• Home
  • About
  • Daftar Isi
  • Konten Kreatif
    • Penulisan Konten
    • Penulisan Buku
    • Kebahasaan
    • Visual
  • Internet
    • Blogging
    • Marketing
    • User
    • WordPress
  • Media Sosial
    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
  • Stories
    • My Stories
    • Featured
    • Freelancer
  • Guest Posts
Diberdayakan oleh Blogger.
facebook twitter instagram pinterest Email

Carolina Ratri



Disclaimer: Artikel ini pernah tayang di Trivia.id, namun dilakukan beberapa update dan editing.

Rasa-rasanya ngeblog sejauh ini kok ya gitu-gitu saja ya hasilnya? Pageview stagnan di angka segitu. Apalagi unique visitor, tak pernah bertambah. Kolom komentar sepi. Job review? Beugh, boro-boro. Ikutan lomba juga nggak pernah menang.

Ya, paling ramenya kalau udah minta dikunjungi dan diminta komen #eh wkwkwkwk.

Apa yang salah ya? Kurangkah kemampuan blogging kita?

Hmmm ... nggak juga sih. Mungkin bukan kurang mampu, tapi kurang maksimal saja. Lospokus, seharusnya yang harus dipentingkan adalah meningkatkan kualitas konten, ini malah sibuk ngasih blink blink nggak penting sana sini.

Hehehe. No baper please!

Saya sendiri, juga apalah apalah sih. Tapi, satu hal yang pasti saya nggak mau berhenti, yaitu mencuri ilmu.

Ilmu blogging, terutama soal konten, ini berkembang saaangat pesat. Perkembangannya per hari! Setiap hari selalu ada hal baru yang bisa kita pelajari. Libur mantengin sehari saja, yakin deh, kelabakan.

Ya, memang sih, nggak semua bisa kita terapkan juga di blog atau website kita. Tetap pilih-pilih. Tapi supaya bisa memilih dengan tepat, untuk tahu ilmu mana yang paling efisien diterapkan, itu ya tetep kan? Mesti tahu dulu seperti apa.

Kalau saya sih, untuk bisa upgrade ilmu, saya mencurinya dari para blogger yang sudah lebih dulu terjun ke dunia blogging (istilahnya lebih senior), yang lebih banyak pengalaman, dan yang punya ‘area jangkauan’ lebih luas. Misalnya seperti para blogger internasional.

Kok mesti yang internasional? Memang kurang blogger dalam negeri yang bisa dijadikan guru? Banyak malah!

Tapi, ya seperti yang pernah saya bilang. Era blogging kita ini masih zaman batu, ibaratnya dari blogger internasyenel. Ketinggalan jauuuh.

So, untuk upgrade ilmu, saya prefer melihat barometer di luar. Nah, untuk sparing partner, saya suka nih diskusi sama blogger dalam negeri. Siapa pun. :)

So, coba yuk, kita lihat apa saja sih tips sukses para blogger internasional dalam mengelola blognya masing-masing, dan bisa bikin revenue sampai ribuan dollar!

Tips sukses para blogger internasional

1. Jon Morrow: Konsistensi Konten dan Konsistensi Posting!



Jon Morrow

Jon Morrow merupakan pemilik blog SmartBlogger (smartblogger.com), yang kontennya berisi semua tools dan berbagai tips blogging keren untuk menjadi blogger yang sukses. Yes, dia ini berkebutuhan khusus, fellas. Namun semua tak menghalanginya untuk terus ngeblog, dan bahkan bisa menghasilkan $100,000 per bulan hanya dari blog SmartBlogger ini saja, yang menjadikan dirinya sebagai salah satu professional blogger terkaya saat ini.

Dan, itu dari hasil jualan produk ya. Bukan jualan drama #eh

Apa sih rahasia sukses Jon dalam ngeblog?

Jon menyebutkan, bahwa hanya 2 saja hal selama ini dilakukannya demi menjadi seorang blogger sukses, yaitu konsisten konten dan konsisten posting.

Maksudnya gimana tuh?

Jon tidak pernah publish artikel lebih dari sekali seminggu. Itu pun dia lakukan HANYA di hari Kamis. Jon tidak pernah publish artikel setiap hari, atau minggu ini di hari Selasa, minggu depan di hari Jumat (dengan alasan Selasa sibuk) dan seterusnya. Selalu ada artikel baru di blog Jon pada hari Kamis, bukan di hari yang lain.

Konsisten konten artinya Jon stick dengan niche dan topik blog yang sudah dipilihnya, bahkan dengan gaya menulisnya. Kalau dicermati, Jon selalu membuka tulisannya (bahkan tulisan para guest blogger yang dieditnya) dengan pertanyaan. Hampir tidak pernah tidak.

So, kesimpulannya apa nih?

Yes, konsistensi adalah hal terpenting buat kita yang mau sukses. Nggak cuma sebagai blogger sih, tapi dalam bidang apa pun.

Saat Jon konsisten posting di setiap Kamis, maka pada setiap Kamis pula orang-orang akan menantikan artikel baru di blognya.

(Nggak kayak eikeh. Kalau pas selow bisa 2x seminggu, kalau pas hectic seminggu sekali aja udah sujud syukur.)

Saat Jon konsisten menulis mengenai niche yang telah dipilihnya, maka orang akan percaya bahwa dia memang expert di bidangnya.

The more familiar and consistent it is, the more likely they are to return. 

Begitu kata Jon Morrow.


2. Chiara Ferragni: Ngeblog Teratur dan Fokus!

 

Chiara Ferragni

Chiara Ferragni adalah pemilik blog The Blonde Salad, adalah seorang fashion blogger sekaligus pemilik butik online dengan nama brand “Chiara Ferragni”. Dia adalah model untuk produk Guess dan seperti yang sudah bisa ditebak, blognya ‘hidup’ juga karena Guess. Namun, hal ini sama sekali tak mengurangi kualitas dari tulisannya meski selalu bersponsor.

Oh, fotonya juga sempat menghiasi cover Vogue lho. Gilak ya?

Setidaknya fakta bahwa setiap artikelnya selalu punya jumlah share 2.000 lebih, tentu sudah bisa bukti betapa artikelnya memang disukai dan dicari oleh banyak orang.

Chiara punya strategi ngeblog yang berbeda dengan Jon Morrow di atas. Menurut Chiara, semakin sering kita ngeblog, maka kita akan dapat membentuk lingkaran pembaca yang loyal dengan lebih cepat. Apalagi kalau kita menyajikan konten yang fokus pada satu niche.

Selain itu, Chiara juga menyarankan kita untuk fokus saja ke satu platform media sosial saat kita sedang promosi konten blog kita.

Chiara menggunakan Facebook, yang dianggapnya mampu menarik traffic paling besar untuk lingkaran pembacanya dibandingkan media sosial yang lain, seperti Twitter, Google+ maupun Pinterest.

Tentu saja, dia bisa menemukan fakta ini setelah melalui riset dan pengamatan yang cukup lama. Dia membandingkan semua media sosial yang ada, termasuk pada jam-jam berapa paling efektif untuk share konten.

So, kalau mau menerapkan tips ngeblog sukses ala Chiara, maka ngebloglah sesering mungkin. Chiara juga tak mengharuskan kita menulis artikel yang terlalu panjang, yang penting harus memberikan value (nilai tambah) dan benefits (manfaat) untuk pembaca setia blog.

One step at a time. Fokus ke satu media sosial dulu, agar bisa lebih fokus juga dalam branding diri sendiri. Setelah dirasa lingkaran pembaca kita kuat di satu media sosial tersebut, baru merambah ke media sosial lain.

Ayo, mulai cari kekuatan media sosialmu dominan di mana ya.


3. Matthew Woodward: Kenali Pembacamu dan Keep in Touch! 

Matthew Woodward

Ini nih. Blog dia nih selalu saya pantengin bareng sama blognya Neil Patel dan Seth Godin.

Blogpost yang ditulis Matt mungkin tidak seviral Chiara. Kisarannya paling hanya sekitar 600 – 1.000 share saja pada setiap artikelnya. Namun, Matt punya lingkaran pembaca yang sangat loyal dan kuat.

Apa yang membuat Matt menjadi seorang blogger yang sedemikian dicintai oleh pembacanya?

Jawabannya adalah engagement yang selalu Matt lakukan pada setiap komen yang datang di blognya, www.matthewwoodward.co.uk. Matt ‘berbicara’ pada pembaca blognya sebagai teman. Matt menjawab setiap komen yang masuk dengan sangat ramah.

Matt sering sekali melakukan survey dan polling, menanyai para pembacanya apa yang mereka butuhkan, apa yang mereka ingin dia tulis di blognya. Dan saat menulis, Matt benar-benar melakukannya dengan serius, dia akan menulis konten yang panjang, in-depth dan insightful. Dia memastikan artikelnya akan bermanfaat bagi pembacanya. Tak heran, komen yang mampir di setiap blogpostnya selalu dikomentari oleh lebih dari 60 orang.

Saya seringkali menemui artikelnya memang panjang banget, mungkin sekitar 3.000-an kata. Tapi aneh, saya betah bacanya. Bahkan kalaupun mungkin nggak selesai saat itu juga, saya bookmark untuk kemudian saya sambung baca lagi lain waktu.

Matt juga sangat rajin melakukan guest blogging. Dia menulis guest post di Yahoo Finance, Enterpreneur, Inc., Problogger, Search Engine Journal, dan banyak lagi website besar keren lainnya.

Dari situlah, blog Matt mendapatkan backlink yang sangat berkualitas yang kemudian bisa mendongkrak performa blognya.

Kesimpulannya, mau seberapa ahlinya kita menulis, tetap saja pembaca adalah kuncinya. Jadilah penulis blog yang tidak egois, yang memperhatikan pembaca blog kita, apa yang mereka butuhkan, research for them, dan kemudian menyediakan jawaban bagi permasalahan mereka.

User experience is the most important. Nuff said.

[Update]
Pagi ini saya jalan-jalan lagi ke blog Matt. Dan menemukan artikelnya yang ini. Gila ya. Dugaan saya itu artikel kan bersponsor. Tapi bisa dishare 190-an kali, dengan 270-an komen! Iya sih, termasuk komen Matt sendiri dan komen dari pihak SERPed-nya. Tapi, gila! Engagement-nya itu loh! Yang nanya, dijawab LAGI, dijelaskan LAGI oleh Matt dan pihak SERPed-nya. Bahkan ditanya pula, "Did you end up joining SERPed? Any questions I can answer?"

Oh. My. Benar-benar user experience is the most important ya.

Kapan ya, kita bisa gitu? Jawab komen satu per satu aja malas, alasan sibuk, nggak sempat. Wkwkwkwk.

4. Benny Lewis: Personalized User Experience

 

Benny Lewis

Kalau Matthew Woodward mampu melakukan engagement pembaca blognya dengan berinteraksi lewat komentar, Benny Lewis mampu membangun komunitas pembaca blog loyal melalui newsletter atau email marketing.

Benny Lewis adalah pemilik blog Fluent in 3 Months (www.fluentin3months.com), blog ini khusus membahas pembelajaran bahasa-bahasa asing. Benny sendiri menguasai 11 bahasa, lho! Gila yaaaa.

Dalam pengelolaan blog, Benny mengharamkan aktivitas spamming dalam engaging pembaca blog (yang juga merupakan calon customernya). Benny akan menanyai calon customer tentang apa yang mereka butuhkan, bahasa apa yang ingin mereka pelajari, dan hal-hal personal lain yang kira-kira berkaitan dengan proses belajar.

Kemudian, dia akan mempersiapkan materi berdasarkan data yang dia dapatkan pada saat ‘interview’ pertama tersebut. So, nggak ada tuh yang namanya bulk email blasting, yang semua konsumen dapat materi yang sama. All customized!

Tak heran, abusing dan spamming report dalam laporan performa Mailchimp yang digunakan oleh Benny sangat rendah. Jarang sekali ada orang yang menolak atau unsubscribe dari newsletter yang dia kirimkan (yang berisi berbagai materi berbayar).

Kalau mau mengadopsi resep sukses Benny, just be personalized! No spamming! Perlakukan setiap pembaca blog secara unik, karena masing-masing punya karakter dan kebutuhan sendiri-sendiri. Kitalah yang harus menyesuaikan diri dengan mereka, dan bukan “ini blog gue, lo dateng ke sini ya harus nurut sama gue.”

Benny juga menekankan, bahwa navigasi blog juga merupakan hal yang sangat penting agar pembaca tak sampai bingung dan navigasi ternyata juga menjadi faktor penting dalam menurunkan bounce rate kunjungan blog.


5. Gretchen Rubin: Tulis Konten yang Unik dan Original

Gretchen Rubin

Ini nih, saya lagi demen mantengin blognya dia. Menurut saya, blog dia inilah contoh paling perfect untuk niche Lifestyle Blog.

Meski niche-nya lifestyle, tapi blognya nggak gado-gado. Benar-benar sebuah blog tentang gaya hidup. Coba nanti kalau ada waktu, dikunjungi ya :) di gretchenrubin.com.

Gretchen tak hanya seorang blogger. Dia juga seorang penulis buku. Salah satu bukunya berjudul The Happiness Project.

Banyak blog membahas topik mengenai personal development dalam kontennya, namun tak ada yang sesukses Gretchen. Selain artikelnya yang published setiap hari, Gretchen juga mempergunakan dirinya sendiri sebagai objek studi kasus untuk setiap topik yang dibahasnya.

Gretchen juga punya sense yang kuat dalam menentukan headline dan judul blogpostnya. Misalnya, alih-alih mempergunakan judul “5 Ways To Be Happier Today”, Gretchen akan menulis judul “Agree, Disagree? Forming New Habits Can Actually Be Fun.” Kemudian, dia akan menulis artikel berdasarkan pengalamannya sendiri dan menjadikan dirinya sendiri sebagai objek studi kasusnya.

Hal tersebut menjadikan artikelnya tidak dapat ditemukan di blog lainnya. Unik! Dan original pastinya!

Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk membuat blog kita dibaca oleh banyak orang, kalau mau mengadopsi resep sukses Gretchen di atas, adalah dengan menuliskan mengenai masalah yang related to people. Untuk ditulis di blog pribadi, tulislah dengan rasa personal.

Apalagi kalau memilih niche lifestyle. Pastilah ada rasa personal di situ.

Tapi, jangan sampai terjebak oleh kata "lifestyle" itu sendiri ya. Coba pelajari bagaimana Gretchen "memasak" konten blog yang sesuai niche, sehingga nggak terkesan palugada. Apa lu mau gua ada.



Nah, jadi gimana? Siap untuk menjadi seorang blogger "yang sebenarnya" sekarang setelah mengetahui tips-tips sukses 5 blogger internasional top di atas?

Kesimpulan nih ya, Gaes. Semuanya sebenarnya punya inti tips sukses yang sama lho. Yaitu konsistensi. Mau ngeblog sekali seminggu ala Jon Morrow? Mau ngeblog tiap hari ala Chiara dan Gretchen? Nggak masalah yang mana. Yang penting konsisten dengan waktu dan sistem ngeblog yang sudah kamu pilih.

Saya nih sebenarnya juga penginnya ada update baru setiap Rabu dan Minggu. Tapi ya gitu deh. Masih tetep harus belajar konsisten nampaknya ya. Apalagi kerjaan nggak cuma ngeblog doang kan ya, kita?

Sekali lagi. Nggak masalah tips mana yang kamu ambil. Yang penting, sesuaikan saja dengan karakter dan gayamu dalam ngeblog! Ambil yang cocok dan bermanfaat buatmu, tinggalkan yang kurang oke.

Happy blogging, fellas!
Share
Tweet
Pin
Share
49 comments


Fyuh. Saya mau curcol dulu. Sengaja taruh di atas yeh. Biarin deh, kalau terus pada enek dan skip. Rugi sendiri. Orang di bawah sana saya mau kasih tahu sesuatu. Dan kayaknya belum banyak orang tahu. Bahahaha.

Anyway, anu.
Rencana ngeblog dua kali seminggu kayaknya tinggal angan-angan lagi dah tahun ini. Kemarin saya coba banget untuk bisa konsisten di 2x seminggu. Ternyata, yaoloh. Energi, waktu, pikiran habis sudah.

Iya sih, kemudian PV-nya bisa merangkak naik ke angka target. *humblebrag detected* tapi, ya gitu deh. Nggak sempet mikir nulis di blog. Padahal yaaa seperti saya bilang. Seminggu ngulik di sana itu, saya banyak menemukan sesuatu yang seharusnya saya tulis di blog ini, sebagai catatan pembelajaran.

Tapi apa daya? Apa seharusnya saya sudah mulai ditemani oleh Virtual Assistant? *summon Mbak Lusi Tris* #belagu

Bahahaha. Ngekek. Yasudahlah. Saya sepertinya benar-benar cuma bisa nulis di blog sendiri di akhir pekan. Setelah selesai editorial. Welah, lha kok weekend masih tetep urusin portal yak? Ya, mau gimana lagi? Ada beberapa competitor yang mesti di-smack down. =)))

Yang satu ini aja saya sudah mulai ngedraf di hari Rabu loh. Cemana baru keposting sekarang. Havft!

So, maaf, kalau blunder. Kemarin-kemarin saya selalu bilang, konsistenlah ngeblog. Buat waktu buat nulis. Makin sering ngeblog/nulis, makin baik, makin peka.

Well. Saya sebenarnya juga masih nulis tiap hari. Cuma ya kadang dalam bentuk editan (ini kan nulis juga kan? *ngeles*), dan dalam bentuk tulisan juga sih. Tapi nggak di blog ini.

Ah, sebenarnya juga buat apa ya saya nulis curcol ini? Semacam sedang insecure sajah. Bahahaha.

YASUDAHLAH! Mari kita ke artikel sebenarnya!

Artikel seri Idea Mining sebenarnya masih menyisakan beberapa bahasan lagi. Tapi, bosen ah. Kita intermezzo dulu deh.

Intermezzo-nya apa? Bahas Google aja. Lhaaa, intermezzo kok mbahas Google. Njuk apa bedane sama yang biasanya? Wakakakak. *tabok Carra*

Nggak, gini maksudnya. Kalau biasanya kita bahas simbah dari sisi kita sebagai penyedia jasa, sekarang kita ulik dari sisi pencari informasi.

Piye to maksude?

Gini loh. Kalau buka Google, biasanya pada ngapain aja?
Google search engine lho ya. Bukan webmaster, analytics endebre endebre itu. NO! Tinggalin dulu yang itu. Nggak bosen pooo, bahas itu mulu? Bahahaha.

Buka Google ngapain aja?
Ya, nyari sesuatulah.

Ada beberapa trik untuk mencari informasi di Google yang barangkali baru sedikit orang yang tahu.
Nih, saya kasih tahu beberapa di antaranya ya.


Bahwa Google itu nggak cuma sekadar wajah putih dengan kotak search di tengah kayak gitu doang. Ternyata Google itu punya banyak fitur di dalamnya! Yang pastinya akan membantumu untuk menemukan informasi yang tepat, sekaligus having fun.

Mau tahu?


Beberapa trik Google yang barangkali bisa bantu kamu mencari informasi yang tepat


1. Gunakan tanda petik dua kalau mau mencari dalam bentuk frasa atau kalimat


Bandingkan 2 gambar berikut.


Kalau dilihat, yang sebelah kiri hasil pencariannya lebih exact dengan yang kita cari kan, ketimbang yang kanan? Ya, meskipun kalau dalam case ini, yang kanan pun hasil pencariannya juga tetep bagus. Mungkin suatu kali nanti kamu akan susah menemukan satu artikel yang sesuai dengan yang kamu cari, bisa tuh bikin alternatif beberapa frasa atau kalimat, lalu gunakan tanda petik dua.


2. Gunakan tanda minus untuk filter search result




Saya lakukan sedikit percobaan. Saya masukkan kata "jaguar".

Di sebelah kiri, yang pertama keluar adalah merek mobil. Yang kedua di kanan, adalah jaguar selain mobil, ada klub olahraga, ada binatang Jaguar dan lain-lain.

Nah, ini bisa banget dipakai kalau kita mencari satu informasi, tapi tergengges sama satu keyword yang dimonopoli. Kayak mobil Jaguar itu :D

Mayan kan?


3. Mencari keyword tertentu di situs tertentu



Kadang saya suka gini. Saya ingat satu artikel menarik di situs tertentu. Tapi saya lupa bookmark. Mau nyari di situs tersebut, ternyata nggak ada kotak Search.

Saya lupa judul persis artikelnya, pokoknya saya cuma ingat satu dua kata saja.
Cara mencarinya gimana?

Ya, itu di gambar itu cara nyarinya.
frasa SITE:alamatsitus.com

Gitu nyarinya.
Nanti, resultnya akan hanya menampilkan keyword yang kita cari dalam situs tersebut saja. Nggak ada yang lain. Gampang kan?



4. Artikel koran lama


Koran The Adams Centinel di tahun 1800!


Sudah tahu belum, bahwa Google tuh menyimpan juga artikel koran bahkan sejak tahun 1800-an loh!
Coba ke sini. Saya belum nyari apakah ada koran Indonesia juga di sana. Hahahaha. Belum sempat. Baru liat aja takjub, dan karena belum perlu aja sih.

Ini pasti berguna banget buat investigasi kasus kayak CSI gitulah ya? *summon Mbak Lusi lagi*

5. Mencari images




Nah, kapan itu, sahabat saya, Vanda Kemala pernah nanya di WA, gimana caranya mencari gambar atau image yang cocok dengan gambar tertentu yang dia punya.

Jadi, ceritanya dia menemukan satu image yang curiga diambil dari tempat lain. Nah, gimana caranya nyari?

Waktu itu saya belum menemukan trik ini. Sorry, Vanda. Jadi, barangkali Vanda sekarang malah udah tahu sih gimana cara nyarinya. Hahaha.

Yes, kita ke Google Images.
Kalau di Google.com, sebelah kanan atas itu ada 2 option: Gmail dan Images, nah klik Images itu. Atau langsung aja ke tautan saya di atas.  
Nah, lihat kan ada icon kamera? Klik iconnya, lalu unggah image yang pengin kamu cari source-nya.

Saya coba nyari salah satu fotonya Dian Pelangi. Dan iya, kelihatan setelah scroll satu kali aja ke bawah. Hehehe. Asem.
So, kalau ada foto yang kayaknya hoax, bisa dicek yaaaa, teman-teman. Jangan asal sebar atau share lagi :P Ada banyak kali berita menyesatkan disebar dengan image pula yang katanya original. Ternyata diambil dari Google. Meh.


Nah, sudah tahu kan beberapa trik ngulik Google supaya mendapatkan result yang lebih oke saat kita sedang mencari informasi atau sesuatu.



Ohiya. Ada satu lagi lho. Coba ke sebelah sini.
Ha! Banyak mainan di sana :D Bahkan ada snake game yang dulu biasa dimainin di Nokia. Haha. Belum semua saya coba sih. 
Have fun!

Well, sampai ketemu lagi di artikel techno-hacks berikutnya ya!
Share
Tweet
Pin
Share
14 comments


Beberapa hari yang lalu, saya sempat curhat ke beberapa orang mengenai begitu cepatnya berita di dunia maya ini berganti. Begitu cepatnya trend ini berlalu. Sedangkan saya, sebagai seorang pekerja yang harus selalu update terhadap trend berita terbaru, rasanya begitu lola bin lemot kalau sudah disuruh ngikutin trend begini.

Katakan saja, satu kali heboh berita lift jatuh, tiba-tiba sudah ada trending baru lagi soal video bunuh diri. Padahal masih hangat juga perkara Selmadena dan seorang ustaz yang berpoligami. Endebre endebre.

Saya, yang kerja di media online, terseok-seok bener ngikutinnya ya. Apalagi meski di Facebook dan Twitter serta Feedly sudah saya set up sedemikian rupa semua untuk bisa catch up semua trending, ternyata susah juga fokus pada berita yang mana yang paling top trend.

Hingga akhirnya saya kembali ke Google Trends.

Iya, tadinya memang sudah sempat intip-intip Google Trends sih. Tapi kok, sepertinya kurang user-friendly ya. Kesalahan saya yang pertama adalah saya datengnya ke Google Trends yang ini. Lha, kok ndak ada yang wilayah Indonesia? Hahaha.

Akhirnya beberapa hari kemudian, ya baru tahu kalau Google Trends Indonesia itu punya alamat maya sendiri. Wkwkwkwwk. Yaaaa maap. Yang kayak-kayak gini kan emang nggak ada yang ngasih tahu. Eikeh mesti cari-cari sendiri bo!

So, buat yang pengin nulis based on trend (para content creator, dan blogger juga kalau mau) dan masih buta soal Google Trends, ini saya tuliskan beberapa hal soal Google Trends yang bisa kita manfaatkan untuk mencari ide tulisan hingga menembak keywords.

Apa itu Google Trends?


Google Trends adalah

"...a public web facility of Google Inc., based on Google Search, that shows how often a particular search-term is entered relative to the total search-volume across various regions of the world, and in various languages."

Itu menurut Wikipedia.
Jadi, semacam fasilitas dari Google yang merangkum trending pencarian berdasarkan Google Search. Nah, gitu deh singkatnya dan terjemahan bebasnya.



Ke mana mengakses Google Trends?


Ke sini ya, bukan ke Google Trends negara lain yang saya sebutkan di atas. Iya, ini penting. Sepele, tapi kalau salah bikin ngomel. Haahaha. Itu mah saya aja sih, tukang ngomel.

Nah, kalau sudah di TKP, akan muncul tampilan seperti ini.





Bagaimana mencari apa yang dicari?


Eh, kalimatnya kok gitu? Hahaha.
Ya, tahulah ya maksudnya? Iya.

Di sebelah kiri ada sidebar kayak gini nih. Nah, di situlah kita mencari "sesuatu".



Kita coba lihat yuk.


1. Explore


Ada beberapa komponen yang harus disesuaikan dengan pencarian kita di bagian ini, yaitu:
  • Worldwide: ganti dengan Indonesia
  • Past 5 years: ganti dengan rentang waktu yang diinginkan. Tapi saya rada gagal paham sih. Saya nyoba minta data past a day, tapi nggak bisa. Katanya, "Rising and top queries and topics are available only for dates older than 7 days ago." Lha, kalau hanya bisa menampilkan minimal 7 hari, kenapa pake ada option yang lain ya? Entahlah.
  • All Categories: bisa dipilih dengan kategori topik yang ingin kita cari. Ada beauty & fitness, Home & garden, Internet & Telecom, dan lain-lain
  • Web Search: juga bisa dipilih apakah mau mencari yang masuk jenis News, Images, Shopping, atau Youtube.

Nah, saya coba masukin term "kesehatan + ibu + hamil".
Kenapa saya tambahkan tanda plus ( + ) di antara kata-kata tersebut? Karena itu saya pengin mencari artikel atau topik atau search yang ada ketiga kata itu sekaligus. Kalau nggak ada tanda plusnya, maka nanti hasilnya akan ada yang cuma mengandung "kesehatan" saja, atau "ibu" saja, atau "hamil" saja. Sehingga kurang fokus dengan apa yang saya cari.

So, kalau mau lebih exact hasilnya, tambahkan tanda plus di antara frasa yang kamu masukkan.

Hasilnya akan seperti ini.
Akan tampil grafik pencarian, interest by subregion (ini menampilkan demografi wilayah), dan di bawahnya ada "Related Topics" dan "Related Queries".

Nah, kita lihat yang Related Queries.


Nah, discroll lagi ke bawah ada banyak topik tuh yang bisa diambil. Tinggal riset lagi kan?
Bisa dijadikan topik, plus kita sudah menemukan keyword yang pas untuk artikel kita. Langsung 2 kerjaan dapat deh.

So, dengan menyesuaikan topik yang akan kita tulis dengan Google Trends ini, berarti kita sudah melakukan riset pasar terhadap konten yang akan kita bikin. Google Trends ini sudah memberikan data, bahwa ini loh, yang banyak dicari sama orang. Selanjutnya, yang kita lakukan adalah "menyuplai demand yang ada", artinya menyediakan artikel yang banyak dicari oleh orang-orang tersebut.

Nah, langkah awal SEO pun sudah kita lakukan.

Iya, SEO adalah soal menyediakan suplai pada demand. Jangan dikira milih topik itu cuma berdasarkan asumsi kita bahwa karena kita mencari topik tersebut, lantas orang juga nyari. Kalau kita membuat suplai berdasar demand, pastinya kan akan lebih sesuai untuk "konsumen" yang kalau di sini ya pembaca konten kan?



2. Trending Searches


Nah, di sini nih trending searches harian bisa dipantau.
Let's see. Hari ini, ada beberapa topik trending yang sudah muncul. Yes, sepagi ini. Saya nulis bagian ini pukul 07.00 hari Minggu tanggal 19 Maret 2017 ya.



Cuaca buruk, dan gempa. Hmmm. Barangkali kita bisa tuh bikin artikel seputar cuaca buruk yes? Bagaimana menjaga kesehatan anak selama cuaca buruk dan nggak menentu? Atau, apa yang harus dilakukan jika kita terjebak di kapal saat cuaca buruk? 

Ya barangkali ada yang pernah ngalamin, jadi ide tulisan kan?

Lalu soal gempa. Hmmm. Saya pun jadi kepikiran, seandainya dulu pas gempa Jogja itu saya punya anak, apa yang saya rasakan ya?

Nah, jadi ide tulisan lagi kan? Sudah berapa tuh? Hehehe.

Sekarang coba kita lihat ke trending topic kemarin ya.


Hesty Klepek Klepek ki sapa maneh? -_-

Nah, masa' nggak dapat ide dari situ? Hehehe. Itu masing-masing diklik maka kita akan dibawa ke search result Google, yang berarti sudah bisa sekalian untuk riset tulisan kan? 



3. Trending on Youtube




Nah, ini nggak tahu deh. Kok nggak ada untuk local Indonesia ya? Ada yang tahu? Saya sudah cari info, tapi kok nggak nemu. Silakan diinfokan di kolom komen ya, kalau ada. Nanti aku update di postingan kalau memang ada cara menampilkan trending local Indonesia. Thank you!



4. Top Charts


Nah yang ini semacam chart untuk setahunan. Let's see apa yang trending di tahun 2016 lalu.



"More"-nya bisa diklik untuk mendapatkan data lebih banyak lagi.
Nah, memang sih sudah out of trend sekarang. Tapi bisa tetap jadi tambang ide kan?


Nah, kalau mau dapat update setiap kali ada "pergerakan" di boards di atas, boleh klik "Subscription".

Di sebelah bawah, ada lagi yang namanya Google Correlate. Saya belum sempat ngulik-ulik lebih jauh. Tapi sepertinya dari yang saya baca, ini bisa dimanfaatkan untuk LSI Keyword.
Hmmm ... ntar deh, diulik lagi.




So, dengan Google Trends kita bisa apa saja nih?

  1. Melakukan keyword research. Karena Google Trends tidak menyajikan angka yang pasti dalam data yang disediakan, maka perlu juga untuk mengeceknya di Keyword Planner. 
  2. Untuk geo-targeting. Misalnya gini, kamu adalah seorang digital marketer sebuah brand obat pelangsing. Coba deh, lihatl, kota mana yang setahun terakhir paling banyak search mengenai "obat pelangsing". Yes, Makassar. Maka di sana bisa jadi target market yang bagus untuk obat pelangsing kamu.
  3. Search term: "obat + pelangsing" dalam 12 bulan terakhir
  4. Menambang ide. Ya, ini yang paling bisa sih. Setiap data yang disajikan oleh Google di sini sebenarnya sudah bisa menjadi sumber ide konten yang menarik.
  5.  
Nah, artikel Google Trends ini masih satu rangkaian dengan seri Idea Mining ya, bareng dengan Buzzsumo, Quora, blog generators, hingga yang terakhir kemarin, menambang ide di LinkedIn.

Masih akan ada beberapa artikel seri Idea Mining ke depannya. Stay tuned, and please, jangan lagi bilang kamu kehabisan ide konten. Ok?
Share
Tweet
Pin
Share
19 comments




People don't make a living writing. You should find something practical to do with your life.


Begitukah?
Konon, memang berat menjadi penulis itu. Ya, soalnya kita bukanlah Raditya Dika, atau Dee Lestari, atau Ika Natassa, yang preorder bukunya aja sampai bikin server online book shop-nya ngehang.

Apalagi penulis untuk website online. Orderan nulis satu dua artikel, dibayar seperak dua perak. Kadang miris kalau lihat job-job nulis yang ditawarkan di freelancer marketplace itu. Rp 100.000 buat 20 artikel SEO friendly. Rp 50.000 untuk sekian artikel dengan sekian ratus kata.

Hela napas panjaaang ... deh. Tapi kok ya laris, banyak yang ikutan bidding ya. Gedek-gedek saya.

Tapi yah, namanya rezeki ya. Kadang juga saya dapat job kecil-kecil dan saya syukuri. Toh semua juga berawal dari yang kecil-kecil kan? Karena ada yang 'kecil-kecil' itu juga ternyata saya bisa beli smartphone, laptop, bisa beliin baju anak-anak, bisa juga bawa anak-anak jalan-jalan akhir tahun lalu.

So, yeah, jangan meremehkan yang kecil-kecil. Katanya, kerjaan nulis itu sejak dulu kala susah dipakai buat hidup. Tapi, ya ternyata bisa juga dipakai buat ini itu.

*sujud syukur*

Ya gitu deh, caranya saya memotivasi diri sendiri untuk selalu bisa profesional pada pekerjaan menulis saya.

Bekerja secara freelance memang membuat kita harus bisa memotivasi diri sendiri untuk terus semangat. Kalau enggak, bisa jadi nggak ada satu pun yang bisa selesai. Apalagi kalau lagi kumat mood swing. Walah. Lewat.

Karena itu saya nggak pernah lupa untuk memberi diri sendiri a little reward sekali waktu, sekadar untuk bikin diri sendiri semangat untuk berkarya lebih produktif dan lebih baik lagi.

Little reward-nya seperti apa misalnya? Spa? Nyalon? Yah, bisa. Tapi saya nggak terlalu hobi.
Ini nih salah satu little reward saya kali ini.

Tas Mudagaya - Helosa


Yes. Tas itu.
Seperti halnya saya selalu berusaha menghargai setiap hal kecil, saya pun langsung suka pada tas kecil yang isi banyak itu.

Yup yup, tas Mudagaya.
Iya, lagi-lagi saya pesan tas Mudagaya. Kemarin saya memang pesan tas Mudagaya yang model JAVAS. Kali ini, saya punya lagi yang terbaru, model Khanza dengan variannya Helosa.


Suka karena lapisan dalamnya lembut banget. Nggak bakal takut rusak deh tablet sama powerbank-nya.


Cakep ya?
Lebih daripada cakep, bentuknya memang kecil, tapi coba tengok isinya; 10 slot kartu, 1 kantung jaring serbaguna, 2 saku smartphone, 1 saku tab 8 inch, 1 slot serbaguna di bagian belakang. Nggak seperti tas-tas yang lain, masing-masing bagian dilindungi dengan baik karena bahan yang lembut dan bahkan semacam ada lapisan busa di bagian saku tablet.

Saya yang suka serba praktis langsung deh jatuh cinta. Dibawa jalan nggak ribet, asyik banget buat sekadar hangout, mau sendirian ataupun pas sama anak-anak.

Foto by Atanasia Rian


Apalagi yang Helosa ini, warnanya hitam. Sengaja sih, saya pilih yang hitam dan nggak terlalu banyak warna. Soalnya baju saya juga 80% warna item semua.

Kenapa pilih semua hitam? Supaya praktis bo! Kalau mau pergi, ya udah sih langsung pake baju dan samber tas, pergi. Nggak perlu matching-matchingin ini itu, warnanya cucok apa enggak.

Hahaha.
Iya, itu saya. Nggak suka ribet.

Selain saya memberi little reward pada diri sendiri, saya pun juga memberi little reward untuk orang-orang yang saya cinta.

Ya, soalnya saya kerja buat siapa sih?
Pastinya buat diri saya sendiri dong, dan untuk orang-orang yang saya cinta. Keluarga, anak-anak terutama.

Maka, saat saya jenuh dan gerah dengan pekerjaan, selain saya memberi diri sendiri a little reward macam tas Mudagaya itu, saya pun habiskan waktu bersama mereka. Kadang ya cuma untel-untelan di rumah. Kadang ya seperti siang ini tadi, sekadar jalan cari es krim.


Yummm!



Es krimnya sih yah ... enak sih. Tapi buat saya, memandangi wajah mereka yang antusias melahap es krim, itu yang bikin luar biasa. Bikin saya jadi semangat untuk tetap kerja dan menghasilkan sesuat yang lebih baik lagi. Supaya kapan-kapan saya bisa melihat wajah-wajah mereka semringah lagi karena saya belikan hal-hal kecil seperti ini.

By giving them some love, maka saya sudah memberikan cinta juga pada diri sendiri.

Betul nggak sih?

Makanya, yuk yuk, stop mengeluh dan mulai menghargai hal-hal kecil lebih dan lebih lagi.
Karena seperti halnya tas Mudagaya, yang kecil tapi berisi, hal-hal kecil di sekitar pun punya arti sendiri-sendiri dalam hidup kita.

Hal-hal kecil yang bisa membuat hal yang besar.

Tas Mudagaya ini dijual melalui distributor. Untuk melihat koleksi lengkapnya, kamu bisa intip di akun Instagram-nya, @mudagaya.

Kalau mau pesan, tinggal hubungi nomor CS di +62-226610444, maka kamu pun akan diarahkan ke distributor terdekat tempat kamu tinggal. Ongkirnya jadi lebih murah deh.

Share
Tweet
Pin
Share
5 comments


Oke, jadi gini.

Kemarin ada yang usul, supaya artikel-artikel saya di sini dibukukan. Supaya bisa jadi satu, nggak susah buat nyari-nyari.

Well, saya memang berencana akan menjadikan satu artikel-artikel yang ada di blog ini menjadi ebook, yang yah ... saya jual sih nantinya. Nggak mahal kok. Paling-paling sekadar untuk bayar listrik pas nyusun dan ngelayout-nya ajalah ya. Karena rencananya juga akan saya layout sedemikian rupa supaya menarik. Dijamin deh, pasti terjangkau. Hahaha. So, saya akan selesaikan dulu seri Idea Mining ini, sampai selesai. Baru bergerak ke seri berikutnya.

Setelah menjadikan Twitter sama Facebook sebagai tempat untuk menjaring ide (alih-alih menjadikannya tempat "sampah". Hee~), pagi ini saya pun jalan-jalan di LinkedIn.



Wah, ternyata interface-nya sudah berubah.
Sejujurnya saya nggak gitu suka dengan tampilan LinkedIn sebelum-sebelumnya. Sangat kaku. Ya, itu menurut eikeh sih.

Makanya rada males main ke sana. Padahal, tahu sih, di sana banyak "harta karun" ide aja.
You see, kerjaan saya memang dituntut untuk bisa menemukan banyak artikel baru yang fresh dan original dengan cepat. Jadi, saya butuh berbagai source ide agar bisa bantu saya brainstorming tiap hari.

Saya sudah mengaryakan Feedly (ohiya, yang ini malah belum dibahas ya), Facebook dan Twitter, Buzzsumo, Quora dan Headlines Generator. Sekarang kayaknya saya bisa nambah LinkedIn sebagai tambang ide saya.

Wah, sempet, Ra? Yaaaah ... sesempatnya dan seingatnya. Asal sudah masuk bookmark kan kalau sewaktu-waktu butuh ide, tinggal menelusur bookmark kan?

So, idea mining dari LinkedIn ini bisa dicari di mana saja sih?

1. Dari newsfeed kita




Jadi, sepagian ini saya sudah nemu 3 - 4 artikel yang dishare dengan beberapa teman di newsfeed yang menarik. Ada yang sudah saya share pun di Blogster soal SEO. Hahaha.

Nah, yang di atas itu saya juga temukandi newsfeed. Menarik banget, karena itu berdasarkan survei. Saya memang lagi nyari yang beginian sih, jadi bahan artikel indepth and data based untuk Rocking Mama.

So far, saya masih asal accept permintaan koneksi dari teman-teman. Tapi seneng banget kalau ada yang di luar lingkaran Facebook, Twitter dan Instagram. Yah, biar nggak 4L. Wkwkwkwk.

Sementara LinkedIn juga less drama, so I think I have to spend more time there from now.

2. LinkedIn Groups



Saya baru mulai mengirimkan permintaan join ke kira-kira 10 grup hari ini. Jadi sepertinya saya harus bersabar sedikit kalau mau pengin nyari ide dari grup-grup yang ada di sana.

Ekspektasinya ya, lebih bagus ketimbang beberapa grup di Facebook yang penuh dengan promosi link blog sendiri sih. Hee :D
Nanti saya update kalau saya sudah di-approve ya. Sesuai ekspektasi apa enggak.


3. LinkedIn Learning



Kalau ada modal sedikit, saya juga pengin sih dapat courses yang ada di sini. Kayaknya banyak yang menarik. Tapi mahal juga ya. $24.99/bulan bo'!

Tapi lumayan juga sih, saya sudah nemu 2 "topik" menarik dari judul-judul course, lalu pas saya lihat table of contents-nya, saya jadi sudah punya bayangan isinya membahas mengenai apa aja. Saya langsung sudah bisa bikin outline dari situ.

Misalnya, ini nih. Writing Headlines Course by Starshine Roshell itu.
Let's see table of contents-nya deh.

 Dari situ saya langsung bisa rumusin, bahwa headlines yang bagus itu adalah headlines yang 'grab the readers' attention', unique, useful, ultra-specifi, urgent.

Lalu style headlines-nya?
Make sure you have vibrant language, use active verbs, make it engaging, akurat, dan based on trends.

Lalu perhatikan juga beberapa hal teknisnya: pemakaian huruf kapital, tanda baca, dan teknik SEO-nya.

Terus, penjelasan per poinnya gimana? Riset di tempat lain, kembangkan sendiri! :D

Nah, dengan demikian saya sudah bisa membuat 1 artikel soal menulis headlines dengan struktur yang bagus, based on strukturnya Roshell kan? Hee.


4. LinkedIn SlideShare 



Nah, ini sebenarnya bagian terfavorit dari LinkedIn. Saya sudah pernah upload 2 slide sih di sini. Yang Self Editing dan Blog Monetizing.

Cuma, saya belum memaksimalkannya menjadi 'tambang ide'.
Ada banyak topik yang bisa kita temukan di sini, dari mulai bisnis, karier, otomotif, sampai lifestyle. Cucok deh, bo', jadi referensi.


Nah, begitu caranya menambang ide dari LinkedIn.
Masih di seri Idea Mining, saya sepertinya masih akan bahas soal Google Trend, how to listen to your audience, and stalking your blogger friends as competitor. Eehehehe.

Stay tune yak!

Share
Tweet
Pin
Share
5 comments


Kemarin adalah International Women's Day. Entah kenapa, akhirnya membuat saya kepikiran soal pelecehan seksual yang sering diterima oleh kaum perempuan.

Tapi nggak kebetulan sih, bahwa saya pernah mengalaminya sendiri. Dulu, saya pernah menuliskannya di blog lama yang matik itu. Komennya buanyaaaaaaaakkkkk buanget! Sampe ratusan, dan semuanya cerita mengenai pelecehan seksual yang pernah dialami masing-masing. NGERI, gan! Ada yang benar-benar mengerikan, sampai saya sendiri speechless terus baper lagi.

Saya sebenarnya masih dalam usaha untuk melupakan peristiwa itu. Nggak mau ngomongin lagi. Meskipun saya nggak akan melupakannya, tapi dengan nggak ngomongin lagi sedikit banyak saya bisa get over it.

Tapi setelah dipikir-pikir, kok ya peristiwa seperti ini juga makin sering saja saya dengar sehari-hari? Is there nothing we can do? Bahkan untuk sesama perempuan, yang kita lihat di jalan dan mengalami pelecehan seksual? Bahkan kita sendiri mentolerir tindakan pelecehan seksual karena saking biasanya terjadi.

Sedih nggak sih?
Ya gitu deh, akhirnya saya tulis.

Dari artikel saya di Rocking Mama itu, akhirnya saya kepikiran untuk membuat artikel seri #KisahSaya.

Sebenarnya sebelumnya ada beberapa kisah nyata yang ditulis juga oleh para penulis Rocking Mama. Ada Mbak Dessy Natalia cerita soal KDRT yang dialaminya, Yashinta yang cerita soal anaknya yang indigo, dan ternyata semuanya tuh bisa menjadi inspirasi pembaca Rocking Mama lho.

Makanya, saya mengajak teman-teman, baik yang sudah lama menulis atau yang belum, untuk ikut bercerita di Rocking Mama.



Berikut saya kopasin ketentuannya ya dari web Rocking Mama.

  1. Tuliskan cerita dalam format .doc atau .docx, sepanjang minimal 700 kata.
  2. Cerita boleh merupakan pengalaman nyata pribadi ataupun orang lain. Namun, untuk pengalaman orang lain, harus menyertakan izin tertulis bahwa cerita tersebut boleh ditayangkan di Rocking Mama. Silakan cantumkan keterangan jika nama ingin disamarkan.
  3. Cerita tersebut belum pernah dipublikasikan di media lain.
  4. Kirimkan cerita sebagai lampiran dan email ke hello@rockingmama.id. Lengkapi dengan data diri (yang tidak akan kami sebarkan) meliputi nama pena (jika ada), nama lengkap, alamat + kodepos, no HP yang bisa dihubungi serta nomor rekening yang masih berlaku.
  5. Cerita dipublish atas nama Rocking Mama, namun akan menyantumkan nama Mama sebagai penulis di akhir cerita (jika Mama menginginkan)
  6. Setiap cerita yang masuk akan diseleksi oleh editor, sehingga memang tidak semua cerita bisa ditayangkan.
  7. Rocking Mama akan menayangkan #KisahSaya maksimal 2x sebulan. Sehingga jika dalam sebulan sudah ada 2 cerita yang ditayangkan, maka penayangan cerita berikut yang lolos seleksi akan dijadwalkan pada bulan berikutnya.
  8. Setiap cerita yang ditayangkan akan mendapatkan kompensasi sebesar Rp 100.000.
  9. Keputusan editor adalah mutlak dan tidak bisa diganggu gugat.

Mengapa tulisannya harus dikirimkan, dan bukan dipost sendiri seperti biasanya? Ya, siapa tahu, si penulis ingin dirahasiakan identitasnya. Pastinya kalau ditulis atas nama Rocking Mama akan lebih terlindungi hak privasinya ya.

Tapi, sebenarnya sih, kalau mau menulis sendiri juga boleh kok. Jangan lupa sertakan hashtag #KisahSaya di judul ya. Supaya saya tahu bahwa tulisannya ditujukan untuk rubrik #KisahSaya.

Ah, semoga banyak yang kirim ya. Kalau banyak tulisan bagus dari #KisahSaya ini, kayaknya mau saya bukuin ah, nanti :D

Nah, gimana? Tertarik untuk ikutan nulis?
Ayo, saya dan Ranny siap menunggu kiriman tulisan kamu :)
Share
Tweet
Pin
Share
6 comments


Semua orang memang bisa menulis. Menuliskan nama di presensi kuliah, itu juga menulis kan?

Tapi menulis dengan baik, yang berhasil menyampaikan pesan dengan tepat, itu memang terkadang agak-agak rumit. Meski struktur kalimat saja sudah berusaha memenuhi kaidah SPOK, KSPO, SPO, dan lain sebagainya itu, tetep saja ya ada yang kesulitan menyampaikan pesannya.

Tulisannya nggak fokus, nggak bisa hook pembaca untuk mau membaca sampai akhir, dan hal-hal lain bisa terjadi yang membuat tulisan kita jadi failed. Akibatnya? Pembaca nggak mudeng dengan pesan yang ingin kita sampaikan.

Kalau penerima pesan nggak mudeng, berarti tugas kita sebagai penyampai pesan gagal kan? Terus ngapain nulis? #eh

So, setidaknya ada 7 hal yang sering dilupakan oleh penulis (content writer), dan juga blogger, saat sedang "memasak" kontennya.

7 Hal yang Sering Dilupakan oleh Penulis Konten


 

1. 5W 1H


Apa itu 5W 1H?
Saya pernah menuliskannya dengan lumayan lengkap di blog ini. Silakan dibaca ya, untuk yang belum. Atau yang sudah baca tapi lupa. Ehe.

Mengapa 5W 1H itu penting dalam sebuah tulisan?
Salah satu tujuan menulis adalah menyampaikan informasi secara lengkap, from A to Z dalam satu tulisan, yang bisa membuat pembaca well-informed. Sehingga saat dia selesai membaca tulisan kita, semua rasa ingin tahunya terpuaskan.

5W 1H bisa menolong kita untuk bisa menyajikan informasi itu secara lengkap.
Saya garis bawahi di bagian "secara lengkap", karena 5W 1H itu mencakup semua elemen knowledge yang harus diberitahukan pada pembaca, yaitu apa, siapa, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana.

Kehilangan salah satunya?
Informasi akan kurang lengkap.

Sering saya menemui tulisan yang tanggung. Mau menjelaskan soal obat baru, misalnya. Kandungannya ada, bentuknya difotoin, tapi lupa ngasih lihat gimana cara makainya. Seperti itu saja sudah berarti ada yang missed. Lalu gimana dong? Akhirnya ya, saya harus browsing lagi mencari sumber informasi lain kan?

Kalau saya butuh infonya cepet, jadi berasa diPHPin kan?
Ya gitu deh, sebelnya kalau dikasih info nggak lengkap.


2. "Suara"


Salah satu keterampilan yang dituntut dari seorang content writer (and sometimes blogger too) adalah kemampuannya untuk menjadi bunglon.

Content writer yang menulis untuk website lain harus bisa "mewakili" voice and tone brand yang menjadi kliennya untuk menyampaikan pesan pada masyarakat. "Suara" tulisannya harus bisa berubah-ubah sesuai image brand yang direpresentasikannya.

Nah, di sini rumitnya. Kadang ini juga menjadikan tulisannya kehilangan "suara" khas, karena semuanya disajikan datar saja. Maksudnya begini, sebenarnya setiap brand itu punya ciri khas gaya bahasa masing-masing lho. Misalnya, Rocking Mama aja deh, yang gampang. Gaya bahasa Rocking Mama itu berbeda dengan gaya bahasa yang ada di Ributrukun, misalnya.

Content writer harus bisa menyesuaikan ini. Kalau akhirnya rancu, ya brand pun akan kehilangan "suara"-nya yang khas.

Untuk para blogger, terutama, biasanya akan (atau sengaja?) melupakan "suara" saat menerima job content placement. Saya pernah "curhat" soal ini juga sih di blog ini. Hehehe.

Apalagi blogger. Karena bekerjanya adalah di ranah pribadi, yaitu personal blognya, maka dia harusnya punya voice and tone yang khas dari dirinya sendiri. Saat "suara"-nya tergantikan oleh "suara" yang lain, maka seharusnya dia tersinggung. Rumahnya "dimasukin" orang lain, meski izin. Tahulah, rumah dimasukin orang asing atau tamu, meski sudah dipersilakan tapi kan tetep ya ditemuinnya di ruang tamu. Masa sih tamu dibolehin ngubek-ubek isi rumah, berantakin. Sampai-sampai ngubah penataan rumah. Ya, kalau lebih bagus sih ya, okelaaah. Kalau bikin rusak?


3. Variasi Kata


Nah, ini persoalan yang sering banget saya temui saat mengedit tulisan teman-teman. Variasi kata itu penting banget, supaya tulisan kita mengalir dan nggak membosankan.

Penulis yang melupakan variasi kita akan cenderung melakukan pengulangan secara terus menerus dalam tulisannya.

Pengulangan ini bisa 2 macam biasanya yang bikin genggeus:
  • Pengulangan kata dalam 1 paragraf
  • Pengulangan informasi dalam 1 artikel
Maksudnya di sini sih ya, bukan kata ulang. Kalau itu mah ... beda. Memang sebuah kata yang bermakna sendiri, meski disebutkan 2 kali. Untuk menunjukkan bentuk jamak, misalnya.

Contohnya gimana ya? Hmmm.

Ibu baru pulang dari pasar dari tiga jam yang lalu.

Nah, di situ "dari"-nya kan diulang sampai 2 kali dalam 1 kalimat pendek. Yang seperti itu biasanya akan saya ubah menjadi:

Setelah tiga jam berlalu, ibu akhirnya pulang dari pasar.

Iya, kalimatnya jadi panjang. Tapi kadang juga lebih pendek. Tergantung juga sih.
Saya pribadi menghindari banget mengulang kata yang sama dalam 1 kalimat, bahkan kalau bisa dalam 1 paragraf. Cara menghindarinya bisa macam-macam, misalnya saya ubah menjadi pasif, saya carikan sinonim, saya ubah begini dan beginu. Gunakan saja kreativitas kita.

Pengulangan kata dan informasi yang terlalu banyak, akan membuat tulisan jadi boring dan mbulet. Maka, sebaiknya hindari ya.

4. Gambar dan Image yang Merepresentasikan Tulisan


Sebelumnya, sudah tahu kan kalau kita punya banyak sekali source image CC0, yang foto dan image-nya bisa kamu ambil secara free dan boleh digunakan semau kita?

Saya punya 11 ++ source image CC0. Nanti kapan-kapan saya update lagi.

Menemukan ke-11 situs source CC0 yang bebas pakai itu bisa jadi kayak menemukan harta karun ya. Yang biasanya asal comot dari Google, sekarang jadi lebih "beretika".
Tapi ternyata, kesalahan nggak cuma berhenti di situ, pemirsah.

Ketepatan kita dalam memilih image itu ternyata juga jadi masalah lagi.
Biasanya sih karena pada males ngubek-ubek untuk mencari gambar yang pas dengan tulisannya, sehingga asal ambil.

Beberapa kesalahan pemilihan image yang pernah saya lihat itu adalah, tulisannya cukup relijius tapi milih gambarnya foto perempuan bule yang pakai tanktop. Nah loh. Kan aneh!

Saya tahu penulisnya itu berhijab, tapi lho ... imagenya kok perempuan pakai bikini ya?

Rada missed aja di situ.

Sebaiknya sih, pilihlah image yang sesuai dengan isi tulisan dan image si penulis, apalagi kalau blog ya. Saya cenderung malah lebih selektif lho memilih untuk blog ketimbang untuk Rocking Mama. Ya, karena blog itu lagi-lagi merupakan ranah pribadi. Merepresentasikan diri saya. Jangan pakai image yang bisa merusaknya.

Meski kalau buat Rocking Mama, saya juga nggak akan pakai image yang merusak citra juga. Hahaha.

Lalu, kesalahan lain lagi adalah memilih image yang size-nya nggak sesuai (males nge-resize), atau malah pakai image yang pecah pixelnya.

Dan, kesalahan terakhir. Sering lihat image-image semacam ini kan di CC0 source?

Basi nggak sih kayak gini?
Please ya, jangan memilih yang model stick man kayak gitu. Dilihatnya nggak asyique. Kurang karakter jadinya. Yang kayak-kayak gitu biar buat papan penanda toilet aja, jangan dimasukin ke web. Ok?

5. Pembaca


Nah, ini nih. Fatal.
Kita ini penulis, tapi melupakan pembaca. Kita malah nulis untuk search engine.

Nah loh.
Iya, saya juga masih sering melakukannya.

Menulis supaya diindeks Google. Jadinya ya keyword stuffing, keywords dijejal-jejalkan dalam satu artikel sampai bikin tulisannya mbulet susah dimengerti.

Menulis untuk mesin kadang bikin kita akhirnya juga sound like a machine. Jadi kayak robot, tulisannya nggak bermakna. Informasinya kabur. Yang ada keyword semua.

Melelahkan.

Saya sendiri sedang berusaha agar selain tulisan bisa menjadi top searches, sekaligus juga memberikan user experience yang baik untuk pembaca.

Susah banget, gaes. Saya akui, butuh ekstra kerja keras deh ini.
Sebagian berhasil, sebagian gagal.
Ya, biasalah ya.

Yang penting, tetap semangat!


6. Kreativitas


Permata yang belum diasah.
Jodoh/rezeki tak akan ke mana.
Apalah arti sebuah nama.

Beberapa frasa atau kalimat di atas itu sudah terlalu sering digunakan di mana-mana, sampai bosen denger/bacanya.

Ya, oke sih, bukannya terus dilarang sama sekali untuk menggunakan kalimat-kalimat klise tersebut. Tapi kalau kebanyakan ya ... duh, malesin amat yak.

Kreatif dong!
Kita punya berapa miliar kata sih? Bahkan bisa diramu dengan bahasa daerah dan bahasa asing juga, jika memungkinkan. Come on, play your words!

Don't be boring!


7. Konsistensi istilah


Nah, ini juga sering saya jumpai nih. Yang merasa nggak usah baper yak. Nggak usah juga ngaku, diem aja. Tapi dicatat, dan jangan diulang lagi.

Bahahaha.

Misalnya nih, di bagian atas tulisan pakai "saya", lalu di tengah jadi "aku", terus closing-nya pakai "gue". Hayolohhhh.
Bagian atas pakai menyebut pembaca dengan "Anda", tengah jadi "kamu", lalu jadi "Anda" lagi.
Bagian atas menyapa dengan, "Hai, Moms. Apa kabar?". Bagian tengah jadi, "Kalau Bunda tak keberatan, maka ..." Lalu di akhir jadi, "Nah, gitu deh, Ma, tips dari saya."

Hahahaha. Siapa hayoh yang masih suka nggak fokus gitu?
Sebaiknya sih diseragamkan. Kalau mau pakai "saya" ya "saya" terus. Mau sebut "Moms" ya "Moms" terus sampai akhir.


Baca juga: 8 Langkah Self Editing bagi Para Blogger untuk Menghasilkan Artikel yang Bersih dan Rapi


Nah, itu dia, 7 kesalahan penulis, lebih khususnya content writer termasuk blogger, yang biasa terjadi saat mereka menulis artikel.

Jadi, "salah"-mu ada berapa? Bhihihik.
Share
Tweet
Pin
Share
41 comments
Newer Posts
Older Posts

Cari Blog Ini

About me





Content & Marketing Strategist. Copy & Ghost Writer. Editor. Illustrator. Visual Communicator. Graphic Designer. | Email for business: mommycarra@yahoo.com

Terbaru!

Contoh Desain Feed Instagram untuk Portofolio Penulis

Contoh desain feed Instagram bisa jadi pembeda antara akun penulis yang sekadar tampil, dan akun yang benar-benar menarik perhatian.  Di era...

Postingan Populer

  • Teknik Bridging dalam Menulis Artikel
    Teknik bridging barangkali adalah teknik menulis yang cukup jarang dibahas. Padahal, ini cukup penting lo! Teknik bridging sering sekali say...
  • 15 Ide Style Feed Instagram yang Bisa Kamu Sontek Supaya Akunmu Lebih Stylish
    Hae! Kemarin saya sudah bahas mengenai do's and donts dalam mengelola akun Instagram , terus ada pertanyaan yang mampir, "Ka...
  • Lakukan 7 Langkah Enhancing Berikut Ini untuk Menghasilkan Image Blog yang Cantik
    Konten visual cantik untuk mempresentasikan konten tulisan yang juga asyik. Kurang menarik apa coba? Banyak blog dan web referensi...
  • Writing Preparation: 19 Jenis dan Tipe Konten untuk Blog Post Ini Bisa Jadi Ide Blog Kamu Biar Nggak Ngebosenin
    Hai! Sebelumnya, saya sekeluarga mengucapkan Selamat Idulfitri ya. Kalau saya pernah salah, atau mungkin saya terlalu sering menyakiti ...
  • Ngeblog itu Gampang! Tinggal Simsalabim, Uang pun Datang!
    Disclaimer: Artikel ini pertama kali tayang di web Kumpulan Emak Blogger , repost dengan modifikasi di beberapa tempat.  Blogger, buz...

Blog Archive

Portofolio

  • Buku Mayor
  • Portfolio Konten
  • Portfolio Grafis
  • Konten Web
  • Copywriting
  • E-book
  • Buku Fiksi
  • Ilustrasi

Follow Me

  • instagram
  • Threads

Created with by ThemeXpose