[Guest Post] Sudut Pandang Lain tentang SEO: Masihkah Optimasi SEO Layak Dilakukan di Tahun 2019?

by - April 28, 2019

Masihkah Optimasi SEO Layak Dilakukan di Tahun 2019?



Guest post Masihkah Optimasi SEO Layak Dilakukan di Tahun 2019? ini ditulis oleh Zai Z untuk CarolinaRatri.com


Mendekati akhir Desember 2018 atau sekitar 3-4 bulan sejak blog saya pertama kali meluncur di pertengahan bulan Juli, trafik yang berhasil saya peroleh di blog ternyata baru bisa menyentuh angka 20 sampai 55 pengunjung per hari. Trafik ini tentu sangat kecil untuk ukuran blog yang sudah berusia paling tidak satu kuartal.

Namun mengingat selama itu saya jarang sekali melakukan riset keyword dan optimasi SEO pada hampir seluruh artikel yang saya publikasikan, ditambah juga saya termasuk jarang sekali blogwalking, otomatis size trafik tersebut bagi saya masih merupakan sesuatu yang wajar.

Memangnya berapa juga sih jumlah trafik yang bisa saya harapkan di blog saya sementara saya tidak benar-benar melakukan riset keyword dan optimasi SEO?


Lalu, Saya Mencoba Melakukan Optimasi Artikel SEO 


Ketika masuk di bulan ke-5 saya mulai deh fokus hanya membuat artikel yang benar-benar dapat langsung menarik trafik ke blog. Dan untuk mewujudkan hal tersebut, saya pun menentukan empat syarat penting yang harus dipenuhi oleh setiap artikel yang akan saya buat, yaitu:
  1. Bebas menggunakan kata kunci apa saja selama bisa menarik trafik
  2. Harus menyasar kata kunci dengan persaingan yang rendah: 10 – 100, atau 100 – 1K pencarian per bulan. 
  3. Menghindari membuat artikel dengan kata kunci yang banyak ditarget oleh situs-situs besar, seperti situs media online, website perusahaan, blog dengan DA yang tinggi (maxmanroe, panduanim, sugeng), dan lain-lain. 
  4. Terakhir, kualitas artikel yang saya buat harus lebih baik dari artikel yang sudah masuk di halaman pertama. Termasuk juga harus teroptimasi SEO dengan baik. 

Nah, setelah melakukan riset sana sini, saya akhirnya menyimpulkan untuk membuat artikel dengan 5 kata kunci berikut, yakni:
  • Lomba debat bahasa Indonesia
  • Faktor penyebab kemiskinan
  • Cara mengatasi kemiskinan
  • Dampak kemiskinan, dan
  • Contoh debat bahasa Indonesia
Kemudian, saya buat artikelnya. Saya share ke media sosial. Dan saya blogwalking hingga seluruh artikel tersebut berhasil menempati halaman pertama Google dalam waktu yang cukup singkat. Alhasil, trafik blog saya pun meningkat menjadi 500 – 3000 pengunjung per hari.

Dan trafik tersebut paling banyak di-generate oleh artikel dengan kata kunci “contoh debat bahasa Indonesia” yang per harinya rata-rata mampu memberikan trafik 1000 - 2000 pengunjung per hari.

Namun ironisnya, kondisi tersebut ternyata hanya bisa saya nikmati beberapa minggu saja. Setelah Google mengupdate algoritma mesin pencarinya pada tanggal 12 Maret yang lalu (March 2019 Core Update), 4 dari 5 artikel tersebut peringkatnya tiba-tiba menurun secara drastis. Tenggelam.

Entah ke halaman berapa-nya Google saya kurang tahu. Namun yang pasti my blog traffic is also plummeted. Naas. 


Algoritma Google akan Senantiasa Berubah




Sejak dulu sebetulnya saya sudah tahu kalau Google akan selalu mengupdate dan menyempurnakan algoritma mereka setiap saat. Dan hal ini dilakukan agar mesin pencari tersebut bisa sesempurna mungkin memberikan jawaban yang paling sesuai dari setiap searching yang dilakukan oleh para penggunanya.

Misal, jika ada yang mencari tentang “bagaimana cara menjadi youtuber sukses”, maka yang muncul di halaman pertama haruslah hanya daftar situs dengan artikel yang memberikan kiat-kiat mengenai cara menjadi seorang youtuber yang sukses. Bukan artikel yang membahas tentang “pengertian youtuber”, “cara menjadi youtuber”, “tips menghasilkan uang dari youtube”, atau artikel-artikel lainnya yang tidak relevan.

Maka dari itu, Google pun selalu menyesuaikan algoritma mereka berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Seperti nilai Domain Authority (DA) & Page Authority (PA) dari sebuah situs, jumlah backlink berkualitas yang mengarah ke sebuah situs, kualitas konten yang dimiliki, kecepatan load dari sebuah website/blog, dan lain-lain.

Nah, dari semua kriteria penentu peringkat situs yang digunakan oleh Google pada algoritmanya, menurut saya cuman ada 3 (tiga) yang paling menentukan. Mari kita lihat.


3 Penentu Utama Peringkat Google

1. Backlink

Backlink adalah faktor utama yang menjadi tolak ukur apakah blog/website kamu layak memperoleh space (ruang) di halaman pertama google. Semakin banyak backlink yang situs kamu dapatkan, semakin besar pula peluang situs kamu masuk ke halaman pertama Google.

Namun ingat, backlink di sini maksudnya adalah backlink yang dofollow dan berkualitas. Artinya backlink yang diperhitungkan oleh algoritma Google dan berasal dari situs-situs yang terpercaya (memiliki DA & PA yang tinggi).

Lantas bagaimana cara supaya kita bisa memperoleh backlink yang berkualitas? Jawabannya adalah berikut ini:
  • Buatlah konten yang berkualitas. Karena hanya konten yang seperti inilah yang mampu menarik pemilik situs lain untuk memberikan link dofollow yang mengarah ke situs kita.
  • Lakukan guest post. Tapi jangan lupa untuk menitipkan link. 
  • Jika kamu punya bujet, cobalah pertimbangkan untuk melakukan kerja sama sponsored post di situs/blog orang lain. Strategi yang satu ini sangat cocok dilakukan bila situs kamu merupakan situs perusahaan. 


2. Domain Authority (DA)

Sejatinya nilai Domain Authority yang dimiliki oleh sebuah website itu merupakan gambaran dari backlink berkualitas yang didapatkan oleh website tersebut. Jadi, semakin banyak backlink berkualitas yang diperoleh oleh situs tersebut, maka bisa dipastikan akan semakin tinggi pula nilai Domain Authoritynya.

Selain karena backlink, saya percaya Domain Authority juga dipengaruhi oleh usia dari situs tersebut. Artinya, semakin lama situs tersebut aktif, maka semakin tinggi pula nilai DA yang dimilikinya. Jadi, sama seperti artis yang membangun popularitas mereka, blog juga membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk membangun otoritasnya di jagad perbloggeran.

Lagi pula, everything takes time, fellas!

3. Page Speed

Setiap orang pasti benci dengan situs yang lalod alias lambat loading. Google pun demikian.

Google also hates slow websites. Like literally.

Makanya, jangan heran jika kita menemukan ada blog di luar sana yang peringkatnya masih di bawah dari blog lain pada kata kunci tertentu, padahal blog tersebut memiliki konten yang jauh lebih bagus daripada blog yang di atasnya. Kemungkinan besar itu terjadi karena pengaruh dari page speed blog tersebut yang cenderung lambat.

Okelah. Saya mengerti.

Anggaplah hal tersebut memang benar. Page speed benar-benar memiliki pengaruh pada peringkat situs kita di SERP (Search Engine Result Pages).

Lalu, apa sih yang bisa kita lakukan? Jawabannya sederhana: Tingkatkanlah kecepatan website kita.

Caranya?

  • Lakukan analisis. Sebelum buru-buru meng-uninstall plugin atau tema di blog Wordpress (jika kamu menggunakan Wordpress), atau meresize/menghapus gambar yang ada di situs kamu, dan lain-lain, sebaiknya analisislah terlebih dahulu di mana letak masalah yang memperberat loading website kamu. Dan hal ini bisa kamu lakukan dengan mengunjungi halaman berikut ini: Google Page Speed.
  • Lakukan perbaikan. Tentunya sesuai dengan data dan saran yang kamu peroleh sebelumnya di langkah pertama. It’s so obvious, isn’t it? 
  • Upgrade paket hosting. Jika kamu sudah melakukan sejumlah perbaikan tetapi website kamu tampaknya masih loading juga, maka silakan upgrade paket hosting kamu ke paket yang lebih baik. Bahkan kalau perlu pilihlah paket dengan layanan dedicated server. Sekali lagi kalau perlu. 

Lantas bagaimana dengan SEO On-Page?

Menurut saya strategi On-Page SEO ini tetap akan memiliki pengaruh, tetapi kayaknya tidak begitu signifkan seperti pada waktu sebelum-sebelumnya. (Wah, begitukah? Adakah tautan yang bisa mendukung kesimpulan ini? - Carra)

Dan hal ini sudah beberapa kali saya buktikan lewat sejumlah artikel yang sangat teroptimasi di blog saya. Bayangkan, artikel saya yang berjumlah lebih dari 2000 kata dengan optimasi keyphrase yang normal dan tersebar merata di seluruh bagian artikel, ada gambarnya, ada videonya, ada link outbond dan inboundnya, hingga custom meta descriptionnya saja, peringkatnya masih juga kalah dengan artikel dari situs lain yang jumlah katanya masih di bawah 1000 kata.

Dan semua itu terjadi gara-gara Domain Authority (DA) blog saya yang memang masih di bawah dari DA-nya situs tersebut. (Sekali lagi, adakah referensi yang mendukung tentang fakta ini? Kalau ada, nanti disusulkan yah, dan akan aku tambahkan. - Carra)
 

Jadi, apakah strategi optimasi SEO masih layak dijalankan di Tahun 2019?


Jawabannya adalah Iya untuk Off-Page SEO, tetapi tidak terlalu untuk On-Page SEO.

Strategi Off-Page SEO seperti memperbanyak jumlah backlink berkualitas (link building), melakukan promosi di media sosial, guest posting, membangun popularitas, hingga sabar menunggu Domain Authority meningkat dengan sendirinya seiring dengan umur blog kita adalah cara yang paling efektif dalam meningkatkan peringkat halaman situs kita di SERP.

Sementara untuk strategi On-Page SEO, menurut saya hanya bisa memberikan sedikit pengaruh terhadap peringkat halaman situs kita di SERP. Dia tetap berpengaruh, tetapi sedikit.

Adapun strategi On-Page SEO yang penting untuk diperhatikan adalah:

  1. Judul – Apakah mengandung kata kunci yang ditarget? (tidak harus berurutan), Apakah judulnya menarik perhatian orang untuk mengklik?
  2. Permalink – Apakah mengandung kata kunci yang ditarget? (tidak harus berurutan) 
  3. Konten – Apakah mengandung kata kunci yang ditarget? (tidak harus berurutan dan juga tidak harus banyak). Sebisa mungkin cukup di tiga bagian saja, yaitu awal paragraf, isi, dan penutup. Atau tambah satu lagi di salah satu heading (H2) 
  4. Heading – Apakah kontennya mengandung heading? 
  5. Gambar – Apakah kontennya mengandung gambar? Apakah alt text gambarnya mengandung kata kunci? Apakah size gambarnya tidak terlalu besar? 


Voice Search: Trend SEO Terbaru yang Perlu Kamu Perhatikan

Selain podcast, voice search alias metode pencarian melalui suara di Internet nampaknya juga mulai populer dilakukan seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia. Bahkan menurut prediksi dari sejumlah pihak, 50% dari total pencarian di internet pada tahun 2020 semuanya bakal dilakukan via suara. Artinya, suka tidak suka strategi SEO yang sekarang ini masih sering kita lakukan haruslah perlahan-lahan diubah menyesuaikan dengan tren voice search yang sedang terjadi.

Nah, kenyataan inilah yang kemudian membuat saya semakin pusing. Cepatnya perubahan yang terjadi di industri SEO adalah fakta yang harus saya (dan teman-teman blogger yang lain barangkali [kecuali blogger artis/publik figur]) harus hadapi demi bisa tetap bersaing mendapatkan trafik organik.

Cukup rempong kan? lumayan deh ... Hehehe .

Oke.

Sekarang lanjut.

Apabila voice search benar-benar akan menjadi tren SEO di masa depan, lalu apa yang harus kita lakukan sebagai blogger agar tetap bisa beradaptasi?

Saya tidak tahu jawabannya. Tetapi teman saya, Brian Dean dari backlinko, tahu jawabannya. Dan ini dia:
  1. Kecepatan halaman situs atau page speed harus ditingkatkan
  2. Website sebaiknya menggunakan https (SSL) 
  3. Buatlah konten yang didalamnya mengandung jawaban dari suatu pertanyaan yang jelas dan singkat, serta dalam bentuk cuplikan. (Umumnya berjumlah 29 kata) 
  4. Tingkatkan Domain Authority dan Page Authority situs kamu 
  5. Buatlah konten yang memicu orang lain untuk melakukan share alias membagikannya 
  6. Buatlah konten yang panjang. (Saran: tulislah konten dengan panjang minimal 2.312 kata) 
  7. Optimasilah SEO konten kamu sehingga bisa berada di posisi tiga besar SERP. (sumber: “Halaman (situs) yang berada di peringkat 3 hasil teratas di desktop cenderung mendominasi hasil pencarian suara” – backlinko) 
  8. Optimasilah SEO konten kamu sehingga bisa muncul dalam bentuk featured snippet di halaman pertama google. (sumber: “40,7% hasil pencarian suara diambil dari featured snippet” – backlinko) Apa itu featured snippet? silahkan googling. 
  9. Buatlah konten yang mudah dibaca dan dipahami. (sumber: “Hasil pencarian suara rata-rata ditulis pada level (pemahaman) membaca (anak-anak) kelas 9. Menerbitkan konten yang sederhana dan mudah dipahami dapat membantu SEO voice search (situs kamu).” – backlinko)

Kesimpulan

SEO adalah industri dengan perubahan yang sangat cepat. Artinya, strategi-strategi optimasi yang biasanya berhasil kita lakukan pada 3 atau 5 tahun yang lalu, hari ini bisa saja sudah tidak lagi efektif. Tidak lagi berlaku. Dan tergantikan dengan strategi-strategi yang baru.

Zai Z, Gorontalo.


Catatan Carra


Wow, sungguh artikel yang panjang ya, pemirsa. Hahaha. Ini kalau di saya, saya bikin 3 artikel tuh. Hihihi.

So, anyway, bagaimana menurut kamu, bloggers? Setujukah kamu dengan apa yang diuraikan di atas? Saya pribadi, ada yang yes, tapi ada beberapa hal yang masih saya pertanyakan juga.

Salah satunya soal hubungan Domain Authority dan peringkat Google, dan optimasi SEO On Page yang hanya berpengaruh sedikit pada algoritma Google.

Tapi yasudahlah. Saya enggak akan mendebat sih. This stage belongs to Zai, at the moment :) Lagi pula, bagus juga untuk bisa mengetengahkan sudut pandang yang lain, meski agak berbeda ;)

Saya cuma mau menambahkan satu hal aja, yang mungkin kelupaan.

Sekarang Google sudah memperhitungkan faktor E.A.T--yaitu Expertise, Authority, dan Trustworthiness. Kebanyakan blog dan situs yang kemarin menurun drastis trafficnya setelah ada update--sependek pengamatan--adalah situs-situs yang kurang menonjol dari sisi E.A.T.


Via Impression.


Ada baiknya menyimak sedikit tentang update algoritma Google Florida 2 ini di beberapa trusted websites, salah satunya di sini, yang ada juga penjelasan mengenai hubungan DA dengan ranking Google :)

Blog ini adalah salah satu yang mendulang keuntungan dari update algoritma yang baru, karena trafficnya nggak turun meski ada update Google maupun Moz kemarin. Optimasi SEO yang saya lakukan utamanya ada pada SEO On Page, yang saya lakukan seiring sejalan dengan Off Page (yang justru lebih santai). And of course, I always work on irresistible contents.

Demikian, catatan dari saya.
Thanks alot, Zai, atas guest postnya yang memberikan sudut pandang lain terhadap SEO.

Yang pengin kirimkan guest post juga kayak Zai Z, silakan lo! Kirim aja ke email mommycarra@yahoo.com, lalu colek saya di medsos (Twitter, Facebook, Instagram, di mana pun) kapan saja.

You May Also Like

7 comments

  1. Menarik ini pembahasannya Mas Zai. Namun sama spt makcar, saya masih ragu soal DA dan SEO ini. SEO on Page masih efektif, mnrt saya. Namun tetap harus diimbangi dengan Off page seperti mendapatkan backlink dari situs2 lainnya.

    Biasanya yang bikin males itu ya yg off page ini. emang gak mudah dan butuh kerja keras atau kerjasama dg beberapa web atau blog lain. ini yang bikin pada malas optimasi.

    Saya pribadi lebih melihat perkembangannya pada EAT spt yg makcar tuliskan. makanya perlu meningkatkan Expertise ini dg fokus pada topik bahasan tertentu. segado-gadonya blog, harus ada fokus utamanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kan, kalau saya berbicara sesuai dengan pengalaman saya oribadi dimana ketika optimasi ON PAGE terasa tidak lagi seberpengaruh dulu. Awal-awal saya bikin artikel di pertengahan sampai akhir tahun 2018 kemarin, itu rata-rata sebagian besar artikelnya berhasil masuk page one google. Bahkan dalam waktu yg cukup singkat.

      Dan saat itu saya belum punya backlink sama sekali lho. tetapi bisa mengalahkan artikel dari maxmanroe, pada kata kunci faktor penyebab kemiskinan. Dan kondisi ini berlangsung selama beberapa minggu bahkan bulan, sebelum terjadi update algoritma kemarin oleh google.

      Dan memang kenyatannya sekarang saya lihat seperti itu. Rata-rata artikel dari web yang masih baru itu sulit untuk bisa masuk page one google, sekalipun dia telah menyasar kata kunci rendah persaingan dan melakukan full optimasi SEO on page.

      Jadi, apakah seo on page masih efektif? ya jelas, tetapi tidak seperti dulu lagi menurut saya. Lanta apa yang paling efektif? kualitas konten dan backlink. IMHO CMIIW.

      Hapus
  2. waw ini menarik bangert mas Zai, aku sepakat juga dengan komen suhu febriyan diatas, SEO on page menurutku juga masih berpengaruh namun aku sepakat kalo pengaruhnya nggak sekenceng dulu. kalo sekarang bahkan domain yang belom TLD bisa rank lebih tinggi selama off pagenya juga lebih bagus. ini case di niche beauty banyak sekali soalnya.

    kalo DA (dalam hal ini domain authority nya moz ya bukan authority yang ada dlm konsep EAT) dan PA malah nggak begitu banyak ngaruh kedalam ranking. Malahan yang ada teman-teman dengan DA lebih rendah bisa rank lebih bagus selama backlink dan penggunaan keyphrasenya tepat. Tools SEO kan ada banyak, sebaiknya blogger blogger juga dikenalkan dengan tools pengukur lain misalnya ahrefs atau semrush. kebanyakan kan memang menggunakan tools MOZ karena toolnya gratis dan readily available padahal soal page rank mah emang hanya google dan tuhan yang tahu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat ini mas Agi. Sering salah kaprahnya itu ketika bahas DA (Domain Authority), dikaitkan ke EAT yang dikembangkan oleh Google utk SEO. Makanya, sekarang banyak yg fokus pada DA. Padahal, EAT ini sendiri beda konsep (dan beda developer juga sih...).

      Anw... aku masih penasaran pagerank blogku berapa ya. hahaha.

      Hapus
    2. Mas Ryan, Agi tuh cewek, Mas. Straight. =)))

      Iya kan, Gi? *dijambak*

      Hapus
    3. ampun mak carra dan suhu febriyan wkwkwkw
      terakhir ngecek sih ((masih)) perempuan huehehehehe

      Hapus
  3. soal podcast aku pengen biiin juga, tapi belum tahu caranya. jaman2 soundcloud, udah sering tuh cerita2 pake suara. tapi yaudha gitu aja.

    BalasHapus