adalah teks yang muncul di hasil pencarian, jadi harus jelas, singkat, dan membuat orang tertarik untuk mengklik.

Dengan optimasi SEO yang tepat, blog punya peluang lebih besar untuk menjangkau pembaca baru.

3. Desain dan Navigasi

Desain blog punya peran besar dalam kenyamanan pembaca. Layout yang rapi, warna yang gak terlalu mencolok, dan font yang mudah dibaca akan membuat pengunjung betah. Jarak antar paragraf juga memengaruhi kenyamanan mata, jadi jangan biarkan tulisan terlihat menumpuk.

Selain itu, kecepatan loading halaman sangat penting. Kalau blog butuh waktu lama untuk dibuka, pengunjung bisa langsung pergi sebelum sempat membaca.

Navigasi juga harus sederhana. Pastikan menu jelas, kategori tertata, dan ada fitur pencarian agar pembaca mudah menemukan artikel yang mereka cari.

Desain dan navigasi yang baik akan membuat pengunjung mau kembali lagi.

4. Performa Teknis

Performa teknis blog sering luput dari perhatian, padahal sangat memengaruhi pengalaman pengguna. Pertama, pastikan blog responsif. Artinya, tampilan blog menyesuaikan ukuran layar, baik di desktop, tablet, maupun ponsel.

Kedua, cek apakah ada link yang rusak atau halaman error. Link yang mati bisa membuat pembaca kesal dan merusak citra blog.

Ketiga, perhatikan keamanan situs. Gunakan SSL supaya alamat blog menggunakan “https” yang aman di mata pembaca dan mesin pencari.

Lakukan update rutin pada plugin atau tema untuk mencegah serangan dari celah keamanan. Performa teknis yang terjaga akan membuat blog lebih profesional dan tepercaya.

5. Branding dan Konsistensi

Branding membuat blog punya identitas yang mudah diingat. Branding ini bukan hanya soal logo doang lo! Tapi juga gaya bahasa, pemilihan warna, dan cara menyampaikan informasi. 

Semua elemen visual sebaiknya selaras dengan niche blog. Misalnya, blog tentang kesehatan bisa memakai warna-warna lembut dan desain bersih.

Gaya bahasa juga harus konsisten dari satu artikel ke artikel lain, supaya pembaca merasa familier. 

Selain itu, jaga kredibilitas. Pastikan semua informasi yang dibagikan akurat, ada sumber yang jelas, dan gak menyesatkan. Branding dan konsistensi yang terjaga akan membangun kepercayaan pembaca dalam jangka panjang.

Baca juga: Teknik Bridging dalam Menulis Artikel

Review blog itu bukan pekerjaan sekali jalan. Review ini harus dilakukan secara berkala untuk memastikan blog selalu berkembang dan relevan.

Dengan evaluasi yang tepat, kamu bisa melihat peluang, menemukan kelemahan, dan memperbaiki bagian yang selama ini mungkin terlewat. Blog pun akan lebih siap bersaing, memberikan pengalaman terbaik bagi pembaca, dan membuka kesempatan baru untuk bertumbuh.

Apa Itu Review Blog dan Kenapa Penting untuk Blogger yang Ingin Naik Level?

Kalau ingin membawa blog ke tahap berikutnya, terutama dari sisi penghasilan, sesi review blog untuk monetasi bisa jadi langkah awal yang efektif. Di sini, blog akan dievaluasi menyeluruh untuk menemukan potensi yang bisa dioptimalkan, mulai dari konten, SEO, hingga strategi pemasukan.

Jika tertarik, bisa klik di sini untuk memesan sesi dan mulai merancang jalan menuju blog yang lebih produktif.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Buku Nonfiksi Gak Harus Rumit: Ini Cara Menyusunnya dengan Lebih Terarah

Buku nonfiksi sering kali terdengar serius dan berat, sampai banyak orang merasa minder duluan sebelum mencoba menulisnya. 

Padahal, kalau tahu cara memulainya, proses menulis buku nonfiksi bisa jauh lebih sederhana dan menyenangkan. Kamu nggak perlu jadi pakar besar atau punya bahasa yang rumit untuk bisa menyampaikan gagasan dengan jelas. Yang penting adalah punya arah yang jelas sejak awal, supaya isi bukunya nggak berantakan.

Cara Menyusun Buku Nonfiksi

Buku Nonfiksi Gak Harus Rumit: Ini Cara Menyusunnya dengan Lebih Terarah

Banyak penulis pemula terjebak karena terlalu fokus pada hasil akhir, sampai lupa menikmati prosesnya. Padahal, kalau langkah-langkahnya diatur dengan baik, menulis buku nonfiksi itu sebenarnya ringan dan lebih mudah diarahkan. 

Nggak perlu juga terburu-buru atau menuntut semuanya sempurna sejak awal. Yang penting, kamu tahu apa yang ingin kamu sampaikan dan siapa yang akan membaca bukumu. Dari situ, pelan-pelan semuanya bisa kamu susun dengan rapi.

1. Tentukan Tujuan dan Pembaca

Langkah pertama ini sering dianggap sepele, padahal penting banget. Coba pikirkan dulu, buku yang mau kamu tulis ini sebenarnya untuk siapa. Apakah pembacanya pemula yang belum tahu apa-apa? Atau mereka sudah cukup paham tapi butuh wawasan yang lebih dalam? Semakin jelas target pembacanya, semakin mudah menentukan cara menjelaskan. 

Lalu tentukan juga tujuannya. Apakah kamu ingin mengajari sesuatu secara praktis? Atau ingin berbagi pengalaman hidup yang menginspirasi? Atau mungkin ingin meyakinkan pembaca tentang sebuah gagasan? 

Tujuan yang jelas akan memengaruhi nada tulisan, contoh-contoh yang dipakai, bahkan panjang pembahasan. Jangan lupa, sesuaikan gaya bahasa dengan siapa yang membaca. Kalau untuk orang awam, pakai bahasa sederhana. Kalau untuk profesional, boleh pakai istilah-istilah teknis tapi tetap dijelaskan.

Baca juga: Kenapa Banyak Orang Gagal Menulis Buku Pertamanya sampai Selesai?

2. Pilih Tema Utama dan Batasi Topik

Setelah tahu siapa pembacanya dan untuk apa bukunya, sekarang tentukan temanya. Tema ini adalah benang merah dari awal sampai akhir. Pastikan satu buku hanya punya satu tema besar. Jangan serakah ingin membahas semuanya sekaligus. 

Misalnya, kalau temanya tentang cara memulai bisnis online, tentukan bisnis online yang seperti apa, karena bisnis online kan luas banget. Hal ini penting supaya pembahasan tetap fokus dan tidak melebar ke mana-mana. 

Misalnya, kalau temanya “bisnis online untuk pemula,” berarti kamu nggak perlu menjelaskan strategi lanjutan yang rumit. Dengan begitu, pembaca juga tidak akan bingung karena materi yang terlalu banyak atau terlalu berat. Catat juga poin-poin apa yang tidak akan kamu bahas. Ini membantu kamu tetap berada di jalur saat menulis.

3. Buat Kerangka atau Outline

Kerangka itu ibarat peta perjalanan. Kalau nggak ada peta, kamu bisa nyasar. Makanya, bikin dulu kerangka sebelum mulai nulis. Tulis bab per bab secara garis besar. 

Biasanya diawali dengan pembuka yang menjelaskan kenapa topik ini penting. Lalu di bagian tengah diisi dengan inti pembahasan, bisa berupa cara-cara, tips, atau cerita. Terakhir, tutup dengan bab penutup yang merangkum semuanya. Di bagian kerangka ini, nggak perlu detail dulu. Cukup tuliskan poin-poin penting yang ingin disampaikan di setiap bab. Kalau sudah jelas, baru nanti dikembangkan saat nulis draft. 

Dengan punya kerangka, kamu jadi lebih tenang karena tahu apa yang harus ditulis duluan dan apa yang menyusul.

4. Kumpulkan Bahan dan Data

Menulis buku nonfiksi itu harus punya dasar yang kuat, jadi nggak cuma mengandalkan ingatan saja. Setelah kerangka selesai, waktunya mengumpulkan bahan. Bisa dari buku lain, artikel, jurnal, atau wawancara. Kalau ada pengalaman pribadi yang relevan, itu juga bagus banget buat dimasukkan. 

Catat semua informasi yang kamu temukan, lengkap dengan sumbernya. Ini penting kalau nanti mau dicek lagi atau dimasukkan ke daftar pustaka. Jangan malas bikin catatan, karena kalau sudah lupa, cari lagi itu lebih ribet. 

Kalau bisa, kumpulkan juga contoh-contoh nyata atau cerita kasus yang bisa bikin buku lebih hidup. Data dan fakta akan bikin buku kamu lebih kredibel di mata pembaca.

5. Tulis Draf Pertama Tanpa Mikir Sempurna

Nah, sekarang bagian yang kadang bikin orang berhenti: nulis draf pertama. 

Ingat, tujuan dari draf pertama itu bukan untuk sempurna. Yang penting tulis dulu semuanya sampai selesai. Jangan berhenti hanya karena merasa kalimatnya kurang bagus. Nggak apa-apa kalau masih berantakan atau banyak typo. Yang penting idenya keluar semua dulu. 

Banyak orang gagal selesai karena terlalu sibuk ngedit di tengah jalan. Padahal, memperbaiki itu nanti saja setelah semua selesai. Saat menulis draf pertama, usahakan jangan terlalu sering berhenti buat mikir. Biar alurnya tetap lancar dan idenya nggak hilang.

6. Edit dan Rapikan

Kalau draf pertama sudah selesai, sekarang waktunya diulik lagi. Baca dari awal sampai akhir. Periksa apakah susunannya sudah logis. Lihat juga apakah setiap bab mengalir dengan enak atau masih lompat-lompat. Perbaiki kalimat yang terlalu panjang atau bikin bingung. Potong bagian yang nggak perlu supaya lebih padat. Kalau menemukan ide baru, boleh ditambahkan, asal nggak bikin topiknya jadi melebar. Cek juga apakah ada istilah yang terlalu teknis dan perlu dijelaskan. 

Kalau bisa, minta teman atau orang lain untuk membaca dan memberi masukan. Kadang kita nggak sadar ada bagian yang kurang jelas, tapi orang lain bisa melihatnya.

7. Tambahkan Nilai Tambah

Buku nonfiksi yang bagus biasanya punya “bonus” buat pembacanya. Setelah isi utama beres, coba pikirkan apa yang bisa bikin buku lebih menarik. Misalnya, kamu bisa menambahkan ilustrasi, tabel, atau infografis supaya pembaca lebih mudah memahami. Bisa juga kasih studi kasus nyata biar lebih membumi. Atau tambahkan checklist, panduan langkah-langkah, bahkan ruang catatan di akhir bab. 

Hal-hal seperti ini bikin pembaca merasa dapat lebih banyak manfaat dari bukumu. Mereka juga jadi lebih mudah mengingat apa yang sudah dipelajari. Jangan lupa, pastikan nilai tambah ini tetap relevan dengan tema besar buku.

Baca juga: Mengenal Jenis-Jenis Tulisan dan Tip Menulis Kreatif buat yang Pengin Mulai

Buku nonfiksi nggak harus jadi beban yang bikin kamu pusing setiap kali mau mulai. Dengan langkah yang tepat dan arah yang jelas, proses menulisnya bisa terasa lebih ringan dan menyenangkan. Kamu cuma butuh keberanian untuk menuangkan ide dan kesabaran buat menyusunnya pelan-pelan. Nggak ada aturan kaku yang harus kamu ikuti, selama pesannya sampai ke pembaca dengan baik. Jadi, jangan terlalu keras sama diri sendiri, nikmati saja prosesnya dari awal sampai akhir.

Kalau kamu ingin bukumu lebih terarah dan butuh teman diskusi untuk menyusun ide-idenya, kamu juga bisa booking sesi konsultasi penulisan. Kita bisa ngobrol santai tentang cara memulai, menyusun kerangka, sampai menyiapkan draf yang siap jalan. Kalau tertarik, bisa klik di sini.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Cara Mengedit Tulisan Hasil AI agar Tidak Terlihat Kaku dan Generik

Mengedit tulisan hasil AI sering bikin orang bingung karena hasil awalnya kadang terasa terlalu kaku dan datar. Banyak yang sudah mencoba menulis dengan bantuan AI, tapi hasilnya malah terdengar seperti robot yang sedang membaca teks. 

Padahal, dengan sentuhan yang tepat, tulisan itu bisa jadi lebih hidup dan enak dinikmati. Proses ini sebenarnya gak serumit yang dibayangkan, asalkan tahu apa yang harus diperhatikan sejak awal.

Cara Mengedit Tulisan Hasil AI

Banyak contoh tulisan AI yang secara teknis benar, tapi rasanya hambar kalau dibaca. Pembaca jadi cepet bosan karena nadanya monoton dan pilihan katanya kurang variatif. Atau malah banyak diksi yang gak tepat. Kayak aneh aja gitu, gak pada tempatnya dipake. Bagus sih, tapi kayak gak pas.

Ya, memang sekarang banyak orang tiba-tiba bisa nulis bagus. Yaaah, gak papa. Saya sih gak merasa tersaingi. Kayak pas Canva pertama ada, banyak yang khawatir profesi desainer grafis akan terancam. Nyatanya, kalo gak ngerti desain, ya tetep susah juga pake Canva. Hasilnya pasti kacau.

Begitu juga dengan AI kayak ChatGPT. Kamu bisa saja pake buat bikin tulisan. Tapi, kalau dari sononya kamu kurang taste, ya jadinya … gitu deh. Tetap saja hasil tulisan gak sistematis, gak rapi, terus kalau misalkan minta bantuan AI, ya jadinya AI banget.

Sebaliknya, kalau kamu memang punya taste menulis, hasil AI di tanganmu ya akan jadi kayak tulisanmu sendiri. Gak berasa Ainya. AI sekadar alat buat mempercepat proses kerja.

So, apakah harus worry dengan adanya AI? Harusnya sih enggak.

So, balik lagi ke soal hasil tulisan AI. Kalau hasil generated AI dibiarkan begitu saja, pesan yang ingin disampaikan banyak kali jadi kurang kena. Di sinilah pentingnya mengolah lagi hasilnya supaya lebih manusiawi. Tujuannya sederhana, supaya pembaca merasa seperti sedang diajak ngobrol, gak kayak membaca laporan kaku.

Jadi, gimana cara mengedit tulisan hasil AI? Ini dia cara saya.

Cara Mengedit Tulisan Hasil AI agar Tidak Terlihat Kaku dan Generik

1. Baca Ulang dengan Sudut Pandang Pembaca

Langkah ini sering dilewatkan, padahal penting sekali. Coba baca tulisanmu pelan-pelan, seolah-olah kamu orang yang baru pertama kali membaca topik itu. Rasakan apakah kalimatnya terlalu berat, terlalu formal, atau malah membingungkan. 

Kalau sudah terasa aneh di telinga sendiri, pembaca pasti juga akan merasakannya. Tandai bagian yang terdengar terlalu resmi atau kayak robot yang berbicara. Catat juga bagian yang terasa hambar atau berulang. 

Dengan begitu kamu bisa tahu bagian mana saja yang perlu dihangatkan nadanya. Jangan buru-buru mengedit tulisan sebelum benar-benar merasakan nadanya sendiri. Cara ini bikin kamu lebih peka terhadap tulisanmu sendiri.

Baca juga: Plus Minus Menggunakan AI dalam Proses Menulis Artikel

2. Hilangkan Frasa Klise dan Jargon Berlebihan

Jadi, udah tahu kan, kalau hasil AI itu “khas”? Beberapa frasa yang saya tangkap dan hafal dari hasil AI itu adalah “…. merupakan jendela ke …”, “…. bukan hanya …, tetapi …”, terus sering banget pakai diksi-diksi aneh yang kadang gak pernah kita dengar di percakapan sehari-hari.

Kalau dirasa-rasakan, tulisan AI itu klise, terdengar “megah”, tapi sebenarnya kosong. Diganti sama kata yang lebih sederhana malah lebih masuk. 

Ngawang-awang. Gak jelas ketemunya gitu loh.

Nah, jadi penting buat kamu tahu persis apa yang ditulis. Kalau misalnya gak jelas maksudnya apa, atau sebenarnya artinya simpel, tapi malah jadi mbulet, hapus saja atau ganti dengan kalimat lain. 

Jargon teknis juga sering bikin pembaca bingung kalau enggak dijelaskan. Pilih kata-kata yang lebih manusiawi dan mudah dicerna. Tulis seolah-olah kamu sedang ngobrol dengan orang, bukan memberi kuliah.

3. Pecah Kalimat Panjang Jadi Lebih Pendek

Nah, satu lagi yang khas dari AI tuh suka membuat kalimat panjang, penuh koma, penuh em dash, dan kadang susah dipahami dalam sekali baca. 

Ya, memang sih, pemakaian em dash gak selalu berarti pake AI. Saya juga sering pake. Baik sebelum ada AI, juga sesudah AI suka pake juga. Tapi yang keluaran AI itu kayak gak tepat aja gitu.

So, kalau menemukan yang kayak gini atau yang terlalu panjang, supaya lebih enak dibaca, pecah kalimat panjang menjadi dua atau tiga bagian yang lebih sederhana. Kalimat pendek membuat pesan lebih jelas dan terasa ringan. 

Misalnya, daripada menulis satu kalimat dengan tiga anak kalimat, lebih baik pisahkan idenya jadi beberapa kalimat. Ini juga membantu pembaca bernapas dan menyerap informasi pelan-pelan. 

Jangan takut kalau hasilnya jadi banyak titik. Justru itu lebih terasa alami dan manusiawi. Tulisan dengan kalimat pendek terasa lebih akrab. Tapi ya jangan terlalu pendek juga sih, jadi rasanya kayak disentak-sentak gitu.

4. Tambahkan Sentuhan Emosi dan Nuansa

Tulisan AI biasanya sangat datar, hanya menyampaikan fakta tanpa perasaan. Padahal, emosi kecil bisa membuat tulisan lebih hidup dan dekat dengan pembaca. 

Misalnya, jangan hanya bilang “membaca buku meningkatkan wawasan”, tapi tambahkan sedikit rasa, seperti “membaca buku sering bikin pikiran terbuka dan kadang bikin kita merenung lama”. 

Jadi, coba deh tambahin kata-kata yang menyiratkan perasaan hangat, antusias, atau bahkan heran. Ini bikin tulisan lebih manusiawi. Pembaca juga lebih gampang terhubung kalau merasakan ada perasaan di balik tulisan itu. Jangan ragu untuk memberi warna, asal jangan berlebihan juga.

5. Gunakan Kosakata yang Lebih Bervariasi

AI sering memilih kata yang sama berulang-ulang atau terlalu formal. Kalau kamu menemukan kata yang dipakai terlalu sering, ganti dengan sinonimnya. 

Misalnya, kalau terlalu banyak “menjelaskan”, bisa diganti dengan “menceritakan”, “menguraikan”, atau “membahas”. 

Jangan pakai kata yang rumit hanya supaya terdengar pintar. Sebaliknya, pilih kata yang tepat, ringan, dan sesuai dengan suasana yang ingin dibangun. 

Variasi kata bikin pembaca nggak cepat bosan. Tulisan juga terasa lebih bernyawa. Balik lagi ke poin 1, cobalah baca keras-keras untuk melihat apakah pilihan katanya sudah enak di telinga.

6. Perbaiki Transisi Antarparagraf

Kadang, tulisan AI terasa seperti potongan-potongan terpisah yang berdiri sendiri. Supaya terasa mengalir, perbaiki transisi antarparagraf dengan kalimat penghubung yang halus. 

Misalnya, gunakan kata-kata seperti “selain itu,”, “di sisi lain,”, “menariknya,”, atau “lebih lanjut”. Transisi yang baik membantu pembaca pindah dari satu ide ke ide berikutnya tanpa terasa kaget. 

Dengan begitu, tulisan terlihat lebih rapi dan punya arah yang jelas. Jangan biarkan pembaca bingung kenapa tiba-tiba topik berubah. Pastikan tiap bagian saling terhubung dengan alami.

7. Sesuaikan Nada dengan Audiens

AI cenderung memakai nada yang formal dan aman. Padahal, nada tulisan sebaiknya disesuaikan dengan siapa yang akan membaca. Kalau untuk audiens santai, gunakan bahasa yang lebih akrab dan ringan. Kalau untuk audiens profesional, tetap sederhana tetapi lebih elegan. 

So, cuma kamu yang tahu siapa pembacamu. Ya, cuma kamu. *halah

Jadi, jaga tulisanmu, jangan sampai nadanya terlalu dingin atau malah terlalu bercanda kalau enggak sesuai. Kadang AI ya bisa disuruh berbahasa kasual, tapi jatuhnya juga cringe. Terlalu “ramah”, if you know what I mean.

Jadi, jangan langsung kopas mentah-mentah, sesuaikan cara penyampaiannya seperti cara kamu berbicara dengan pembaca dalam situasi nyata. Ini bikin tulisan terasa lebih pas di hati.

8. Sisipi Contoh atau Cerita Nyata

AI suka membuat penjelasan yang terlalu teoritis atau abstrak. Supaya lebih mudah dipahami, tambahkan contoh kecil atau cerita nyata. 

Misalnya, kalau membahas tentang manajemen waktu, beri contoh nyata seperti “Kemarin saya coba bikin to-do list sebelum tidur. Jadi, paginya saya langsung tahu apa yang kudu dilakukan lebih dulu sebelum yang lain. Jadi, saya gak buang-buang waktu lagi.” 

Contoh konkret membantu pembaca membayangkan apa yang dimaksud. Cerita juga bisa bikin pembaca lebih tertarik dan betah membaca sampai akhir. Jangan takut untuk pakai pengalaman sehari-hari atau situasi sederhana sebagai ilustrasi. Ini membuat tulisan lebih hidup dan terasa benar-benar ditulis oleh manusia.

Baca juga: 8 Langkah Self Editing bagi Para Blogger untuk Menghasilkan Artikel yang Bersih dan Rapi

Mengedit tulisan hasil AI sampai terasa alami memang butuh waktu dan latihan, tapi hasil akhirnya akan jauh lebih enak dibaca. Dengan sedikit usaha, tulisan yang tadinya kaku bisa berubah jadi lebih mengalir dan terasa manusiawi. Cara ini juga bikin pesan yang ingin disampaikan lebih mudah dipahami pembaca. Kalau sudah terbiasa, prosesnya akan terasa lebih ringan dan cepat. Intinya, jangan takut buat bereksperimen supaya hasil akhirnya benar-benar sesuai dengan gaya yang diinginkan.

Mentoring SEO dan  Blog

Kalau butuh teman diskusi untuk belajar lebih dalam soal cara mengedit tulisan hasil AI agar tidak terlihat kaku dan generik, sekalian mengasah kemampuan menulis untuk blog, saya juga buka sesi mentoring loh. Cocok banget nih buat pemula yang ingin jadi penulis, atau bisa juga buat pebisnis pemula yang pengin ngebranding bisnisnya. Kalau tertarik, bisa klik di sini dan ngobrol santai dulu.


Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Cara Menulis Essay Kuat dan Terarah


Banyak yang masih bingung ketika diminta menulis esai dengan baik. Padahal, kalau sudah tahu cara menulis essay yang benar, prosesnya jadi jauh lebih mudah. 

Esai yang bagus nggak cuma soal ide yang menarik, tapi juga soal bagaimana cara menyusunnya supaya enak dibaca. Kadang, ide sudah ada di kepala tapi saat dituangkan malah berantakan. Di sinilah pentingnya memahami langkah-langkahnya dulu sebelum mulai.

Cara Menulis Essay yang Kuat

Cara Menulis Essay Kuat dan Terarah

Sering kali orang langsung mengetik tanpa rencana, lalu berhenti di tengah jalan karena kehilangan arah. Itu wajar, apalagi kalau belum terbiasa. 

Menulis esai memang butuh sedikit trik supaya hasilnya rapi dan terasa meyakinkan. Dengan pendekatan yang tepat, tulisan juga jadi lebih terarah dan nggak membingungkan pembaca. 

Jadi, jangan buru-buru. Pelan-pelan saja, asal tahu cara menulis essay yang benar. Semuanya bisa dikerjakan dengan lancar.

1. Pahami Topik dan Tujuan

Sebelum mulai menulis, luangkan waktu untuk benar-benar memahami topik yang akan dibahas. Jangan terburu-buru karena sering kali masalah datang justru dari sini. 

Kalau topik sudah ditentukan, baca instruksinya pelan-pelan dan pastikan sudah jelas apa yang diminta. Kalau bebas memilih topik, pilih sesuatu yang dikuasai dan cukup menarik supaya lebih semangat mengerjakannya. 

Selain itu, pastikan juga paham tujuan esainya. Apakah tujuannya untuk meyakinkan pembaca, menjelaskan sesuatu, atau sekadar berbagi pengalaman? Memahami tujuan akan membantu menentukan gaya bahasa dan arah tulisan sejak awal.

2. Riset Dulu sebelum Menulis

Setelah tahu topiknya, jangan langsung duduk dan mengetik. Ambil waktu untuk mengumpulkan informasi yang mendukung ide yang mau disampaikan. Cari data, fakta, contoh, atau pengalaman yang bisa memperkuat argumen. 

Walau opini, tetap penting untuk punya dasar yang logis dan bukan asal berpendapat. Catat poin-poin penting dari hasil riset supaya enggak lupa nanti pas menulis. Riset juga membantu menemukan sudut pandang yang mungkin sebelumnya enggak kepikiran.

Semakin banyak tahu, tulisan akan terasa lebih meyakinkan dan berbobot.

3. Buat Kerangka Esai

Banyak orang melewatkan langkah ini padahal penting. Membuat kerangka akan membantu tulisan tetap rapi dan tidak melantur ke mana-mana. Cukup buat daftar singkat tentang apa saja yang mau dimasukkan di pendahuluan, isi, dan penutup. Di bagian isi, rinci lagi menjadi beberapa poin utama beserta contoh atau data pendukungnya. 

Dengan kerangka, cara menulis essay jadi lebih mudah karena sudah ada panduannya. Selain itu, kerangka juga membantu memastikan semua ide penting tidak ada yang terlewat. Jadi jangan malas bikin kerangka meski cuma berupa coretan sederhana.

4. Tulis Pendahuluan yang Jelas

Pendahuluan adalah pintu masuk untuk pembaca, jadi harus dibuat menarik. Jangan bikin terlalu panjang atau bertele-tele karena bisa bikin orang bosan. Bisa mulai dengan fakta mengejutkan, pertanyaan yang memancing rasa ingin tahu, atau cerita singkat yang relevan. 

Setelah itu, perkenalkan topik secara jelas supaya pembaca paham konteksnya. Jangan lupa sertakan tesis, yaitu kalimat utama yang menjelaskan posisi atau arah tulisan secara ringkas. Kalau pembaca sudah tertarik dan mengerti arah tulisan sejak awal, mereka akan lebih mudah mengikuti sampai selesai.

5. Kembangkan Isi dengan Argumen yang Kuat

Bagian isi adalah tempat semua ide utama dituangkan. Biasanya terdiri dari beberapa paragraf, masing-masing membahas satu poin penting. Pastikan setiap paragraf punya ide utama yang jelas dan didukung contoh, data, atau cerita nyata supaya lebih meyakinkan. 

Jangan hanya menuliskan opini mentah tanpa alasan yang jelas karena bisa terasa lemah. Usahakan tetap fokus di setiap paragraf dan jangan melompat-lompat topik. 

Kalau perlu, pakai kalimat sederhana tapi padat supaya pesan lebih mudah dipahami. Semakin kuat argumen yang disajikan, esai akan terasa lebih berbobot.

6. Gunakan Transisi yang Halus

Supaya tulisan terasa enak dibaca, sambungkan antarparagraf dengan baik. Jangan sampai pembaca merasa lompat dari satu ide ke ide lain tanpa jembatan. Gunakan kata-kata transisi seperti ‘selain itu’, ‘di sisi lain’, ‘sebaliknya’, atau ‘karena itu’ untuk menjaga alur tetap mengalir. 

Kalimat transisi juga membantu pembaca melihat hubungan antara ide yang satu dengan yang berikutnya. Kalau tidak pakai transisi, tulisan bisa terasa kaku dan terpotong-potong. Jadi pastikan setiap bagian tetap nyambung dan lancar dibaca sampai akhir. Transisi yang baik bikin pembaca betah mengikuti.

7. Tutup dengan Kesimpulan yang Mantap

Kesimpulan adalah bagian penutup yang harus meninggalkan kesan kuat. Jangan sekadar mengulang isi, tapi tegaskan kembali inti dari tulisan dengan kalimat yang lebih singkat. 

Kalau ada, bisa tambahkan saran, refleksi, atau ajakan berpikir lebih lanjut untuk pembaca. Kesimpulan yang baik juga membantu pembaca merasa puas setelah membaca. Jangan bikin terlalu panjang supaya tidak mengaburkan poin utamanya. 

Tutup dengan kalimat yang mantap dan memberi kesan bahwa esai sudah lengkap. Dengan begitu, pembaca lebih mudah mengingat isi tulisan.

8. Revisi dan Perbaiki

Setelah selesai menulis, jangan langsung dikirim atau dipublikasikan. Baca ulang pelan-pelan untuk melihat apakah ada kalimat yang terlalu rumit, typo, atau ide yang kurang jelas. 

Kadang saat membaca lagi, kita menemukan bagian yang bisa diperbaiki supaya lebih enak dibaca. Kalau sempat, minta orang lain membaca juga untuk memberi masukan. 

Revisi ini penting supaya hasil akhirnya lebih rapi dan profesional. Jangan malas memperbaiki karena revisi sering membuat esai jadi jauh lebih bagus daripada draf pertama. Anggap saja sebagai tahap penyempurnaan sebelum benar-benar selesai.

Sekarang sudah kelihatan bahwa cara menulis essay yang rapi dan terarah sebenarnya bisa dipelajari dengan langkah yang sederhana. 

Kuncinya ada di persiapan, ketelitian, dan kemauan untuk terus memperbaiki diri. Jangan takut untuk mencoba karena semakin sering berlatih, tulisan akan terasa lebih natural dan enak dibaca. Kalau sudah paham alurnya, membuat esai yang kuat bukan lagi sesuatu yang bikin pusing. Cukup pelan-pelan, nikmati prosesnya, dan hasilnya akan mengikuti.


Kalau masih ingin belajar lebih jauh tentang cara menulis essay sambil sekalian belajar SEO supaya lebih menarik, bisa juga ngobrol santai di sesi mentoring. Kalau tertarik, bisa klik di sini untuk booking dan mulai pelan-pelan membenahi tulisan dengan cara yang lebih nyaman.

 

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Cari Blog Ini

About me





Content & Marketing Strategist. Copy & Ghost Writer. Editor. Illustrator. Visual Communicator. Graphic Designer. | Email for business: mommycarra@yahoo.com

Terbaru!

Langkah-Langkah Menulis Resensi yang Baik dan Benar, Lengkap untuk Pemula

Menulis resensi bukan sekadar menceritakan ulang isi buku, film, atau karya seni. Lebih dari itu, resensi adalah cara kita menilai sebuah k...

Postingan Populer

  • 15 Ide Style Feed Instagram yang Bisa Kamu Sontek Supaya Akunmu Lebih Stylish
    Hae! Kemarin saya sudah bahas mengenai do's and donts dalam mengelola akun Instagram , terus ada pertanyaan yang mampir, "Ka...
  • Teknik Bridging dalam Menulis Artikel
    Teknik bridging barangkali adalah teknik menulis yang cukup jarang dibahas. Padahal, ini cukup penting lo! Teknik bridging sering sekali say...
  • Menulis Storytelling Agar Menarik dan Tidak Membosankan
    Artikel storytelling itu nggak akan pernah ada matinya. Mungkin memang nggak selalu berpotensial viral atau booming (kecuali topikny...
  • Freelancer Ngomongin Investasi: Jual Rumah di Bandung
    Mungkin enggak banyak yang tahu, kalau saya punya rumah di Bandung. Eh, suami sih yang beli. Hihihi. Ngaku-ngaku aja lu, Mak. Belum la...
  • Do's and Dont's dalam Mengelola Akun Instagram Jika Kamu Pengin Memonetisasinya
    Ada yang belum pernah punya akun di Instagram? Keknya hampir semua orang zaman now pasti sudah punya akun Instagram ya. Walaupun nanti...

Blog Archive

Portofolio

  • Buku Mayor
  • Portfolio Konten
  • Portfolio Grafis
  • Konten Web
  • Copywriting
  • E-book
  • Buku Fiksi
  • Ilustrasi

Follow Me

  • instagram
  • Threads

Created with by ThemeXpose