• Home
  • About
  • Daftar Isi
  • Konten Kreatif
    • Penulisan Konten
    • Penulisan Buku
    • Kebahasaan
    • Visual
  • Internet
    • Blogging
    • Marketing
    • User
    • WordPress
  • Media Sosial
    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
  • Stories
    • My Stories
    • Featured
    • Freelancer
  • Guest Posts
Diberdayakan oleh Blogger.
facebook twitter instagram pinterest Email

Carolina Ratri

Apa Itu Review Blog dan Kenapa Penting untuk Blogger yang Ingin Naik Level?

Review blog sering kali dianggap pekerjaan sepele, padahal justru ini salah satu kunci untuk membawa blog ke level berikutnya. Banyak blogger rajin menulis, tapi lupa meluangkan waktu untuk benar-benar menilai blognya sendiri.

Akibatnya, mereka enggak sadar kalau ada hal-hal kecil yang diam-diam menghambat perkembangan. Padahal, dengan evaluasi yang tepat, blog bisa tumbuh lebih cepat dan menarik lebih banyak pembaca.

Apa yang Dimaksud dengan Review Blog?

Review blog itu sebenarnya sederhana. Yaitu proses melihat kembali blog secara menyeluruh. Tujuannya untuk memahami apakah blog sudah berjalan sesuai harapan. Mulai dari isi tulisannya, tampilan desain, sampai hal-hal teknis yang mungkin jarang diperhatikan.

Proses ini membantu melihat blog dari sudut pandang pembaca sekaligus pemilik, sehingga bisa ditemukan bagian mana yang masih kurang dan perlu diperbaiki.

Banyak yang sering menyamakan review blog dengan proofreading. Padahal keduanya berbeda. Proofreading fokusnya hanya di teks, seperti memperbaiki salah ketik, tanda baca, atau ejaan yang kurang tepat. Sementara review blog jauh lebih luas. Bukan cuma memeriksa tulisan, tapi juga menilai struktur artikel, kenyamanan membaca, kecepatan loading halaman, hingga kemudahan pengunjung menemukan informasi. Jadi, review blog lebih strategis dan berorientasi pada perkembangan blog secara keseluruhan.

Tujuan utama dari review blog adalah mengevaluasi performa, kualitas konten, dan pengalaman pengunjung. Performa bisa dilihat dari data, misalnya jumlah pengunjung, berapa lama mereka bertahan di halaman, dan artikel mana yang paling sering dibaca.

Kualitas konten menyangkut seberapa bermanfaat tulisan tersebut, apakah relevan dengan pembaca, dan apakah informasinya akurat. Sementara pengalaman pengunjung berkaitan dengan bagaimana mereka merasa saat mengunjungi blog. Apakah nyaman? Apakah mudah menemukan informasi? 

Semua itu jadi bahan pertimbangan penting sebelum blog dibawa ke level berikutnya. Misalnya untuk dimonetasi.

Baca juga: Bagaimana Mencari Topik atau Niche Paling Cocok untuk Blog Kamu

Tanda-Tanda Blog Perlu Direview

Apa Itu Review Blog dan Kenapa Penting untuk Blogger yang Ingin Naik Level?

Sebelum memutuskan langkah perbaikan, penting untuk tahu kapan saat yang tepat melakukan review blog.

Enggak semua perubahan harus dilakukan setiap hari, tapi ada tanda-tanda tertentu yang menunjukkan bahwa blog sudah butuh dievaluasi. Tanda-tanda ini biasanya terlihat dari performa, interaksi, atau relevansi konten yang mulai menurun.

Dengan mengenali sinyal-sinyal ini lebih awal, kamu bisa segera mengambil tindakan sebelum masalah semakin besar dan berdampak pada pertumbuhan blog.

1. Trafik Stagnan atau Menurun

Jika jumlah pengunjung blog enggak bertambah dalam waktu lama, atau malah terus berkurang, ini sinyal kuat bahwa ada yang perlu diperbaiki.

Trafik yang stagnan bisa berarti konten baru tidak cukup menarik pembaca baru. Penurunan trafik bisa disebabkan oleh persaingan yang lebih ketat, perubahan algoritma mesin pencari, atau topik yang sudah enggak relevan.

Dengan review blog, kamu bisa melihat mana bagian yang lemah dan mencari strategi untuk menarik kembali minat pembaca.

2. Bounce Rate Tinggi

Bounce rate adalah persentase pengunjung yang keluar dari blog setelah membuka satu halaman saja. Angka yang terlalu tinggi menandakan pengunjung enggak menemukan apa yang mereka cari, atau enggak merasa tertarik untuk menjelajah lebih jauh.

Ini bisa terjadi karena konten kurang relevan, desain kurang nyaman, atau loading terlalu lama. Melalui review, kamu bisa menganalisis penyebabnya dan mencari cara untuk membuat pengunjung betah lebih lama.

3. Artikel Lama Gak Relevan Lagi

Konten yang sudah usang atau berisi informasi yang enggak akurat bisa membuat blog kehilangan kredibilitas. Misalnya, artikel yang membahas tren atau data tertentu tapi enggak pernah diperbarui. Pembaca akan merasa kecewa jika informasi yang mereka dapatkan sudah ketinggalan zaman. 

Review blog membantu menemukan artikel-artikel lama yang perlu diupdate atau bahkan dihapus jika sudah enggak layak tayang.

4. Komentar atau Interaksi Pengunjung Menurun

Blog yang sehat biasanya punya interaksi yang baik, seperti komentar, share, atau pertanyaan dari pembaca. Jika jumlah interaksi ini terus menurun, artinya pembaca mulai kehilangan ketertarikan atau koneksi dengan konten yang disajikan. Bisa jadi gaya penulisan berubah, topik enggak lagi relevan, atau kualitas konten menurun.

Dengan melakukan review blog, kamu bisa menemukan apa yang menghambat keterlibatan pembaca dan mengembalikan interaksi seperti semula.

Kenapa Review Blog Penting untuk Naik Level?

Apa Itu Review Blog dan Kenapa Penting untuk Blogger yang Ingin Naik Level?

Melakukan review blog bukan hanya soal memeriksa tampilan atau memperbaiki kesalahan kecil. Lebih dari itu, proses ini punya peran besar dalam membantu blog berkembang ke arah yang lebih baik.

Ada banyak alasan kenapa evaluasi menyeluruh ini layak dilakukan secara rutin. Dengan memahami manfaatnya, kamu bisa melihat bahwa review blog bukan sekadar pekerjaan tambahan, tapi investasi penting untuk membawa blog naik level.

1. Mengidentifikasi Kelemahan yang Menghambat Pertumbuhan

Tanpa evaluasi, sulit mengetahui bagian mana dari blog yang sebenarnya menjadi penghambat. Bisa saja masalahnya ada pada konten yang kurang relevan, desain yang membingungkan, atau kecepatan loading yang lambat.

Review blog membantu menemukan masalah-masalah ini secara lebih jelas. Dengan begitu, kamu bisa fokus memperbaiki hal yang benar-benar berdampak pada perkembangan blog. Langkah ini jauh lebih efektif dibanding sekadar menebak-nebak.

2. Meningkatkan Pengalaman Pengunjung biar Betah

Pengalaman pengunjung adalah salah satu kunci keberhasilan blog. Jika mereka merasa nyaman, mereka cenderung membaca lebih banyak artikel dan bahkan kembali di lain waktu. Review blog membantu melihat apakah desain, navigasi, dan konten sudah cukup ramah untuk pengunjung. Misalnya, apakah font mudah dibaca, halaman cepat dimuat, atau artikel tersusun rapi. Semua perbaikan ini membuat pengunjung betah dan mau menjelajahi blog lebih lama.

3. Memperbaiki SEO untuk Menaikkan Ranking di Mesin Pencari

SEO adalah jalan utama untuk mendatangkan pembaca baru. Review blog memberi kesempatan untuk memeriksa apakah struktur heading sudah benar, kata kunci digunakan secara tepat, dan meta data dioptimalkan. Kadang ada masalah teknis kecil yang tanpa disadari menurunkan ranking di Google.

Dengan memperbaiki SEO, peluang blog untuk muncul di halaman pertama pencarian akan semakin besar. Ini berarti lebih banyak orang bisa menemukan dan membaca blog.

4. Membuka Peluang Monetisasi Lebih Luas

Banyak cara menghasilkan uang dari blog, mulai dari iklan, kerja sama brand, hingga penjualan produk digital. Namun, peluang ini biasanya datang ketika blog terlihat aktif, rapi, dan profesional. Review blog membantu memastikan semua elemen siap untuk menerima tawaran kerja sama atau menampilkan iklan.

Semakin baik kualitas blog, semakin tinggi pula nilai yang bisa ditawarkan kepada calon mitra atau pengiklan.

5. Membangun Citra Bloger yang Profesional

Bloger yang rajin melakukan review blog menunjukkan keseriusan dalam mengelola kontennya. Ini menciptakan kesan profesional di mata pembaca, klien, maupun brand. Blog yang teratur, informatif, dan bebas dari kesalahan teknis akan lebih dipercaya.

Citra profesional ini penting, terutama jika ingin memperluas jaringan atau bekerja sama dengan pihak lain. Dengan reputasi yang baik, kesempatan berkembang akan datang lebih sering.

Elemen yang Harus Dicek saat Review Blog

Apa Itu Review Blog dan Kenapa Penting untuk Blogger yang Ingin Naik Level?

Saat melakukan review blog, ada beberapa elemen penting yang harus diperiksa. Masing-masing elemen ini punya pengaruh besar terhadap keberhasilan blog. Kalau salah satunya diabaikan, dampaknya bisa terasa pada performa dan kenyamanan pembaca. 

Berikut elemen-elemen tersebut.

1. Sisi Konten

Konten adalah alasan utama orang datang ke blog. Maka dari itu, topik yang dibahas harus sesuai dengan minat pembaca yang dituju.

Misalnya, kalau blog fokus pada dunia parenting, sebaiknya hindari tiba-tiba membahas politik tanpa kaitan yang jelas.

Selain relevansi, kualitas tulisan juga penting. Pastikan informasinya benar, akurat, dan enggak asal menyalin dari sumber lain. Kedalaman bahasan harus cukup, enggak terlalu dangkal, tapi juga gak bertele-tele. Gunakan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami siapa saja, termasuk pembaca awam.

Jangan lupa menjaga orisinalitas. Artikel yang benar-benar dibuat sendiri akan lebih bernilai dan membantu membangun reputasi blog. Konten yang unik juga membuat blog lebih disukai mesin pencari.

2. SEO (Search Engine Optimization)

SEO adalah kunci supaya blog bisa ditemukan di Google. Saat melakukan review blog, periksa dulu struktur heading. Pastikan judul utama memakai H1, lalu subjudul menggunakan H2 atau H3 dengan rapi. Ini membantu mesin pencari memahami isi artikel.

Periksa juga penggunaan kata kunci. Kata kunci sebaiknya dimasukkan secara alami di judul, subjudul, dan beberapa kali di isi tulisan secara natural.

Meta title dan meta description juga harus diperhatikan. Ini adalah teks yang muncul di hasil pencarian, jadi harus jelas, singkat, dan membuat orang tertarik untuk mengklik.

Dengan optimasi SEO yang tepat, blog punya peluang lebih besar untuk menjangkau pembaca baru.

3. Desain dan Navigasi

Desain blog punya peran besar dalam kenyamanan pembaca. Layout yang rapi, warna yang gak terlalu mencolok, dan font yang mudah dibaca akan membuat pengunjung betah. Jarak antar paragraf juga memengaruhi kenyamanan mata, jadi jangan biarkan tulisan terlihat menumpuk.

Selain itu, kecepatan loading halaman sangat penting. Kalau blog butuh waktu lama untuk dibuka, pengunjung bisa langsung pergi sebelum sempat membaca.

Navigasi juga harus sederhana. Pastikan menu jelas, kategori tertata, dan ada fitur pencarian agar pembaca mudah menemukan artikel yang mereka cari.

Desain dan navigasi yang baik akan membuat pengunjung mau kembali lagi.

4. Performa Teknis

Performa teknis blog sering luput dari perhatian, padahal sangat memengaruhi pengalaman pengguna. Pertama, pastikan blog responsif. Artinya, tampilan blog menyesuaikan ukuran layar, baik di desktop, tablet, maupun ponsel.

Kedua, cek apakah ada link yang rusak atau halaman error. Link yang mati bisa membuat pembaca kesal dan merusak citra blog.

Ketiga, perhatikan keamanan situs. Gunakan SSL supaya alamat blog menggunakan “https” yang aman di mata pembaca dan mesin pencari.

Lakukan update rutin pada plugin atau tema untuk mencegah serangan dari celah keamanan. Performa teknis yang terjaga akan membuat blog lebih profesional dan tepercaya.

5. Branding dan Konsistensi

Branding membuat blog punya identitas yang mudah diingat. Branding ini bukan hanya soal logo doang lo! Tapi juga gaya bahasa, pemilihan warna, dan cara menyampaikan informasi. 

Semua elemen visual sebaiknya selaras dengan niche blog. Misalnya, blog tentang kesehatan bisa memakai warna-warna lembut dan desain bersih.

Gaya bahasa juga harus konsisten dari satu artikel ke artikel lain, supaya pembaca merasa familier. 

Selain itu, jaga kredibilitas. Pastikan semua informasi yang dibagikan akurat, ada sumber yang jelas, dan gak menyesatkan. Branding dan konsistensi yang terjaga akan membangun kepercayaan pembaca dalam jangka panjang.

Baca juga: Teknik Bridging dalam Menulis Artikel

Review blog itu bukan pekerjaan sekali jalan. Review ini harus dilakukan secara berkala untuk memastikan blog selalu berkembang dan relevan.

Dengan evaluasi yang tepat, kamu bisa melihat peluang, menemukan kelemahan, dan memperbaiki bagian yang selama ini mungkin terlewat. Blog pun akan lebih siap bersaing, memberikan pengalaman terbaik bagi pembaca, dan membuka kesempatan baru untuk bertumbuh.

Apa Itu Review Blog dan Kenapa Penting untuk Blogger yang Ingin Naik Level?

Kalau ingin membawa blog ke tahap berikutnya, terutama dari sisi penghasilan, sesi review blog untuk monetasi bisa jadi langkah awal yang efektif. Di sini, blog akan dievaluasi menyeluruh untuk menemukan potensi yang bisa dioptimalkan, mulai dari konten, SEO, hingga strategi pemasukan.

Jika tertarik, bisa klik di sini untuk memesan sesi dan mulai merancang jalan menuju blog yang lebih produktif.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Buku Nonfiksi Gak Harus Rumit: Ini Cara Menyusunnya dengan Lebih Terarah

Buku nonfiksi sering kali terdengar serius dan berat, sampai banyak orang merasa minder duluan sebelum mencoba menulisnya. 

Padahal, kalau tahu cara memulainya, proses menulis buku nonfiksi bisa jauh lebih sederhana dan menyenangkan. Kamu nggak perlu jadi pakar besar atau punya bahasa yang rumit untuk bisa menyampaikan gagasan dengan jelas. Yang penting adalah punya arah yang jelas sejak awal, supaya isi bukunya nggak berantakan.

Cara Menyusun Buku Nonfiksi

Buku Nonfiksi Gak Harus Rumit: Ini Cara Menyusunnya dengan Lebih Terarah

Banyak penulis pemula terjebak karena terlalu fokus pada hasil akhir, sampai lupa menikmati prosesnya. Padahal, kalau langkah-langkahnya diatur dengan baik, menulis buku nonfiksi itu sebenarnya ringan dan lebih mudah diarahkan. 

Nggak perlu juga terburu-buru atau menuntut semuanya sempurna sejak awal. Yang penting, kamu tahu apa yang ingin kamu sampaikan dan siapa yang akan membaca bukumu. Dari situ, pelan-pelan semuanya bisa kamu susun dengan rapi.

1. Tentukan Tujuan dan Pembaca

Langkah pertama ini sering dianggap sepele, padahal penting banget. Coba pikirkan dulu, buku yang mau kamu tulis ini sebenarnya untuk siapa. Apakah pembacanya pemula yang belum tahu apa-apa? Atau mereka sudah cukup paham tapi butuh wawasan yang lebih dalam? Semakin jelas target pembacanya, semakin mudah menentukan cara menjelaskan. 

Lalu tentukan juga tujuannya. Apakah kamu ingin mengajari sesuatu secara praktis? Atau ingin berbagi pengalaman hidup yang menginspirasi? Atau mungkin ingin meyakinkan pembaca tentang sebuah gagasan? 

Tujuan yang jelas akan memengaruhi nada tulisan, contoh-contoh yang dipakai, bahkan panjang pembahasan. Jangan lupa, sesuaikan gaya bahasa dengan siapa yang membaca. Kalau untuk orang awam, pakai bahasa sederhana. Kalau untuk profesional, boleh pakai istilah-istilah teknis tapi tetap dijelaskan.

Baca juga: Kenapa Banyak Orang Gagal Menulis Buku Pertamanya sampai Selesai?

2. Pilih Tema Utama dan Batasi Topik

Setelah tahu siapa pembacanya dan untuk apa bukunya, sekarang tentukan temanya. Tema ini adalah benang merah dari awal sampai akhir. Pastikan satu buku hanya punya satu tema besar. Jangan serakah ingin membahas semuanya sekaligus. 

Misalnya, kalau temanya tentang cara memulai bisnis online, tentukan bisnis online yang seperti apa, karena bisnis online kan luas banget. Hal ini penting supaya pembahasan tetap fokus dan tidak melebar ke mana-mana. 

Misalnya, kalau temanya “bisnis online untuk pemula,” berarti kamu nggak perlu menjelaskan strategi lanjutan yang rumit. Dengan begitu, pembaca juga tidak akan bingung karena materi yang terlalu banyak atau terlalu berat. Catat juga poin-poin apa yang tidak akan kamu bahas. Ini membantu kamu tetap berada di jalur saat menulis.

3. Buat Kerangka atau Outline

Kerangka itu ibarat peta perjalanan. Kalau nggak ada peta, kamu bisa nyasar. Makanya, bikin dulu kerangka sebelum mulai nulis. Tulis bab per bab secara garis besar. 

Biasanya diawali dengan pembuka yang menjelaskan kenapa topik ini penting. Lalu di bagian tengah diisi dengan inti pembahasan, bisa berupa cara-cara, tips, atau cerita. Terakhir, tutup dengan bab penutup yang merangkum semuanya. Di bagian kerangka ini, nggak perlu detail dulu. Cukup tuliskan poin-poin penting yang ingin disampaikan di setiap bab. Kalau sudah jelas, baru nanti dikembangkan saat nulis draft. 

Dengan punya kerangka, kamu jadi lebih tenang karena tahu apa yang harus ditulis duluan dan apa yang menyusul.

4. Kumpulkan Bahan dan Data

Menulis buku nonfiksi itu harus punya dasar yang kuat, jadi nggak cuma mengandalkan ingatan saja. Setelah kerangka selesai, waktunya mengumpulkan bahan. Bisa dari buku lain, artikel, jurnal, atau wawancara. Kalau ada pengalaman pribadi yang relevan, itu juga bagus banget buat dimasukkan. 

Catat semua informasi yang kamu temukan, lengkap dengan sumbernya. Ini penting kalau nanti mau dicek lagi atau dimasukkan ke daftar pustaka. Jangan malas bikin catatan, karena kalau sudah lupa, cari lagi itu lebih ribet. 

Kalau bisa, kumpulkan juga contoh-contoh nyata atau cerita kasus yang bisa bikin buku lebih hidup. Data dan fakta akan bikin buku kamu lebih kredibel di mata pembaca.

5. Tulis Draf Pertama Tanpa Mikir Sempurna

Nah, sekarang bagian yang kadang bikin orang berhenti: nulis draf pertama. 

Ingat, tujuan dari draf pertama itu bukan untuk sempurna. Yang penting tulis dulu semuanya sampai selesai. Jangan berhenti hanya karena merasa kalimatnya kurang bagus. Nggak apa-apa kalau masih berantakan atau banyak typo. Yang penting idenya keluar semua dulu. 

Banyak orang gagal selesai karena terlalu sibuk ngedit di tengah jalan. Padahal, memperbaiki itu nanti saja setelah semua selesai. Saat menulis draf pertama, usahakan jangan terlalu sering berhenti buat mikir. Biar alurnya tetap lancar dan idenya nggak hilang.

6. Edit dan Rapikan

Kalau draf pertama sudah selesai, sekarang waktunya diulik lagi. Baca dari awal sampai akhir. Periksa apakah susunannya sudah logis. Lihat juga apakah setiap bab mengalir dengan enak atau masih lompat-lompat. Perbaiki kalimat yang terlalu panjang atau bikin bingung. Potong bagian yang nggak perlu supaya lebih padat. Kalau menemukan ide baru, boleh ditambahkan, asal nggak bikin topiknya jadi melebar. Cek juga apakah ada istilah yang terlalu teknis dan perlu dijelaskan. 

Kalau bisa, minta teman atau orang lain untuk membaca dan memberi masukan. Kadang kita nggak sadar ada bagian yang kurang jelas, tapi orang lain bisa melihatnya.

7. Tambahkan Nilai Tambah

Buku nonfiksi yang bagus biasanya punya “bonus” buat pembacanya. Setelah isi utama beres, coba pikirkan apa yang bisa bikin buku lebih menarik. Misalnya, kamu bisa menambahkan ilustrasi, tabel, atau infografis supaya pembaca lebih mudah memahami. Bisa juga kasih studi kasus nyata biar lebih membumi. Atau tambahkan checklist, panduan langkah-langkah, bahkan ruang catatan di akhir bab. 

Hal-hal seperti ini bikin pembaca merasa dapat lebih banyak manfaat dari bukumu. Mereka juga jadi lebih mudah mengingat apa yang sudah dipelajari. Jangan lupa, pastikan nilai tambah ini tetap relevan dengan tema besar buku.

Baca juga: Mengenal Jenis-Jenis Tulisan dan Tip Menulis Kreatif buat yang Pengin Mulai

Buku nonfiksi nggak harus jadi beban yang bikin kamu pusing setiap kali mau mulai. Dengan langkah yang tepat dan arah yang jelas, proses menulisnya bisa terasa lebih ringan dan menyenangkan. Kamu cuma butuh keberanian untuk menuangkan ide dan kesabaran buat menyusunnya pelan-pelan. Nggak ada aturan kaku yang harus kamu ikuti, selama pesannya sampai ke pembaca dengan baik. Jadi, jangan terlalu keras sama diri sendiri, nikmati saja prosesnya dari awal sampai akhir.

Kalau kamu ingin bukumu lebih terarah dan butuh teman diskusi untuk menyusun ide-idenya, kamu juga bisa booking sesi konsultasi penulisan. Kita bisa ngobrol santai tentang cara memulai, menyusun kerangka, sampai menyiapkan draf yang siap jalan. Kalau tertarik, bisa klik di sini.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Cara Mengedit Tulisan Hasil AI agar Tidak Terlihat Kaku dan Generik

Mengedit tulisan hasil AI sering bikin orang bingung karena hasil awalnya kadang terasa terlalu kaku dan datar. Banyak yang sudah mencoba menulis dengan bantuan AI, tapi hasilnya malah terdengar seperti robot yang sedang membaca teks. 

Padahal, dengan sentuhan yang tepat, tulisan itu bisa jadi lebih hidup dan enak dinikmati. Proses ini sebenarnya gak serumit yang dibayangkan, asalkan tahu apa yang harus diperhatikan sejak awal.

Cara Mengedit Tulisan Hasil AI

Banyak contoh tulisan AI yang secara teknis benar, tapi rasanya hambar kalau dibaca. Pembaca jadi cepet bosan karena nadanya monoton dan pilihan katanya kurang variatif. Atau malah banyak diksi yang gak tepat. Kayak aneh aja gitu, gak pada tempatnya dipake. Bagus sih, tapi kayak gak pas.

Ya, memang sekarang banyak orang tiba-tiba bisa nulis bagus. Yaaah, gak papa. Saya sih gak merasa tersaingi. Kayak pas Canva pertama ada, banyak yang khawatir profesi desainer grafis akan terancam. Nyatanya, kalo gak ngerti desain, ya tetep susah juga pake Canva. Hasilnya pasti kacau.

Begitu juga dengan AI kayak ChatGPT. Kamu bisa saja pake buat bikin tulisan. Tapi, kalau dari sononya kamu kurang taste, ya jadinya … gitu deh. Tetap saja hasil tulisan gak sistematis, gak rapi, terus kalau misalkan minta bantuan AI, ya jadinya AI banget.

Sebaliknya, kalau kamu memang punya taste menulis, hasil AI di tanganmu ya akan jadi kayak tulisanmu sendiri. Gak berasa Ainya. AI sekadar alat buat mempercepat proses kerja.

So, apakah harus worry dengan adanya AI? Harusnya sih enggak.

So, balik lagi ke soal hasil tulisan AI. Kalau hasil generated AI dibiarkan begitu saja, pesan yang ingin disampaikan banyak kali jadi kurang kena. Di sinilah pentingnya mengolah lagi hasilnya supaya lebih manusiawi. Tujuannya sederhana, supaya pembaca merasa seperti sedang diajak ngobrol, gak kayak membaca laporan kaku.

Jadi, gimana cara mengedit tulisan hasil AI? Ini dia cara saya.

Cara Mengedit Tulisan Hasil AI agar Tidak Terlihat Kaku dan Generik

1. Baca Ulang dengan Sudut Pandang Pembaca

Langkah ini sering dilewatkan, padahal penting sekali. Coba baca tulisanmu pelan-pelan, seolah-olah kamu orang yang baru pertama kali membaca topik itu. Rasakan apakah kalimatnya terlalu berat, terlalu formal, atau malah membingungkan. 

Kalau sudah terasa aneh di telinga sendiri, pembaca pasti juga akan merasakannya. Tandai bagian yang terdengar terlalu resmi atau kayak robot yang berbicara. Catat juga bagian yang terasa hambar atau berulang. 

Dengan begitu kamu bisa tahu bagian mana saja yang perlu dihangatkan nadanya. Jangan buru-buru mengedit tulisan sebelum benar-benar merasakan nadanya sendiri. Cara ini bikin kamu lebih peka terhadap tulisanmu sendiri.

Baca juga: Plus Minus Menggunakan AI dalam Proses Menulis Artikel

2. Hilangkan Frasa Klise dan Jargon Berlebihan

Jadi, udah tahu kan, kalau hasil AI itu “khas”? Beberapa frasa yang saya tangkap dan hafal dari hasil AI itu adalah “…. merupakan jendela ke …”, “…. bukan hanya …, tetapi …”, terus sering banget pakai diksi-diksi aneh yang kadang gak pernah kita dengar di percakapan sehari-hari.

Kalau dirasa-rasakan, tulisan AI itu klise, terdengar “megah”, tapi sebenarnya kosong. Diganti sama kata yang lebih sederhana malah lebih masuk. 

Ngawang-awang. Gak jelas ketemunya gitu loh.

Nah, jadi penting buat kamu tahu persis apa yang ditulis. Kalau misalnya gak jelas maksudnya apa, atau sebenarnya artinya simpel, tapi malah jadi mbulet, hapus saja atau ganti dengan kalimat lain. 

Jargon teknis juga sering bikin pembaca bingung kalau enggak dijelaskan. Pilih kata-kata yang lebih manusiawi dan mudah dicerna. Tulis seolah-olah kamu sedang ngobrol dengan orang, bukan memberi kuliah.

3. Pecah Kalimat Panjang Jadi Lebih Pendek

Nah, satu lagi yang khas dari AI tuh suka membuat kalimat panjang, penuh koma, penuh em dash, dan kadang susah dipahami dalam sekali baca. 

Ya, memang sih, pemakaian em dash gak selalu berarti pake AI. Saya juga sering pake. Baik sebelum ada AI, juga sesudah AI suka pake juga. Tapi yang keluaran AI itu kayak gak tepat aja gitu.

So, kalau menemukan yang kayak gini atau yang terlalu panjang, supaya lebih enak dibaca, pecah kalimat panjang menjadi dua atau tiga bagian yang lebih sederhana. Kalimat pendek membuat pesan lebih jelas dan terasa ringan. 

Misalnya, daripada menulis satu kalimat dengan tiga anak kalimat, lebih baik pisahkan idenya jadi beberapa kalimat. Ini juga membantu pembaca bernapas dan menyerap informasi pelan-pelan. 

Jangan takut kalau hasilnya jadi banyak titik. Justru itu lebih terasa alami dan manusiawi. Tulisan dengan kalimat pendek terasa lebih akrab. Tapi ya jangan terlalu pendek juga sih, jadi rasanya kayak disentak-sentak gitu.

4. Tambahkan Sentuhan Emosi dan Nuansa

Tulisan AI biasanya sangat datar, hanya menyampaikan fakta tanpa perasaan. Padahal, emosi kecil bisa membuat tulisan lebih hidup dan dekat dengan pembaca. 

Misalnya, jangan hanya bilang “membaca buku meningkatkan wawasan”, tapi tambahkan sedikit rasa, seperti “membaca buku sering bikin pikiran terbuka dan kadang bikin kita merenung lama”. 

Jadi, coba deh tambahin kata-kata yang menyiratkan perasaan hangat, antusias, atau bahkan heran. Ini bikin tulisan lebih manusiawi. Pembaca juga lebih gampang terhubung kalau merasakan ada perasaan di balik tulisan itu. Jangan ragu untuk memberi warna, asal jangan berlebihan juga.

5. Gunakan Kosakata yang Lebih Bervariasi

AI sering memilih kata yang sama berulang-ulang atau terlalu formal. Kalau kamu menemukan kata yang dipakai terlalu sering, ganti dengan sinonimnya. 

Misalnya, kalau terlalu banyak “menjelaskan”, bisa diganti dengan “menceritakan”, “menguraikan”, atau “membahas”. 

Jangan pakai kata yang rumit hanya supaya terdengar pintar. Sebaliknya, pilih kata yang tepat, ringan, dan sesuai dengan suasana yang ingin dibangun. 

Variasi kata bikin pembaca nggak cepat bosan. Tulisan juga terasa lebih bernyawa. Balik lagi ke poin 1, cobalah baca keras-keras untuk melihat apakah pilihan katanya sudah enak di telinga.

6. Perbaiki Transisi Antarparagraf

Kadang, tulisan AI terasa seperti potongan-potongan terpisah yang berdiri sendiri. Supaya terasa mengalir, perbaiki transisi antarparagraf dengan kalimat penghubung yang halus. 

Misalnya, gunakan kata-kata seperti “selain itu,”, “di sisi lain,”, “menariknya,”, atau “lebih lanjut”. Transisi yang baik membantu pembaca pindah dari satu ide ke ide berikutnya tanpa terasa kaget. 

Dengan begitu, tulisan terlihat lebih rapi dan punya arah yang jelas. Jangan biarkan pembaca bingung kenapa tiba-tiba topik berubah. Pastikan tiap bagian saling terhubung dengan alami.

7. Sesuaikan Nada dengan Audiens

AI cenderung memakai nada yang formal dan aman. Padahal, nada tulisan sebaiknya disesuaikan dengan siapa yang akan membaca. Kalau untuk audiens santai, gunakan bahasa yang lebih akrab dan ringan. Kalau untuk audiens profesional, tetap sederhana tetapi lebih elegan. 

So, cuma kamu yang tahu siapa pembacamu. Ya, cuma kamu. *halah

Jadi, jaga tulisanmu, jangan sampai nadanya terlalu dingin atau malah terlalu bercanda kalau enggak sesuai. Kadang AI ya bisa disuruh berbahasa kasual, tapi jatuhnya juga cringe. Terlalu “ramah”, if you know what I mean.

Jadi, jangan langsung kopas mentah-mentah, sesuaikan cara penyampaiannya seperti cara kamu berbicara dengan pembaca dalam situasi nyata. Ini bikin tulisan terasa lebih pas di hati.

8. Sisipi Contoh atau Cerita Nyata

AI suka membuat penjelasan yang terlalu teoritis atau abstrak. Supaya lebih mudah dipahami, tambahkan contoh kecil atau cerita nyata. 

Misalnya, kalau membahas tentang manajemen waktu, beri contoh nyata seperti “Kemarin saya coba bikin to-do list sebelum tidur. Jadi, paginya saya langsung tahu apa yang kudu dilakukan lebih dulu sebelum yang lain. Jadi, saya gak buang-buang waktu lagi.” 

Contoh konkret membantu pembaca membayangkan apa yang dimaksud. Cerita juga bisa bikin pembaca lebih tertarik dan betah membaca sampai akhir. Jangan takut untuk pakai pengalaman sehari-hari atau situasi sederhana sebagai ilustrasi. Ini membuat tulisan lebih hidup dan terasa benar-benar ditulis oleh manusia.

Baca juga: 8 Langkah Self Editing bagi Para Blogger untuk Menghasilkan Artikel yang Bersih dan Rapi

Mengedit tulisan hasil AI sampai terasa alami memang butuh waktu dan latihan, tapi hasil akhirnya akan jauh lebih enak dibaca. Dengan sedikit usaha, tulisan yang tadinya kaku bisa berubah jadi lebih mengalir dan terasa manusiawi. Cara ini juga bikin pesan yang ingin disampaikan lebih mudah dipahami pembaca. Kalau sudah terbiasa, prosesnya akan terasa lebih ringan dan cepat. Intinya, jangan takut buat bereksperimen supaya hasil akhirnya benar-benar sesuai dengan gaya yang diinginkan.

Mentoring SEO dan  Blog

Kalau butuh teman diskusi untuk belajar lebih dalam soal cara mengedit tulisan hasil AI agar tidak terlihat kaku dan generik, sekalian mengasah kemampuan menulis untuk blog, saya juga buka sesi mentoring loh. Cocok banget nih buat pemula yang ingin jadi penulis, atau bisa juga buat pebisnis pemula yang pengin ngebranding bisnisnya. Kalau tertarik, bisa klik di sini dan ngobrol santai dulu.


Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Cara Menulis Essay Kuat dan Terarah


Banyak yang masih bingung ketika diminta menulis esai dengan baik. Padahal, kalau sudah tahu cara menulis essay yang benar, prosesnya jadi jauh lebih mudah. 

Esai yang bagus nggak cuma soal ide yang menarik, tapi juga soal bagaimana cara menyusunnya supaya enak dibaca. Kadang, ide sudah ada di kepala tapi saat dituangkan malah berantakan. Di sinilah pentingnya memahami langkah-langkahnya dulu sebelum mulai.

Cara Menulis Essay yang Kuat

Cara Menulis Essay Kuat dan Terarah

Sering kali orang langsung mengetik tanpa rencana, lalu berhenti di tengah jalan karena kehilangan arah. Itu wajar, apalagi kalau belum terbiasa. 

Menulis esai memang butuh sedikit trik supaya hasilnya rapi dan terasa meyakinkan. Dengan pendekatan yang tepat, tulisan juga jadi lebih terarah dan nggak membingungkan pembaca. 

Jadi, jangan buru-buru. Pelan-pelan saja, asal tahu cara menulis essay yang benar. Semuanya bisa dikerjakan dengan lancar.

1. Pahami Topik dan Tujuan

Sebelum mulai menulis, luangkan waktu untuk benar-benar memahami topik yang akan dibahas. Jangan terburu-buru karena sering kali masalah datang justru dari sini. 

Kalau topik sudah ditentukan, baca instruksinya pelan-pelan dan pastikan sudah jelas apa yang diminta. Kalau bebas memilih topik, pilih sesuatu yang dikuasai dan cukup menarik supaya lebih semangat mengerjakannya. 

Selain itu, pastikan juga paham tujuan esainya. Apakah tujuannya untuk meyakinkan pembaca, menjelaskan sesuatu, atau sekadar berbagi pengalaman? Memahami tujuan akan membantu menentukan gaya bahasa dan arah tulisan sejak awal.

2. Riset Dulu sebelum Menulis

Setelah tahu topiknya, jangan langsung duduk dan mengetik. Ambil waktu untuk mengumpulkan informasi yang mendukung ide yang mau disampaikan. Cari data, fakta, contoh, atau pengalaman yang bisa memperkuat argumen. 

Walau opini, tetap penting untuk punya dasar yang logis dan bukan asal berpendapat. Catat poin-poin penting dari hasil riset supaya enggak lupa nanti pas menulis. Riset juga membantu menemukan sudut pandang yang mungkin sebelumnya enggak kepikiran.

Semakin banyak tahu, tulisan akan terasa lebih meyakinkan dan berbobot.

3. Buat Kerangka Esai

Banyak orang melewatkan langkah ini padahal penting. Membuat kerangka akan membantu tulisan tetap rapi dan tidak melantur ke mana-mana. Cukup buat daftar singkat tentang apa saja yang mau dimasukkan di pendahuluan, isi, dan penutup. Di bagian isi, rinci lagi menjadi beberapa poin utama beserta contoh atau data pendukungnya. 

Dengan kerangka, cara menulis essay jadi lebih mudah karena sudah ada panduannya. Selain itu, kerangka juga membantu memastikan semua ide penting tidak ada yang terlewat. Jadi jangan malas bikin kerangka meski cuma berupa coretan sederhana.

4. Tulis Pendahuluan yang Jelas

Pendahuluan adalah pintu masuk untuk pembaca, jadi harus dibuat menarik. Jangan bikin terlalu panjang atau bertele-tele karena bisa bikin orang bosan. Bisa mulai dengan fakta mengejutkan, pertanyaan yang memancing rasa ingin tahu, atau cerita singkat yang relevan. 

Setelah itu, perkenalkan topik secara jelas supaya pembaca paham konteksnya. Jangan lupa sertakan tesis, yaitu kalimat utama yang menjelaskan posisi atau arah tulisan secara ringkas. Kalau pembaca sudah tertarik dan mengerti arah tulisan sejak awal, mereka akan lebih mudah mengikuti sampai selesai.

5. Kembangkan Isi dengan Argumen yang Kuat

Bagian isi adalah tempat semua ide utama dituangkan. Biasanya terdiri dari beberapa paragraf, masing-masing membahas satu poin penting. Pastikan setiap paragraf punya ide utama yang jelas dan didukung contoh, data, atau cerita nyata supaya lebih meyakinkan. 

Jangan hanya menuliskan opini mentah tanpa alasan yang jelas karena bisa terasa lemah. Usahakan tetap fokus di setiap paragraf dan jangan melompat-lompat topik. 

Kalau perlu, pakai kalimat sederhana tapi padat supaya pesan lebih mudah dipahami. Semakin kuat argumen yang disajikan, esai akan terasa lebih berbobot.

6. Gunakan Transisi yang Halus

Supaya tulisan terasa enak dibaca, sambungkan antarparagraf dengan baik. Jangan sampai pembaca merasa lompat dari satu ide ke ide lain tanpa jembatan. Gunakan kata-kata transisi seperti ‘selain itu’, ‘di sisi lain’, ‘sebaliknya’, atau ‘karena itu’ untuk menjaga alur tetap mengalir. 

Kalimat transisi juga membantu pembaca melihat hubungan antara ide yang satu dengan yang berikutnya. Kalau tidak pakai transisi, tulisan bisa terasa kaku dan terpotong-potong. Jadi pastikan setiap bagian tetap nyambung dan lancar dibaca sampai akhir. Transisi yang baik bikin pembaca betah mengikuti.

7. Tutup dengan Kesimpulan yang Mantap

Kesimpulan adalah bagian penutup yang harus meninggalkan kesan kuat. Jangan sekadar mengulang isi, tapi tegaskan kembali inti dari tulisan dengan kalimat yang lebih singkat. 

Kalau ada, bisa tambahkan saran, refleksi, atau ajakan berpikir lebih lanjut untuk pembaca. Kesimpulan yang baik juga membantu pembaca merasa puas setelah membaca. Jangan bikin terlalu panjang supaya tidak mengaburkan poin utamanya. 

Tutup dengan kalimat yang mantap dan memberi kesan bahwa esai sudah lengkap. Dengan begitu, pembaca lebih mudah mengingat isi tulisan.

8. Revisi dan Perbaiki

Setelah selesai menulis, jangan langsung dikirim atau dipublikasikan. Baca ulang pelan-pelan untuk melihat apakah ada kalimat yang terlalu rumit, typo, atau ide yang kurang jelas. 

Kadang saat membaca lagi, kita menemukan bagian yang bisa diperbaiki supaya lebih enak dibaca. Kalau sempat, minta orang lain membaca juga untuk memberi masukan. 

Revisi ini penting supaya hasil akhirnya lebih rapi dan profesional. Jangan malas memperbaiki karena revisi sering membuat esai jadi jauh lebih bagus daripada draf pertama. Anggap saja sebagai tahap penyempurnaan sebelum benar-benar selesai.

Sekarang sudah kelihatan bahwa cara menulis essay yang rapi dan terarah sebenarnya bisa dipelajari dengan langkah yang sederhana. 

Kuncinya ada di persiapan, ketelitian, dan kemauan untuk terus memperbaiki diri. Jangan takut untuk mencoba karena semakin sering berlatih, tulisan akan terasa lebih natural dan enak dibaca. Kalau sudah paham alurnya, membuat esai yang kuat bukan lagi sesuatu yang bikin pusing. Cukup pelan-pelan, nikmati prosesnya, dan hasilnya akan mengikuti.


Kalau masih ingin belajar lebih jauh tentang cara menulis essay sambil sekalian belajar SEO supaya lebih menarik, bisa juga ngobrol santai di sesi mentoring. Kalau tertarik, bisa klik di sini untuk booking dan mulai pelan-pelan membenahi tulisan dengan cara yang lebih nyaman.

 

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Contoh Desain Feed Instagram untuk Portofolio Penulis

Contoh desain feed Instagram bisa jadi pembeda antara akun penulis yang sekadar tampil, dan akun yang benar-benar menarik perhatian. 

Di era digital, feed bukan cuma soal estetika. Tapi juga cara menyampaikan siapa diri kita dan apa yang kita bisa. 

Khusus buat penulis, tampilan feed bisa jadi etalase portofolio yang hidup. Gaya visual yang tepat bakal bantu karya lebih mudah dilirik, baik oleh pembaca maupun calon klien.

Contoh Desain Feed Instagram untuk Penulis

Contoh Desain Feed Instagram untuk Portofolio Penulis

Menata feed memang bukan keahlian wajib penulis. Tapi kalau bisa dimanfaatkan dengan tepat, hasilnya bisa bikin citra makin kuat. Apalagi sekarang, banyak pembaca dan brand yang cari penulis lewat media sosial. 

Feed yang rapi dan konsisten bisa langsung ninggalin kesan profesional. Jadi, gak ada salahnya mulai pertimbangkan gaya visual yang cocok buat nunjukin karya.

Berikut beberapa contoh desain feed Instagram yang bisa kamu sontek kalau kamu pengin menunjukkan diri kalau kamu penulis.

1. Grid Quote + Sampul Artikel

Desain ini pakai pola satu baris berisi tiga post yang saling nyambung. Post pertama berisi kutipan pendek dari tulisan. Bisa berupa kalimat menarik atau bagian paling kuat dari karya. 

Post kedua berisi judul tulisan dan di mana tulisan itu dimuat. Bisa sertakan tanggal atau topik utama juga. Post ketiga ditutup dengan gambar representatif atau cover artikel. Gambar ini bisa buatan sendiri atau stok foto yang sesuai tone. 

Tujuan desain ini biar feed terlihat profesional dan informatif. Orang bisa langsung tahu gaya nulis, jenis tulisan, dan link ke karya. Cocok banget buat penulis konten, esai, atau jurnalis.

Baca juga: Ukuran Feed Instagram 6 Kotak dan Cara Membuatnya Tanpa Ribet

2. Feed 9 Kotak – Satu Cerita Mini

Pola ini bikin satu cerita pendek dari sembilan post yang membentuk satu kesatuan. Tiap post diisi satu kalimat pendek. Bisa narasi atau kutipan puisi. Saat dilihat dari grid, semuanya membentuk satu cerita utuh. 

Desainnya bisa polos dengan latar warna lembut dan tipografi jelas. Fokus utama tetap di isi tulisannya. Bisa juga pakai ilustrasi ringan biar lebih hidup. 

Feed model ini cocok buat penulis fiksi atau penyair. Cerita bisa diambil dari karya lama atau bikin khusus buat Instagram. Feed jadi terasa hidup dan penuh karakter.

3. Pola 3 Kolom: Edukasi – Portofolio – Personal

Desain ini pakai urutan tetap di tiap baris. Kolom kiri diisi konten edukatif. Misalnya tips nulis, ide konten, atau insight seputar dunia menulis. Kolom tengah untuk portofolio. Bisa berupa screenshot tulisan yang tayang, cuplikan isi buku, atau link artikel. Kolom kanan diisi konten personal. Boleh behind-the-scenes, rutinitas nulis, atau cerita sehari-hari. 

Tujuannya biar audiens tahu sisi profesional dan sisi manusianya juga. Feed jadi seimbang dan tetap menarik. Pola ini bikin konten lebih teratur dan mudah direncanakan. Cocok untuk penulis konten, editor, atau blogger.

4. Template Carousel dengan Struktur Tetap

Setiap carousel punya format yang konsisten. Slide pertama biasanya berisi judul konten dengan desain mencolok. Slide berikutnya berisi poin-poin utama, dikemas dalam kalimat pendek yang mudah dibaca. Bisa juga pakai ilustrasi ringan sebagai pemanis. Slide terakhir bisa ditutup dengan CTA atau ajakan ke link di bio. Misalnya, “Baca versi lengkapnya di blog.” 

Desain ini bikin konten terlihat rapi dan terstruktur. Orang jadi lebih mudah mengenali ciri khas postingan. Feed juga terlihat profesional tanpa harus terlalu ribet. Cocok buat penulis yang juga aktif edukasi atau sharing insight lewat Instagram.

5. Desain Flat dengan Palet Warna Netral

Kalau suka tampilan bersih dan minimalis, desain ini pas banget. Pakai latar polos dengan warna netral seperti putih, abu, atau krem. Teks ditulis jelas dengan font yang tegas dan mudah dibaca. Gak banyak ornamen atau hiasan. Fokus utama tetap di isi tulisan, bukan visual. 

Kontennya bisa kutipan, opini pendek, atau catatan harian. Tampilan kayak gini cocok untuk penulis esai atau opini. Juga pas buat yang mau bangun kesan profesional tapi tetap kalem. Feed jadi adem, gak bikin capek mata, dan bikin orang betah baca.

6. Mockup Karya Tulis di Media Cetak atau Online

Desain ini menampilkan tulisan dalam bentuk mockup. Misalnya, tampilan tulisan di layar laptop, lembar majalah, atau koran. Bisa pakai mockup gratis dari internet atau bikin sendiri pakai Canva. 

Tujuannya biar portofolio kelihatan nyata. Orang yang lihat bisa langsung tahu tulisan itu beneran tayang dan di mana tempatnya. Bisa juga tambahkan caption pendek yang menjelaskan konteks tulisan. Misalnya, “Opini ini tayang di Kompas, bahas soal literasi digital.” 

Desain ini memberi bukti visual yang kuat. Cocok buat penulis lepas yang sering pitching ke klien atau media.

7. Kombinasi Feed Reels + Desain Estetik

Gabungkan dua jenis konten, antara visual estetik di feed dan video pendek lewat Reels. Feed bisa tetap rapi dengan desain grid atau carousel. Isinya kutipan, teaser tulisan, atau pengumuman karya baru. Sementara Reels bisa dipakai untuk ngobrol ringan soal proses nulis, behind-the-scenes, atau rekomendasi buku. 

Reels bikin jangkauan akun makin luas. Bisa tarik audiens baru yang belum follow. Feed tetap rapi, Reels bantu interaksi. Kombinasi ini cocok buat penulis yang mau bangun audiens sekaligus tampil profesional.

Baca juga: 15 Ide Style Feed Instagram yang Bisa Kamu Sontek Supaya Akunmu Lebih Stylish

Contoh desain feed Instagram bisa jadi langkah awal buat bikin portofolio penulis tampil lebih menarik dan terarah. Gak perlu rumit, yang penting konsisten dan sesuai karakter tulisan. Pilih gaya yang paling pas, lalu bangun feed yang bisa bicara tanpa banyak kata.


 Kalau masih bingung mau mulai dari mana atau butuh arahan biar tampilan blog dan feed Instagram lebih nyambung dan terarah, bisa coba diskusi bareng dulu. Kalau tertarik, bisa klik di sini buat booking sesi konsultasi review blog.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Cari Blog Ini

About me





Content & Marketing Strategist. Copy & Ghost Writer. Editor. Illustrator. Visual Communicator. Graphic Designer. | Email for business: mommycarra@yahoo.com

Terbaru!

Apa Itu Review Blog dan Kenapa Penting untuk Blogger yang Ingin Naik Level?

Review blog sering kali dianggap pekerjaan sepele, padahal justru ini salah satu kunci untuk membawa blog ke level berikutnya. Banyak blogge...

Postingan Populer

  • Lakukan 7 Langkah Enhancing Berikut Ini untuk Menghasilkan Image Blog yang Cantik
    Konten visual cantik untuk mempresentasikan konten tulisan yang juga asyik. Kurang menarik apa coba? Banyak blog dan web referensi...
  • 15 Ide Style Feed Instagram yang Bisa Kamu Sontek Supaya Akunmu Lebih Stylish
    Hae! Kemarin saya sudah bahas mengenai do's and donts dalam mengelola akun Instagram , terus ada pertanyaan yang mampir, "Ka...
  • 8 Langkah Self Editing bagi Para Blogger untuk Menghasilkan Artikel yang Bersih dan Rapi
    Editing perlu juga dilakukan oleh seorang blogger Kadang, saat kita sudah susah-susah menggali ide, dan kemudian menuliskannya di ...
  • Ngeblog itu Gampang! Tinggal Simsalabim, Uang pun Datang!
    Disclaimer: Artikel ini pertama kali tayang di web Kumpulan Emak Blogger , repost dengan modifikasi di beberapa tempat.  Blogger, buz...
  • Teknik Bridging dalam Menulis Artikel
    Teknik bridging barangkali adalah teknik menulis yang cukup jarang dibahas. Padahal, ini cukup penting lo! Teknik bridging sering sekali say...

Blog Archive

Portofolio

  • Buku Mayor
  • Portfolio Konten
  • Portfolio Grafis
  • Konten Web
  • Copywriting
  • E-book
  • Buku Fiksi
  • Ilustrasi

Follow Me

  • instagram
  • Threads

Created with by ThemeXpose