Buku Nonfiksi Gak Harus Rumit: Ini Cara Menyusunnya dengan Lebih Terarah

by - Agustus 09, 2025

Buku Nonfiksi Gak Harus Rumit: Ini Cara Menyusunnya dengan Lebih Terarah

Buku nonfiksi sering kali terdengar serius dan berat, sampai banyak orang merasa minder duluan sebelum mencoba menulisnya. 

Padahal, kalau tahu cara memulainya, proses menulis buku nonfiksi bisa jauh lebih sederhana dan menyenangkan. Kamu nggak perlu jadi pakar besar atau punya bahasa yang rumit untuk bisa menyampaikan gagasan dengan jelas. Yang penting adalah punya arah yang jelas sejak awal, supaya isi bukunya nggak berantakan.

Cara Menyusun Buku Nonfiksi

Buku Nonfiksi Gak Harus Rumit: Ini Cara Menyusunnya dengan Lebih Terarah

Banyak penulis pemula terjebak karena terlalu fokus pada hasil akhir, sampai lupa menikmati prosesnya. Padahal, kalau langkah-langkahnya diatur dengan baik, menulis buku nonfiksi itu sebenarnya ringan dan lebih mudah diarahkan. 

Nggak perlu juga terburu-buru atau menuntut semuanya sempurna sejak awal. Yang penting, kamu tahu apa yang ingin kamu sampaikan dan siapa yang akan membaca bukumu. Dari situ, pelan-pelan semuanya bisa kamu susun dengan rapi.

1. Tentukan Tujuan dan Pembaca

Langkah pertama ini sering dianggap sepele, padahal penting banget. Coba pikirkan dulu, buku yang mau kamu tulis ini sebenarnya untuk siapa. Apakah pembacanya pemula yang belum tahu apa-apa? Atau mereka sudah cukup paham tapi butuh wawasan yang lebih dalam? Semakin jelas target pembacanya, semakin mudah menentukan cara menjelaskan. 

Lalu tentukan juga tujuannya. Apakah kamu ingin mengajari sesuatu secara praktis? Atau ingin berbagi pengalaman hidup yang menginspirasi? Atau mungkin ingin meyakinkan pembaca tentang sebuah gagasan? 

Tujuan yang jelas akan memengaruhi nada tulisan, contoh-contoh yang dipakai, bahkan panjang pembahasan. Jangan lupa, sesuaikan gaya bahasa dengan siapa yang membaca. Kalau untuk orang awam, pakai bahasa sederhana. Kalau untuk profesional, boleh pakai istilah-istilah teknis tapi tetap dijelaskan.

Baca juga: Kenapa Banyak Orang Gagal Menulis Buku Pertamanya sampai Selesai?

2. Pilih Tema Utama dan Batasi Topik

Setelah tahu siapa pembacanya dan untuk apa bukunya, sekarang tentukan temanya. Tema ini adalah benang merah dari awal sampai akhir. Pastikan satu buku hanya punya satu tema besar. Jangan serakah ingin membahas semuanya sekaligus. 

Misalnya, kalau temanya tentang cara memulai bisnis online, tentukan bisnis online yang seperti apa, karena bisnis online kan luas banget. Hal ini penting supaya pembahasan tetap fokus dan tidak melebar ke mana-mana. 

Misalnya, kalau temanya “bisnis online untuk pemula,” berarti kamu nggak perlu menjelaskan strategi lanjutan yang rumit. Dengan begitu, pembaca juga tidak akan bingung karena materi yang terlalu banyak atau terlalu berat. Catat juga poin-poin apa yang tidak akan kamu bahas. Ini membantu kamu tetap berada di jalur saat menulis.

3. Buat Kerangka atau Outline

Kerangka itu ibarat peta perjalanan. Kalau nggak ada peta, kamu bisa nyasar. Makanya, bikin dulu kerangka sebelum mulai nulis. Tulis bab per bab secara garis besar. 

Biasanya diawali dengan pembuka yang menjelaskan kenapa topik ini penting. Lalu di bagian tengah diisi dengan inti pembahasan, bisa berupa cara-cara, tips, atau cerita. Terakhir, tutup dengan bab penutup yang merangkum semuanya. Di bagian kerangka ini, nggak perlu detail dulu. Cukup tuliskan poin-poin penting yang ingin disampaikan di setiap bab. Kalau sudah jelas, baru nanti dikembangkan saat nulis draft. 

Dengan punya kerangka, kamu jadi lebih tenang karena tahu apa yang harus ditulis duluan dan apa yang menyusul.

4. Kumpulkan Bahan dan Data

Menulis buku nonfiksi itu harus punya dasar yang kuat, jadi nggak cuma mengandalkan ingatan saja. Setelah kerangka selesai, waktunya mengumpulkan bahan. Bisa dari buku lain, artikel, jurnal, atau wawancara. Kalau ada pengalaman pribadi yang relevan, itu juga bagus banget buat dimasukkan. 

Catat semua informasi yang kamu temukan, lengkap dengan sumbernya. Ini penting kalau nanti mau dicek lagi atau dimasukkan ke daftar pustaka. Jangan malas bikin catatan, karena kalau sudah lupa, cari lagi itu lebih ribet. 

Kalau bisa, kumpulkan juga contoh-contoh nyata atau cerita kasus yang bisa bikin buku lebih hidup. Data dan fakta akan bikin buku kamu lebih kredibel di mata pembaca.

5. Tulis Draf Pertama Tanpa Mikir Sempurna

Nah, sekarang bagian yang kadang bikin orang berhenti: nulis draf pertama. 

Ingat, tujuan dari draf pertama itu bukan untuk sempurna. Yang penting tulis dulu semuanya sampai selesai. Jangan berhenti hanya karena merasa kalimatnya kurang bagus. Nggak apa-apa kalau masih berantakan atau banyak typo. Yang penting idenya keluar semua dulu. 

Banyak orang gagal selesai karena terlalu sibuk ngedit di tengah jalan. Padahal, memperbaiki itu nanti saja setelah semua selesai. Saat menulis draf pertama, usahakan jangan terlalu sering berhenti buat mikir. Biar alurnya tetap lancar dan idenya nggak hilang.

6. Edit dan Rapikan

Kalau draf pertama sudah selesai, sekarang waktunya diulik lagi. Baca dari awal sampai akhir. Periksa apakah susunannya sudah logis. Lihat juga apakah setiap bab mengalir dengan enak atau masih lompat-lompat. Perbaiki kalimat yang terlalu panjang atau bikin bingung. Potong bagian yang nggak perlu supaya lebih padat. Kalau menemukan ide baru, boleh ditambahkan, asal nggak bikin topiknya jadi melebar. Cek juga apakah ada istilah yang terlalu teknis dan perlu dijelaskan. 

Kalau bisa, minta teman atau orang lain untuk membaca dan memberi masukan. Kadang kita nggak sadar ada bagian yang kurang jelas, tapi orang lain bisa melihatnya.

7. Tambahkan Nilai Tambah

Buku nonfiksi yang bagus biasanya punya “bonus” buat pembacanya. Setelah isi utama beres, coba pikirkan apa yang bisa bikin buku lebih menarik. Misalnya, kamu bisa menambahkan ilustrasi, tabel, atau infografis supaya pembaca lebih mudah memahami. Bisa juga kasih studi kasus nyata biar lebih membumi. Atau tambahkan checklist, panduan langkah-langkah, bahkan ruang catatan di akhir bab. 

Hal-hal seperti ini bikin pembaca merasa dapat lebih banyak manfaat dari bukumu. Mereka juga jadi lebih mudah mengingat apa yang sudah dipelajari. Jangan lupa, pastikan nilai tambah ini tetap relevan dengan tema besar buku.

Baca juga: Mengenal Jenis-Jenis Tulisan dan Tip Menulis Kreatif buat yang Pengin Mulai

Buku nonfiksi nggak harus jadi beban yang bikin kamu pusing setiap kali mau mulai. Dengan langkah yang tepat dan arah yang jelas, proses menulisnya bisa terasa lebih ringan dan menyenangkan. Kamu cuma butuh keberanian untuk menuangkan ide dan kesabaran buat menyusunnya pelan-pelan. Nggak ada aturan kaku yang harus kamu ikuti, selama pesannya sampai ke pembaca dengan baik. Jadi, jangan terlalu keras sama diri sendiri, nikmati saja prosesnya dari awal sampai akhir.

Kalau kamu ingin bukumu lebih terarah dan butuh teman diskusi untuk menyusun ide-idenya, kamu juga bisa booking sesi konsultasi penulisan. Kita bisa ngobrol santai tentang cara memulai, menyusun kerangka, sampai menyiapkan draf yang siap jalan. Kalau tertarik, bisa klik di sini.


You May Also Like

0 comments