Kenapa Banyak Orang Gagal Menulis Buku Pertamanya sampai Selesai?

by - Juni 02, 2025

Kenapa Banyak Orang Gagal Menulis Buku Pertamanya sampai Selesai?

Menulis buku sering kali jadi impian banyak orang. Ada yang sudah punya ide sejak lama, ada juga yang semangatnya muncul setelah ikut kelas menulis atau baca buku inspiratif. 

Tapi kenyataannya, tak sedikit yang akhirnya berhenti di tengah jalan. Naskahnya cuma berisi satu dua bab, lalu dibiarkan terbengkalai begitu saja.

Kenapa Menulis Buku tapi Sulit Menyelesaikannya?

Kenapa Banyak Orang Gagal Menulis Buku Pertamanya sampai Selesai?

Padahal, banyak orang punya ide yang kuat. Niatnya juga sungguh-sungguh. 

Tapi tetap saja, proses menulis buku itu tak semudah yang dibayangkan. Ada hal-hal yang bikin langkah macet tanpa sadar. Bukan karena tidak mampu, tapi ada sesuatu yang pelan-pelan mematahkan usaha itu.

1. Perfeksionisme Berlebihan

Banyak yang ingin menulis buku pertama yang langsung sempurna. Padahal draf awal memang wajar kalau masih berantakan. 

Terlalu sering mengoreksi setiap kalimat bikin proses nulis jadi lambat. Akhirnya, semangat hilang duluan sebelum naskah selesai. 

Perfeksionisme juga bikin penulis jadi ragu terus. Merasa tulisannya nggak layak dibaca siapa pun. Padahal tulisan bagus itu hasil dari proses revisi, bukan sekali duduk langsung jadi. Yang penting tulis dulu sampai tamat, bagusnya bisa belakangan.

Baca juga: Pengin Menerbitkan Buku Indie? Jangan Sampai Melakukan 5 Kesalahan yang Pernah Saya Lakuin Ini!

2. Kehabisan Motivasi di Tengah Jalan

Di awal biasanya semangat menulis buku memang meledak-ledak. Tapi makin lama, ide terasa makin berat digarap. 

Kadang muncul keraguan, “Ngapain sih nulis ini?” atau “Siapa juga yang mau baca?” 

Pertanyaan kayak gitu bikin semangat luntur. Apalagi kalau prosesnya nggak sesuai ekspektasi. Waktu jadi terasa mepet, energi makin habis, tulisan makin jarang disentuh. 

Kalau nggak punya alasan kuat buat menyelesaikan, buku itu akan berhenti di tengah jalan. Makanya, penting punya alasan yang lebih besar dari sekadar “ingin nulis”.

3. Enggak Punya Jadwal Menulis yang Konsisten

Menunggu mood datang baru menulis buku itu jebakan paling umum. Hari ini nulis, besok nggak, lusa lupa, minggu depan udah males. 

Tanpa jadwal yang rutin, naskah gampang terbengkalai. Ide yang semula jelas bisa jadi kabur karena jarang disentuh. 

Konsistensi itu kunci. Nggak harus lama-lama, yang penting rutin dan ada progres. Dengan waktu khusus buat nulis, otak lebih terbiasa masuk ke mode kerja. Pelan-pelan, tulisan akan jalan terus sampai selesai.

4. Terlalu Banyak Edit di Tengah Menulis

Banyak penulis pemula tergoda untuk bolak-balik ke halaman awal. Baca ulang, lalu ubah lagi, ubah lagi. Padahal belum tentu bab berikutnya akan nyambung kalau terus dirombak. 

Waktu habis di bagian awal, sementara akhir naskah belum tersentuh. Akhirnya merasa stuck dan kehilangan arah. 

Padahal, nulis dan ngedit itu dua kerjaan yang beda. Fokus selesaikan dulu tulisannya dari awal sampai akhir. Nanti kalau sudah selesai, baru balik lagi buat edit.

5. Kurang Riset atau Outline yang Jelas

Kalau dari awal enggak tahu mau dibawa ke mana, nulisnya pasti bablas ke mana-mana. Cerita atau ide jadi kehilangan arah. Setiap duduk menulis buku malah bingung mau mulai dari mana. Akhirnya cuma buka dokumen lalu ditutup lagi. 

Padahal, outline bisa bantu otak tetap fokus. Riset juga penting biar naskah enggak asal jadi. Dengan persiapan yang cukup, proses menulis buku bisa lebih lancar. Gak harus detail banget, yang penting tahu garis besar dan tujuannya.

6. Takut Dihakimi atau Dinilai Buruk

Rasa takut ini sering muncul diam-diam. Takut kalau nanti orang bilang tulisannya jelek. Takut kalau ide dianggap gak penting. 

Karena itu, banyak yang milih berhenti sebelum naskahnya selesai. Nggak nulis lebih aman daripada malu. 

Tapi kalau terus-terusan mikir kayak gitu, ya gak akan pernah jadi penulis. Semua penulis pasti pernah bikin tulisan buruk. Dan semua tulisan bisa diperbaiki. Lebih baik diselesaikan dulu, urusan nilai belakangan.

7. Terlalu Sibuk dan Tidak Prioritaskan Menulis

Kesibukan memang gak bisa dihindari. Tapi sering kali, alasan sibuk cuma jadi kedok dari rasa malas atau takut. 

Padahal, kalau benar-benar ingin menulis buku, waktu pasti bisa dicari. Gak perlu nunggu waktu luang banyak, cukup curi waktu 30 menit sehari. 

Kalau nunggu ideal terus, buku gak akan kelar-kelar. Prioritaskan menulis sama seperti pekerjaan penting lainnya. Anggap aja ini janji sama diri sendiri yang harus ditepati. Kalau dijalani rutin, perlahan akan jadi kebiasaan.

8. Overthinking terhadap Pasar dan Penerbit

Banyak yang belum nulis tapi udah mikirin diterbitkan di mana. Takut gak laku, takut ditolak penerbit, takut gak ada yang baca. Semua itu bikin nulis jadi beban. 

Padahal fokus awal seharusnya cuma satu: selesaikan dulu. Pikirin pasar atau penerbit nanti setelah naskahnya jadi. Kalau belum ada isi, ya gak ada yang bisa ditawarkan. 

Overthinking ini bikin langkah pertama jadi terasa berat. Satu-satunya cara keluar dari itu ya mulai nulis dan tetap nulis.

9. Menulis Sendiri Itu Bisa Bikin Kelelahan Mental

Proses menulis buku sering terasa seperti perjalanan sendiri yang panjang. Gak ada teman diskusi, gak ada yang ngasih feedback, akhirnya jadi bingung sendiri. Lama-lama capek secara mental, terus mulai mikir, "Apa ini semua worth it?" 

Padahal mungkin cuma butuh seseorang buat mendengarkan ide dan bantu meluruskan arah. Punya tempat buat bertanya bisa bikin nulis jadi lebih ringan. 

Ada support itu penting, apalagi kalau ini buku pertama. Bimbingan dari orang yang paham proses menulis bisa bantu kamu lebih fokus dan percaya diri. Kadang, satu sesi konsultasi aja udah cukup buat bikin naskah jalan lagi.

Baca juga: Berbagai Cara Menerbitkan Buku yang Perlu Kamu Tahu

Menulis buku memang bukan perkara mudah, apalagi kalau harus dijalani sendirian. Tantangannya bukan cuma soal waktu atau ide, tapi juga soal konsistensi dan arah yang jelas. 

Kadang, kita cuma butuh ruang untuk ngobrol, bertanya, atau sekadar memastikan bahwa yang sedang ditulis masih ada di jalur yang tepat. Kalau sedang merasa mandek atau bingung mau melanjutkan dari mana, itu hal yang wajar.

Konsultasi Menulis Buku

Kalau butuh teman diskusi untuk menulis buku atau ingin tahu apa yang bisa diperbaiki dari blog yang dimiliki, sesi konsultasi bisa jadi titik mula yang membantu. Jika tertarik, bisa booking sesi di sini.


You May Also Like

0 comments