Tip Menulis Artikel Tanpa Outline

by - November 26, 2017



Outline, menurut beberapa orang mastah menulis, merupakan alat wajib saat kita mau menulis. Outline bisa membuat tulisan kita jadi fokus dan rapi.

Saya sendiri juga mengamini kok kalau outline ini juga helpful banget, terutama kalau kita mau nulis agak panjang dengan topik yang di luar keahlian kita. Wah, harus banget nih.

Di bagian lain dari blog ini, saya pernah menulis tentang outline dan bagaimana mengembangkannya, dengan menggunakan rumus 5W 1H. Silakan kalau mau dibaca-baca yah.

Tapi, sering juga sih kejadian. Ah, malas amat pakai outline. Langsung tulis saja dah.
Kalau kayak gini mah, ya saya langsung tulis saja. Nah, terusnya, rumus 5W 1H-nya saya pakai untuk ngecek keruntutan cerita saya atau kelengkapan informasi yang saya tulis.

Kurang lebih sih kayak yang pernah saya lakukan saat menelaah tulisan Mbak Shanty Dewi Arifin di sini nih.

Memang outline ini sekadar tool. Kalau dirasa perlu, ya pakai. Enggak perlu, ya jangan dijadikan beban. Kalau saya sih intinya gitu.

Tapi, kalau tanpa outline, gimana caranya supaya kita nulisnya bisa tetap rapi, fokus, runtut dan mengalir ya? Meski nanti mungkin di akhir kita tetep cek juga dengan rumus 5W 1 H.


Langkah-langkah menulis artikel tanpa outline tapi tetap rapi, fokus dan mengalir


1.Tentukan topik yang fokus

Ini penting ya. Sedari awal kita harus sudah tahu, tulisan kita fokusnya di topik apa.

Misalnya nih, mau nulis tentang teknik menulis.
Lah, itu masih kurang fokus. Teknik menulis apa? Teknik menulis artikel.
Nah, sudah lebih fokus, tapi masih tetep kurang. Teknik menulis artikel yang gimana? Teknik menulis artikel dengan cepat.

Ha! Ini sudah lebih fokus lagi.
Mau difokusin lagi? Bisa.

Seenggaknya 6 - 10 kata mungkin sudah cukuplah.
Kalau sudah, jadikan ini sebagai judul sementara. Karena sudah pasti ada kalimat topik di situ, berarti keyword sudah masuk. Tinggal poles aja agar lebih menarik nanti.


2. Tentukan poin-poin besar yang ingin disampaikan

Selanjutnya, biasanya sih kalau saya nih, artikel yang dengan cepat bisa saya tulis tanpa outline adalah yang model listicle. Yang berpoin-poin gini. Jadi lebih ke jenis artikel how-to.

Kalau yang storytelling sih tetap bisa juga dibikin per poin, terus nanti poinnya akan menjadi subheading. Menulis storytelling dengan menggunakan subheading atau subjudul, ini juga akan memudahkan pembaca untuk scanning dulu sebelum mereka membaca keseluruhan cerita. Bikin mata nggak mudah lelah juga, plus bikin kita gampang juga nulisnya. Mau masukin internal link juga lebih mudah.

Nah, misal artikel ini.
Pas bikin, saya pun merumuskan poin-poinnya lebih dulu, yaitu:

  • topik
  • tentukan per poin
  • kembangkan masing-masing
  • closing
  • beri opening
  • cari/bikin gambar pendukung
  • self editing
  • basic SEO
  • tulis ulang judul



3. Kembangkan masing-masing

Kalau poinnya sudah lengkap semua, bisa langsung kembangkan deh. Untuk artikel how-to begini, langsung saja tambahkan keterangan masing-masing poinnya.

Saya biasanya sih memang nggak terlalu panjang per poinnya, atau per sub bahasannya. 5-6 kalimat itu sudah cukup, kalau poinnya ada 7. Kadang juga kurang, kalau poinnya sendiri sudah banyak. Lebih kalau poinnya kurang dari 7.

Ya, patokan total jumlah kata aja. Disesuaikan. Kalau 7 poin dengan 5-6 kalimat itu, ntar kalau sudah jadi juga biasanya sudah 700 kata minimal.


4. Akhiri dengan closing: kesimpulan dan call to action

Kalau per poin sudah terisi semua dengan lengkap, maka lanjutkan ke closing atau penutup.

Saya pribadi menilai, kesimpulan pada akhir tulisan itu penting. Semacam summary atau bottom line gitu. Atau, intisari dari yang sudah kita baca.

Misalnya, Emaks lagi nulis review produk. Nah, penting nih dikasih kesimpulan, jadi apa keunggulan produk tersebut, dan tambahkan call to action. Misalnya, ajakan untuk nyobain.


5. Tambahkan opening yang mengikat

Setelah closing sudah selesai, scroll kembali ke atas.
Nah, sekarang kita udah tahu kan, cakupan bahasan apa saja yang ditulis. Udah tahu apa yang ingin disampaikan kan? Sudah jelas pula apa misi kita.

Coba lihat lagi, barangkali ada hal-hal unik yang sudah ditulis dan dibahas, sesuatu yang beda atau yang belum pernah dibahas oleh orang lain.

Nah, cakupan bahasan, misi atau tujuan nulis, dan hal yang belum pernah dibahas itu mesti ditulis di bagian pembuka sebagai hook tulisan.

Terutama kalau ada hal yang belum pernah dibahas di web/blog lain nih. Mengapa? Karena semua keunggulan tersebut bisa membuat pembaca betah baca sampai selesai.

Misalnya artikel ini aja nih.

Poin terbesarnya adalah kadang kita malas bikin outline, tapi pengin bikin tulisan yang bagus.
Nah, ini harus saya tulis dan jelaskan di awal sebagai hook tulisan.

Yes, hook your readers pada 100 kata pertama, dengan menyebutkan keunggulan artikel dan mengapa mereka harus membaca sampai akhir.


6. Tambahkan konten  bonus

Selanjutnya, garnishing.

Pada titik-titik jenuh tertentu, tambahkan image. Atau mungkin mesti nambahin infografis. Atau sudah ada video yang siap ditambahkan juga.



7. Self edit/proof reading

Yep, ini penting.
Jangan lupa self editing. 

Kembali scroll dari atas, dan baca sekali lagi.

Apakah ada informasi yang kurang? Atau malah kelebihan? Ada bahasan yang melebar ke kanan dan ke kiri? Atau ada kata-kata yang kurang pantas? Ada typo?

Kalau mau, boleh dicek dengan 5W 1H. Jangan sampai ada info yang terlewat.


8. Check for on page SEO

Kalau sudah jadi artikel, cek On-Page SEO adalah hal selanjutnya yang harus dicermati. Apa saja yang perlu diperhatikan?


  1. Meta description: konon, ini sekarang yang paling penting di algoritma Google terbaru. Pastikan ada keyword di sini ya. menurut Hubspot, idealnya meta description ini terdiri atas 150 – 160 karakter. Meta description inilah yang akan muncul di search result Google kalau ada yang gugling.
  2. Hierarki artikel, gunakan H2, H3, H4 dan seterusnya untuk per poin atau per sub bahasan akan lebih baik.
  3. Internal link, tambahkan jika perlu. Perhatikan keywords yang ingin ditautkan dengan artikel lain ya.
  4. Alt text, nama file gambar, pastikan terisi semua dengan keyword.


9. Ulik ulang judul

Nah, semua sudah beres, kita bisa balik lagi ke judul.

Untuk menentukan judul ini memang perlu banyak latihan dan corat-coret. Kadang nulis artikelnya satu jam selesai, mikirin judul bisa seharian sendiri.

Di blog ini, saya pernah bahas tip bikin judul viral, juga ada artikel menelaah judul artikel-artikel viral Hipwee.

Boleh dilihat lagi, lalu coba ditiru deh cara bikin judulnya.


Baca juga: Meningkatkan Skill dan Produktivitas Menulis - Cepat Tapi Tetap Berkualitas


Memang ada banyak metode untuk bisa menulis dengan baik, sehingga menghasilkan artikel yang bagus, informatif dan insightful.

Tinggal kitanya aja nih, rajin latihan nulis apa enggak. Pilih saja yang paling cocok untuk kita yang mana, karena tiap orang punya kenyamanan sendiri-sendiri.

Selamat nulis!

You May Also Like

5 comments

  1. Aku tuh masih kedodoran di tiga poin dari bawah. Sering banget nulis tapi pas nyari judul; kok garing banget. Baca sendiri aja udah gak enak, gimana orang lain qiqiqiqi

    BalasHapus
  2. Emang paling enak nih menulis model listicle. Biasanya to the point, gak perlu capek2 bikin outline.

    Btw poin 8 nomor 4, alt text, nama file gambar terisi keyword maksudnya apa ya mba?
    Terima kasih sebelumnya (",)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya di alt text/caption ada keyword yang ditargetkan. Nama file gambar sebelum diupload di-rename dulu dengan mengandung keyword.

      Hapus
  3. Terima kasih ya, Mbak. Membantu sekali buat saya yang kadang nulis tanpa outline

    BalasHapus
  4. Memang sulit klo bikin postingan yg berbobot, tpi ringan & enak buat dibaca.

    BalasHapus